Produk Homedecor Senilai 30 Ribu Dolar asal Bantul Diekspor ke Amerika-Eropa

- Kemendag menargetkan ekspor produk nonmigas tumbuh sebesar 7 persen. Realisasinya telah mencapai lebih dari 8 persen.
- Produk home decor senilai 30 ribu dolar ke Amerika dan Eropa melibatkan kaum perempuan untuk menciptakan dampak yang meluas bagi masyarakat.
- Bantul memiliki banyak sentra industri kreatif rakyat, tetapi kebutuhan bahan baku masih harus didatangkan dari daerah lain atau impor.
Bantul, IDN Times - Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Republik Indonesia (RI), Dyah Roro Esti Widya Putri, didampingi Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, melepas produk home decor senilai 30 ribu dolar untuk diekspor ke pasar Amerika dan Eropa. Produk tersebut dibuat oleh Palem Craft, salah satu pelaku usaha kecil menengah (UKM) di Bantul.
Dyah mengatakan Kementerian Perdagangan memiliki program UMKM Bisa Ekspor dengan potensi yang sangat beragam, termasuk keunggulan pada berbagai komoditas seperti homedecor.
"Kalau kita lihat statistiknya ekspor produk homedecor pada tahun 2020-204 naik 19,8 persen dan pada periode Januari-September 2025 naik 5,5 persen," katanya, Rabu (26/11/2025).
1. Ekspor produk non migas lampaui target

Menurut Dyah, Kemendag menargetkan ekspor produk nonmigas tumbuh sebesar 7 persen. Namun, target tersebut sudah terlampaui karena realisasinya telah mencapai lebih dari 8 persen.
"Jadi ini kerja sama yang luar biasa di unit kami yakni pengembangan ekspor nasional sehingga ekspor kita sudah mencapai lebih dari delapan persen," ucapnya.
Dyah menilai capaian ekspor nonmigas yang melebihi target tersebut berada di luar ekspektasi. Atas capaian itu, ia memberikan apresiasi kepada Palem Craft atas inovasi yang dilakukan.
"Saya sudah melihat dari hulu hingga hilir di mana prosesnya sangat amat menekan keberlanjutan sehingga setiap bulannya bisa melakukan ekspor," ucapnya.
2. Berdayakan kaum perempuan

Ekspor produk home decor ke Amerika dan Eropa, yakni Belgia, senilai 30 ribu dolar menjadi bukti bahwa produk Indonesia diminati di pasar internasional. Produk tersebut dinilai memiliki daya saing tinggi dan sesuai kebutuhan pasar global.
"Saya cuma titip karena produksi ini melibatkan kaum perempuan agar tercipta dampak yang meluas bagi masyarakat sehingga ada nilai keekonomian masyarakat khususnya perempuan bisa berpartisipasi dalam pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional," ucapnya.
3. Bantul sentra industri kreatif namun tak punya bahan baku

Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, mengatakan bahwa pada tahun 2016 Kemenparekraf memberikan anugerah kepada Bantul sebagai kabupaten kreatif kriya terkuat nasional dalam subsektor kriya.
"Tahun 2023 kembali lagi dikukuhkan oleh Kemenparekraf saat itu Pak Sandiaga Uno, Bantul sebagai daerah kreatif sub sektor kriya," ucapnya.
Halim menegaskan Bantul memiliki banyak sentra industri kreatif rakyat, mulai dari kerajinan bambu, gerabah, dan keramik hingga sentra industri kreatif lainnya. Namun demikian, kebutuhan bahan baku untuk produk tersebut masih harus didatangkan dari daerah lain atau impor.
"Walhasil masyarakat Bantul hidup dari kreativitas dan BPS menyatakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar adalah industri kreatif yang mencapai 14,08 persen, kedua pertanian 13,47 persen dan ketiga adalah sektor pariwisata mencapai 12,75 persen," katanya.
"Jadi Bantul yang sempit ini tidak punya sumber daya alam, tetapi Produk Domestik Regional Bruto cukup besar dan itu ditopang oleh sektor industri kreatif," tuturnya.
"Saya bersyukur dengan ekspor produk dari Palem Craft yang merupakan asli produk dari Bantul, dari Indonesia mengukuhkan industri kreatif Bantul di kancah Internasional," tambahnya lagi.


















