Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Roblox Ubah Kebijakan Kontennya, Benarkah Bisa Melindungi Pemain Anak?

Roblox Ubah Kebijakan Kontennya, Ini Dampaknya buat Anak!
Ilustrasi Roblox (dok. Roblox)
Intinya sih...
  • Roblox perbarui kebijakan dengan melarang total konten seksual/romantis dan menambah sistem deteksi otomatis untuk mencegah konten melanggar.
  • Kasus hukum menekan Roblox, termasuk gugatan Jaksa Agung Louisiana yang menyoroti lemahnya verifikasi usia dan adanya “experience” bermasalah yang berpotensi membahayakan anak.
  • Risiko bagi anak tetap tinggi, dari predator online, paparan konten tidak pantas, hingga adiksi dan top-up Robux berlebihan. Orang tua tetap berperan penting dengan kontrol, komunikasi, dan pengawasan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Roblox dikenal sebagai salah satu platform game online paling populer di dunia, terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Dengan jutaan “experience” atau game buatan pengguna, Roblox menawarkan ruang kreatif yang luas, tapi juga menyimpan risiko yang tidak selalu terlihat oleh orang tua. Popularitasnya di Indonesia juga tinggi, terbukti banyak anak sering top-up Robux untuk membeli item atau akses game tertentu.

Namun, belakangan ini Roblox menghadapi sorotan tajam. Perusahaan tersebut memperbarui kebijakannya setelah digugat oleh berbagai pihak, termasuk Jaksa Agung negara bagian Louisiana, Amerika Serikat. Intinya, Roblox dianggap tidak cukup melindungi pemain mudanya dari konten berbahaya dan predator online. Pertanyaannya, apa saja perubahan kebijakan ini dan apa dampaknya buat anak-anak yang memainkannya?

1. Kebijakan baru: Konten seksual dan romantis dilarang total

Roblox Ubah Kebijakan Kontennya, Ini Dampaknya buat Anak!
ilustrasi konten romantis (dok. Roblox/ProperDummies)

Lewat laman resminya, Roblox menegaskan kembali larangan konten seksual dan romantis, kali ini dengan aturan yang lebih eksplisit. Tidak hanya adegan langsung, bahkan konten, pengaturan, atau perilaku yang mengarah pada aktivitas seksual pun kini masuk kategori terlarang. Misalnya, ruang privat seperti kamar tidur atau kamar mandi dalam “social hangout” akan dibatasi hanya untuk pengguna berusia 17 tahun ke atas dengan identitas yang sudah terverifikasi.

"Kami memperjelas kebijakan yang melarang konten romantis dan seksual, dengan menambahkan larangan secara eksplisit terhadap konten, pengaturan, atau perilaku yang menyiratkan aktivitas seksual," kata Chief Safety Officer Roblox, Matt Kaufman, dalam keterangan resminya, Jumat (15/8/2025).

Selain itu, Roblox juga akan membatasi semua experience yang belum diberi peringkat. Jika sebelumnya hanya dapat diakses pengguna usia 13 tahun ke atas, ke depan experience ini hanya bisa diakses oleh pengembang dan tim yang sedang mengerjakannya. Untuk bisa dirilis secara luas, pengembang diwajibkan menyelesaikan Kuesioner Kedewasaan & Kepatuhan agar mendapat label tingkat kedewasaan konten.

2. Sistem deteksi otomatis untuk konten melanggar

Roblox Ubah Kebijakan Kontennya, Ini Dampaknya buat Anak!
ilustrasi fitur menggambar di Roblox (dok. Roblox/barnevakten)

Salah satu inovasi yang diperkenalkan Roblox adalah teknologi deteksi otomatis terhadap “violative scenes”. Misalnya, jika sebuah game memiliki fitur menggambar, sistem akan bisa mengenali gambar tidak pantas yang dibuat pemain. Bila satu server mencatat banyak pelanggaran, sistem akan menutup server itu secara otomatis sebelum masalah semakin meluas.

“Jika sistem mendeteksi server dengan volume tinggi perilaku pengguna yang melanggar, server itu akan otomatis ditutup. Tim kami kemudian akan bekerja sama dengan pengembang untuk melihat apakah ada penyesuaian yang bisa dilakukan agar perilaku tersebut tidak terulang,” jelas Kaufman.

