Forkom UKM UGM Adakan Doa Lintas Iman untuk Indonesia

- Forkom UKM UGM mengadakan Doa Lintas Iman sebagai respons terhadap kekisruhan di Indonesia dengan pendekatan religius.
- Acara doa bersama empat agama dilanjutkan dengan simbolis pemotongan tumpeng untuk melambangkan persatuan antar generasi dan kesetaraan masyarakat.
- Pemotongan tumpeng dalam acara tersebut memiliki makna mendalam sebagai simbol persatuan, Ketuhanan Yang Maha Esa, dan harapan baik untuk Indonesia.
Yogyakarta, IDN Times - Forum Komunikasi Unit Kegiatan Mahasiswa (Forkom UKM) Universitas Gadjah Mada (UGM) baru-baru ini menyelenggarakan acara bertajuk 'Doa Lintas Iman' yang dilakukan pada Kamis (11/9/2025) pukul 19.00 WIB lalu. Acara tersebut bertempat di Fasilitas Kerohanian UGM yang beralamat di Jalan Podocarpus I, kawasan Sendowo, Sinduadi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pelaksanaan Doa Lintas Iman ini adalah respon dan bentuk kepedulian Forkom UKM UGM terhadap kondisi bangsa yang saat ini diwarnai berbagai dinamika setelah terjadinya demonstrasi di berbagai wilayah di Indonesia. Dari kegiatan ini, Forkom UKM mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama mendoakan kebaikan dan kemajuan Indonesia.
1. Upaya merespons kekisruhan di Indonesia dengan pendekatan religius

Kobe selaku Ketua Forkom UKM UGM menyatakan bahwa Doa Lintas Iman adalah bentuk lain dari turun ke jalan, juga cara yang inisiatif untuk merespons situasi kekisruhan dengan pendekatan religius yakni doa lintas agama.
“Di UGM sendiri terdapat sejumlah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di bidang kerohanian, sehingga kami merasa penting untuk menghadirkan respons melalui cara tersebut,” terang Kobe, dilansir laman resmi UGM.
Doa Lintas Iman ini turut dihadiri oleh berbagai petinggi UGM yang salah satunya adalah Dr. Andi Sandi Antonius sebagai Sekretaris Universitas Gadjah Mada, hingga deretan ketua komunitas dari masing-masing fasilitas kerohanian UGM. Hadir pula dukuh dan perangkat padukuhan Blimbingsari, keluarga besar Gelanggang Mahasiswa UGM, serta sejumlah mahasiswa secara umum.
2. Mengadakan doa bersama empat agama sampai potong tumpeng

Acara Doa Lintas Iman ini dimulai dengan sambutan, lalu prosesi penyalaan lilin dan doa bersama. Doa kemudian dilakukan secara bergiliran dan dipimpin oleh empat tokoh lintas agama, dimulai dari agama Kristen oleh Pendeta Risang Anggoro, dilanjutkan oleh Ian Pasani dari agama Buddha, Joko Purwono dari agama Islam, dan ditutup oleh Romo Prasetyo dari agama Hindu.
Selesainya pembacaan doa lintas agama selesai, acara dilanjutkan dengan prosesi simbolis pemotongan tumpeng. Pemotongan tersebut dilakukan oleh sejumlah perwakilan, yaitu para pemuka agama, dukuh, dan dari pihak mahasiswa. Pemotongan tumpeng adalah simbolis yang tidak hanya melambangkan persatuan antar generasi, tapi juga kesetaraan di antara seluruh lapisan masyarakat.
3. Tumpeng sebagai simbol persatuan dan Ketuhanan yang Maha Esa

Pengadaan pemotongan tumpeng memiliki makna yang mendalam dalam acara Doa Lintas Iman di UGM tersebut. Mulai dari proses pemotongan, bentuk, sampai makan bersama adalah harapan baik.
"Simbolisasi pemotongan tumpeng tadi menggambarkan manunggalnya sivitas akademika, masyarakat, mahasiswa, dan keraton. Sekaligus menunjukkan estafet antargenerasi, dari mahasiswa, ke masyarakat, lalu ke keraton yang diibaratkan sebagai perwujudan negara. Artinya, kita semua bersatu padu demi menjaga keutuhan bangsa,” ujar Romo Prasetyo.
Romo Prasetyo juga menyampaikan bahwa prosesi simbolis tidak berhenti pada pemotongan tumpeng semata, tapi dilanjutkan dengan makan bersama dalam satu piring. Hal ini menjadi menjadi simbol bahwa seluruh elemen masyarakat hidup dan tumbuh dari tanah air yang sama, yakni Indonesia.
“Saat makan dari satu piring, itu menggambarkan kita semua hidup dari satu tanah air, tanpa sekat, tanpa ego, tetap dengan unggah-ungguh,” ujarnya.
Bentuk tumpeng sendiri yang meruncing ke atas ibarat simbol Ketuhanan Yang Maha Esa. Bagian tengahnya merepresentasikan ilmu pengetahuan, sementara bagian dasarnya melambangkan agama serta norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat. “Tumpeng itu simbol kerahayuan. Puncaknya Tuhan, di tengah ilmu pengetahuan, dasarnya agama dan masyarakat. Semua itu menyatu dan termuat dalam dasar-dasar Pancasila,” tambah Prasetyo.
4. Mendoakan agar Indonesia segera pulih dan sejahtera

Lewat acara Doa Lintas Iman yang bertema “Ruwat Bumi: Manunggaling Manah Kagem Rahayuning Nagari”, masyarakat diharapkan bisa bersama-sama memperkuat persatuan lintas iman, bergotong royong antargenerasi dalam upaya saling menjaga keutuhan bangsa, dan mendoakan supaya Indonesia segera pulih dan menjadi negeri yang damai, tenteram, dan sejahtera.
“Harapannya, bangsa ini bisa segera pulih, kembali damai dan tenteram. Melalui persatuan lintas iman dan antargenerasi, kita dapat menjaga keutuhan Indonesia agar menjadi negara yang gemah ripah loh jinawi. Yang terpenting, kedaulatan negeri ini bukan hanya tanggung jawab satu generasi, tetapi seluruh elemen harus terlibat dan bersatu,” tutup Romo Prasetyo.