Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ini Bahayanya Paparan Radioaktif bagi Ibu Hamil dan Anak-Anak

Proses pengangkatan barang terpapar radiasi radioaktif di Pelabuhan Batu Ampar, Kota Batam (IDN Times / Putra Gema Pamungkas)
Ilustrasi. Proses pengangkatan barang terpapar radiasi radioaktif di Pelabuhan Batu Ampar, Kota Batam (IDN Times / Putra Gema Pamungkas)
Intinya sih...
  • Kasus paparan radioaktif Cs-137 di Cikande dan Surabaya menimbulkan kekhawatiran publik karena efeknya tak terlihat namun berbahaya.
  • dr. Ana Majdawati dari UMY menjelaskan radiasi dosis rendah dapat merusak sel secara perlahan, berisiko tinggi bagi ibu hamil dan anak-anak.
  • Ia menekankan pentingnya standar keselamatan di industri, alat pelindung diri, serta pemantauan rutin untuk mencegah dampak jangka panjang.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Yogyakarta, IDN Times - Kasus paparan zat radioaktif Cesium-137 (Cs-137) di kawasan industri Cikande dan Surabaya dalam beberapa hari terakhir menimbulkan kekhawatiran masyarakat. Paparan ini mencemari lingkungan sekitarnya, hingga masuk ke rantai makanan.

Ahli Radiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Dr. dr. Ana Majdawati, turut angkat bicara mengenai dampaknya. Menurutnya, efek dari paparan radiasi ini tak tampak secara fisik, namun dapat menyebabkan kerusakan serius pada tubuh manusia, terutama kelompok rentan seperti ibu hamil dan anak-anak.

1. Bahaya dosis kecil dalam jangka panjang

ilustrasi area radioaktif.(unsplash.com/Dan Meyers)
ilustrasi area radioaktif.(unsplash.com/Dan Meyers)

dr. Ana menjelaskan, bahaya radiasi terletak pada sifatnya yang tidak tampak dan tak bisa dirasakan langsung oleh manusia. Energi dari radiasi dapat menembus jaringan tubuh dan perlahan merusak sel tanpa gejala awal yang jelas. Dampaknya bisa bervariasi, mulai dari gejala akut hingga gangguan kronis, tergantung pada jumlah dosis yang diterima seseorang.

“Untuk dosis tinggi, efeknya bisa muncul dalam hitungan hari atau minggu, seperti mual, muntah, diare, maupun kemerahan pada kulit akibat Acute Radiation Syndrome (ARS),” ujarnya, Senin (6/10/2025), dilansir laman resmi UMY.

Ia menuturkan, meski gejala akibat paparan tinggi lebih cepat terlihat, radiasi dosis rendah yang terjadi secara terus-menerus justru lebih berisiko. Paparan dalam jumlah kecil dapat menyebabkan kerusakan pada sel dan kromosom tanpa menimbulkan tanda-tanda awal, namun dalam jangka panjang bisa berkembang menjadi penyakit degeneratif atau kanker.

“Paparan radiasi dosis rendah tidak berarti aman. Dampaknya bisa diam-diam berlangsung selama bertahun-tahun hingga akhirnya menimbulkan kerusakan serius pada jaringan tubuh,” tambahnya.

2. Ibu hamil dan anak-anak lebih berisiko

ilustrasi ibu hamil (unsplash.com/freestocks)
ilustrasi ibu hamil (unsplash.com/freestocks)

Kelompok masyarakat tertentu diketahui memiliki risiko lebih tinggi terhadap dampak radiasi, seperti anak-anak, ibu hamil, dan lansia. “Anak-anak masih dalam tahap pembentukan sistem imun, sedangkan ibu hamil memiliki daya tahan tubuh yang menurun. Jika paparan terjadi pada trimester pertama, saat organ janin mulai terbentuk, dampaknya bisa mengganggu perkembangan organ,” papar dr. Ana.

Ia menuturkan, setiap organ tubuh memiliki tingkat kepekaan berbeda terhadap paparan radiasi. Jaringan yang aktif membelah seperti sumsum tulang, kelenjar tiroid, ovarium, dan prostat merupakan bagian yang paling rentan mengalami kerusakan, bahkan pada paparan rendah.

Karena itu, langkah cepat dan tepat perlu dilakukan jika ditemukan indikasi paparan radiasi. Proses isolasi dan dekontaminasi menjadi tahap awal yang penting untuk mencegah penyebaran lebih luas, diikuti dengan pemeriksaan medis serta pemantauan dosis radiasi pada korban.

“Pekerja yang berpotensi terpapar radiasi seharusnya menggunakan alat pemantau dosis seperti film badge. Alat ini mencatat jumlah paparan yang diterima dan harus dievaluasi secara rutin agar risiko kesehatan jangka panjang bisa ditekan sedini mungkin,” tegasnya.

3. Pentingnya penerapan standar keselamatan

IMG-20250822-WA0006.jpg
Penutupan lokasi terkontaminasi Radioaktif di Serang (Dok. BAPETEN)

Menanggapi insiden yang menimbulkan korban akibat lemahnya pengawasan bahan radioaktif, dr. Ana menegaskan pentingnya penerapan standar keselamatan radiasi yang ketat di kawasan industri.

“Pemerintah harus memastikan setiap pabrik memiliki standar perlindungan lingkungan yang memadai, menyediakan alat pelindung diri seperti apron timbal, serta memperhatikan asupan gizi pekerja. Makanan tinggi protein dan sayuran dapat membantu tubuh melawan efek radiasi,” tutupnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us

Latest News Jogja

See More

Ini Bahayanya Paparan Radioaktif bagi Ibu Hamil dan Anak-Anak

06 Okt 2025, 22:53 WIBNews