Perempuan Kerap Terhambat untuk Terjun ke Politik
- Uni Zulfiani Lubis: Hambatan perempuan di politik, termasuk bias politik dan partai politik.
- Biaya politik mahal, sistem terbuka masih tidak optimal untuk keterwakilan perempuan.
- Perempuan perlu terus belajar dan mendukung sesama perempuan dalam ruang politik.
Sleman, IDN Times - Pemimpin Redaksi IDN Times, Uni Zulfiani Lubis, menyebut ada sejumlah hambatan bagi perempuan untuk masuk ke ruang politik. Perempuan harus mendukung perempuan untuk menjawab berbagai tantangan, termasuk dalam ranah politik.
“Yang menghambat perempuan di politik, pertama bias pemilih. Kedua, bias partai politik,” ungkap Uni saat Seminar Jejak Peradaban #1 Perempuan di ruang Domestik, Publik, dan Politik, di JW Marriott Yogyakarta, Sabtu (14/12/2024).
1.Bias pemilih dan bias parpol
Uni menjelaskan bias pemilih, banyak perempuan yang justru tidak mendukung atau memilih calon perempuan. Sementara bias parpol dengan sistem pemilihan proporsional terbuka yang banyak dikatakan lebih baik dibanding sistem proporsional tertutup. Sistem proporsional terbuka memberi ruang lebih terhadap perempuan.
“Tapi kritiknya sekarang, mahal banget (biaya politik). Sistem terbuka yang terjadi perempuan hampir tidak pernah ditempatkan nomor 1 atau 2. Masih afirmatif, yang penting 30 persen (syarat keterwakilan perempuan),” ujar Uni.
Ketua Jurnalis Perempuan Indonesia itu juga menyoroti pernyataan Presiden RI, Prabowo Subianto yang terindikasi mengubah sistem Pemilu. “Bupati, Wali Kota dipilih DPRD, kalau sekarang lebih sulit perempuan di legislatif, eksekutif, maka sistem yang akan kembali ke Orde Baru, akan menjadi hambatan lagi,” ungkapnya.
2.Yakini perempuan berdaya
Uni menyebut sebenarnya tidak ada yang tidak bisa dilakukan oleh perempuan. Ia juga mengajak para perempuan untuk terus belajar. Saat ini belajar tidak hanya terbatas di ruang kelas, perkembangan teknologi yang ada bisa dimanfaatkan untuk media belajar. “Kemudian women support women,” ungkapnya.
Senada, Anggota DPR RI, Rieke Diah Pitaloka menyebut tidak ada yang tidak mungkin bagi perempuan. Perempuan memperjuangkan isu perempuan bukan untuk membangun tirani perempuan.
“Keluarlah dari penjara perempuan itu masyarakat kelas dua, perempuan gak mampu, perempuan hanya di sumur, dapur, dan kasur, keluarlah dari perspektif itu. Perempuan menyatakan saya manusia merdeka, punya cita-cita dan bisa berjuang,” ungkapnya.
3.Peran nyata perempuan sejak dulu
Pada kesempatan itu, Rieke juga mengajak untuk mengingat peran besar perempuan sejak dulu kala, dalam Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana. Ia menyebut peran perempuan sangat besar dalam pembangunan bangsa ini.
Putri Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, GKR Bendara, mengatakan jejak peradaban perempuan sudah nyata. “Women support women sangat penting, keputusan politik sangat bersinggungan dengan kehidupan sehari-hari,” ujar GKR Bendara.