Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Merti Golong Gilig Dipowinatan Jadi Perekat Kebersamaan Warga

Merti Golong Gilig Dipowinatan Jadi Perekat Kebersamaan Warga
Merti Golong Gilig Dipowinatan jadi perekat kebersamaan warga. (dok. Pemkot Jogja)
Intinya sih...
  • Merti Golong Gilig Dipowinatan kembali digelar sebagai tradisi tahunan penuh kebersamaan, dihadiri Wakil Wali Kota Yogyakarta Wawan Harmawan yang kagum dengan gotong royong warga.
  • Wawan berharap Dipowinatan bisa jadi kampung percontohan, karena kekompakan dan nuansa guyub rukun dinilai berpotensi menarik wisatawan serta memperkuat identitas kota budaya.
  • Prosesi sarat makna sejarah penyatuan kampung ditampilkan melalui kirab bregodo, pengikatan sapu lidi, penancapan bendera, hingga perebutan gunungan yang melambangkan persatuan dan suka cita warga.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Yogyakarta, IDN Times – Warga Kampung Dipowinatan kembali menggelar tradisi budaya tahunan Merti Golong Gilig di Ruang Terbuka Hijau Publik (RTHP) Dipowinatan, Mergangsan, Kota Yogyakarta, pada Senin (18/8/2025). Acara berlangsung meriah sebagai pesta rakyat dan simbol syukur atas kebersamaan masyarakat.

Kegiatan ini juga dihadiri Wakil Wali Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan, yang untuk pertama kalinya menyaksikan langsung tradisi tersebut. Ia mengaku kagum dengan suasana guyub rukun warga Dipowinatan yang ditampilkan sepanjang acara.

1. Gotong royong warga Dipowinatan jadi perhatian

Merti Golong Gilig Dipowinatan Jadi Perekat Kebersamaan Warga
Wakil Wali Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan saat memberi sambutan. (dok. Pemkot Jogja)

Wawan Harmawan menilai semangat gotong royong warga sangat terasa dalam penyelenggaraan Merti Golong Gilig.

“Biasanya acara seperti ini menghadirkan UMKM yang menjual produk-produk, tapi di sini ternyata tidak butuh duit. Sejak masuk ke kampung, kanan kiri warga sudah menawarkan makanan dan jajanan secara gratis. Ini benar-benar gotong royong sesuai program Segoro Amarto, Semangat Gotong Royong Agawe Majune Ngayogyokarto,” ungkapnya dilansir laman resmi Pemkot Jogja.

Ia menyebut kebersamaan warga Dipowinatan patut menjadi contoh. “Kegiatan seperti ini perlu lebih diekspos luas. Warganya sangat antusias, semua bergembira, dan makanannya enak-enak. Luar biasa,” imbuhnya.

2. Harapan kampung jadi destinasi percontohan

Merti Golong Gilig Dipowinatan Jadi Perekat Kebersamaan Warga
Harapan kampung jadi destinasi percontohan. (dok. Pemkot Jogja)

Wawan juga berharap Kampung Dipowinatan dapat terus berkembang dengan ciri khas kekompakan dan gotong royong yang dimiliki warganya.

“Kesenian, kekompakan, dan gotong royong warga sudah menjadi ciri khas yang membanggakan. Jika dipoles dan dipromosikan melalui media sosial, kampung ini tidak kalah dengan destinasi wisata lain. Suasana yang natural dan guyub rukun adalah kekuatan Dipowinatan,” jelasnya.

Ia menegaskan dukungan pemerintah untuk kegiatan budaya masyarakat. Menurutnya, tradisi seperti Merti Golong Gilig bukan hanya mempererat ikatan sosial, tetapi juga menjadi daya tarik wisata yang memperkuat identitas Yogyakarta sebagai kota budaya dan kota gotong royong.

3. Prosesi sarat makna sejarah penyatuan kampung

Merti Golong Gilig Dipowinatan Jadi Perekat Kebersamaan Warga
Prosesi sarat makna sejarah penyatuan kampung. (dok. Pemkot Jogja)

Rangkaian acara dimulai dengan kirab pasukan Bregodo dan gunungan berisi aneka camilan. Prosesi dilanjutkan dengan pengikatan sapu lidi, penancapan bendera, doa bersama, hingga perebutan gunungan oleh masyarakat. Ketua Panitia Merti Golong Gilig, Mahadeva Wahyu Sugianto, menjelaskan bahwa tradisi ini lahir dari sejarah penyatuan dua kampung, yakni Kintelan dan Numbal Anyer, yang kemudian menjadi Kampung Dipowinatan.

“Semangat bersatu, golong gilig menjadi satu, terus kita uri-uri setiap tanggal 18 Agustus. Dalam acara ini ada pembagian makanan, bukan karena tidak butuh uang, tetapi sebagai ungkapan suka cita warga untuk bersatu dan merayakan HUT RI dengan menyediakan berbagai makanan secara gratis. Sekaligus ajang promosi bagi UMKM kami yang cukup banyak,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa pengikatan sapu lidi dalam prosesi ini melambangkan persatuan warga, sementara penancapan bendera Merah Putih menjadi simbol kesepakatan bersama. “Harapan kami kampung ini bisa gemah ripah lohjinawi, warganya selalu guyup rukun,” pungkas Mahadeva.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us