3. Gugatan louisiana hingga tekanan global

Roblox Ubah Kebijakan Kontennya, Ini Dampaknya buat Anak!
ilustrasi kasus hukum Roblox (dok. Roblox/Laughability)

Langkah ini sebenarnya merupakan jawaban atas banyaknya laporan aktivitas tidak pantas di game buatan pengguna. Dilansir Guardian, penelitian bahkan menunjukkan anak-anak bisa menemukan avatar berpose seksual di ruang publik dalam Roblox. Dengan pembaruan ini, Roblox berharap bisa mengurangi potensi eksploitasi, meski faktanya aturan saja sering kali masih kalah cepat dibanding kreativitas pengguna yang ingin melanggarnya.

Selain itu, efektivitas teknologi untuk menyensor pelanggaran juga masih dipertanyakan. Seperti kasus di banyak platform digital lain, pelaku sering kali menemukan cara baru untuk menghindari deteksi. Tantangan terbesar Roblox adalah memastikan sistem ini tidak hanya menindak, tapi juga benar-benar melindungi pemain muda dari paparan konten yang bisa berdampak psikologis buruk.

Masalah Roblox tidak berhenti di level kebijakan internal. Pada 2024, Jaksa Agung Louisiana mengajukan gugatan hukum dengan tuduhan bahwa Roblox gagal menerapkan kontrol dasar untuk melindungi anak-anak. Salah satu kritik terbesarnya adalah ketiadaan verifikasi usia yang ketat saat membuat akun, sehingga predator bisa dengan mudah menyamar sebagai anak-anak.

Selain itu, laporan menunjukkan adanya “experience” yang sangat bermasalah, seperti Escape to Epstein Island atau Public Bathroom Simulator Vibe. Kasus-kasus ini memperlihatkan bagaimana ruang kreatif di Roblox bisa disalahgunakan untuk hal yang justru berbahaya. Meski Roblox menegaskan mereka punya teknologi dan moderator yang ketat, kenyataannya gugatan hukum ini menjadi bukti bahwa masih ada celah besar dalam sistem mereka.

4. Risiko bagi anak: Dari adiksi hingga predator online

ilustrasi anak bermain game (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi anak bermain game (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Bagi banyak orang tua, Roblox terlihat aman karena kemasannya yang penuh warna dan imajinatif. Namun penelitan menemukan adanya jurang besar antara tampilan ramah anak dan realita di dalam game, dilansir Guardian. Anak-anak bisa mendengar percakapan seksual di voice chat, melihat avatar dengan pose sugestif, bahkan diajak membagikan akun media sosial pribadi.

Selain predator online, bahaya lain yang sering luput adalah adiksi. Anak-anak bisa menghabiskan waktu berjam-jam di Roblox, dan sering kali meminta top-up Robux. Di Indonesia sendiri, cerita anak yang diam-diam memakai uang orang tuanya untuk belanja di game bukanlah hal baru. Ini menunjukkan Roblox bukan hanya persoalan hiburan, tetapi juga bisa memengaruhi keseharian keluarga.

5. Apa yang bisa dilakukan orang tua?

ilustrasi orang tua dan anak (freepik.com/Lifestylememory)
ilustrasi orang tua dan anak (freepik.com/Lifestylememory)

Roblox memang sudah menambahkan lebih dari 40 fitur keamanan baru sejak 2024, mulai dari kontrol orang tua hingga pembatasan komunikasi. Namun, penelitian tetap menunjukkan banyak celah yang bisa dimanfaatkan oleh pihak tidak bertanggung jawab. Artinya, peran orang tua tetap tidak bisa digantikan oleh teknologi.

Bagi orang tua di Indonesia, langkah praktis bisa dimulai dengan mengenal Roblox lebih jauh, mengatur durasi bermain anak, serta mengaktifkan semua kontrol orang tua yang tersedia. Yang tak kalah penting, komunikasi terbuka dengan anak soal apa yang mereka alami di dunia virtual akan lebih efektif dibanding hanya sekadar melarang atau mengawasi diam-diam.

Roblox adalah fenomena global yang membuka ruang kreativitas tak terbatas, tapi sekaligus membawa risiko yang juga tidak kecil. Dari konten seksual terselubung, predator online, hingga masalah adiksi, platform ini menghadapi tantangan besar dalam menjaga komunitas mudanya tetap aman.

Kebijakan baru Roblox adalah langkah maju, tapi belum bisa menjawab semua masalah. Pada akhirnya, keselamatan anak-anak di dunia digital adalah tanggung jawab bersama: perusahaan game, regulator, orang tua, dan juga para pemain itu sendiri. Dengan kesadaran dan pengawasan lebih ketat, Roblox bisa kembali menjadi ruang bermain yang lebih sehat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us