Keluarga Suspek COVID-19 Tak Jujur, Puluhan Warga Bantul Di-swab

Warga bantah sengaja makamkan jenazah tanpa prokes

Bantul, IDN Times - Warga Kampung Mayongan, Kalurahan Trimurti, Kapanewon Srandakan, Kabupaten Bantul, membantah menolak pemakaman pasien suspek COVID-19 tanpa protokol kesehatan.

Warga mengaku, pemakaman yang dilakukan tanpa protokol kesehatan akibat ketidakjujuran dari keluarga pasien suspek COVID-19 yang meninggal dunia.

Baca Juga: Warga Lopati Bantul Belum Bersedia Jalani Tes Swab Massal

1. Warga sudah menanyakan kepada keluarga dan dipastikan bukan pasien COVID-19‎

Keluarga Suspek COVID-19 Tak Jujur, Puluhan Warga Bantul Di-swabSatgas Penanganan COVID-19, Kapanewon Srandakan berdialog dengan warga Mayongan.(IDN Times/Daruwaskita)

Tokoh masyarakat sekaligus juru bicara masyarakar Kampung Mayongan, Nuruddin Latif, mengatakan pemakaman pasien suspek COVID-19 tanpa menggunakan protokol kesehatan itu berawal ketika warga mendapatkan informasi bahwa salah satu warganya yang sakit asam lambung dan dirawat di RS Sardjito meninggal dunia pada tanggal 23 Mei 2021.

Latif dan sejumlah warga selanjutnya berinisiatif menanyakan status warga yang meninggal dunia kepada anak pasien suspek COVID-19 yang meninggal dunia. Darinya, diperoleh keterangan bahwa jenazah bukan suspek apalagi positif.

"Selanjutnya diumumkan melalui pengeras suara di masjid agar warga berkumpul untuk memberikan bantuan kepada keluarga yang berduka termasuk nantinya proses memandikan jenazah," ujarnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat (4/6/2021).

2. Warga membantu proses pemakaman tanpa protokol kesehatan tanpa curiga

Keluarga Suspek COVID-19 Tak Jujur, Puluhan Warga Bantul Di-swabIlustrasi pemakaman jenazah COVID-19 (ANTARA FOTO/Abriawan Abhe)

Latif melanjutkan, warga sukarela datang ke rumah duka untuk mempersiapkan berbagai keperluan untuk pemakaman termasuk memandikan jenazah karena keluarga ingin jenazah dimandikan di rumah.

"Pukul 23.00 WIB jenazah dengan mobil ambulans milik Lazismu tiba di rumah duka kemudian oleh warga jenazah dimandikan," ujarnya.

Pemakaman sendiri berlangsung pada tanggal 24 Mei 2021 tanpa menggunakan protokol kesehatan karena warga belum mengetahui bahwa jenazah yang dimakamkan adalah suspek COVID-19.

"Jadi warga itu tidak tahu kalau jenazah yang dimandikan dan dimakamkan adalah suspek COVID-19 karena keluarga tidak jujur memberitahukan kepada warga," ucapnya.‎

Pada 27 Mei 2021, Ketua RT setempat mendapatkan informasi bahwa jenazah yang dimakamkan adalah suspek. Dari hasil dari laboratorium, jenazah dinyatakan positif COVID-19. Warga pun harus menjalani tracing kontak erat.

"Jadi warga tidak ada niat untuk menolak pemakaman tanpa protokol kesehatan. Ini semata karena ketidaktahuan warga dan ketidakjujuran dari keluarga pasien COVID-19 yang meninggal dunia," ucapnya.‎

Petugas dari Puskesmas Srandakan kemudian melakukan tracing. Ada sekitar 28 warga yang masuk dalam kategori kontak erat diminta untuk menjalani uji swab di Puskesmas Srandakan.

"Dari warga yang masuk dalam tracing kontak erak,‎ akhirnya hanya ada delapan warga yang datang ke puskesmas untuk uji swab PCR dan hasilnya lima dinyatakan positif dan tiga negatif," ucapnya.

Latif mengaku juga ikut datang ke puskesmas untuk uji swab PCR karena dirinya turut memandikan jenazah, namun demikian hasil dari uji swab PCR dinyatakan negatif.

"Permasalahannya lima orang yang dinyatakan positif sebelumnya sudah pergi ke mana-mana dan kontak dengan banyak orang," tuturnya.

3. Keluarga pasien COVID-19 tak terbuka kepada masyarakat bahwa jenazah merupakan suspect COVID-19

Keluarga Suspek COVID-19 Tak Jujur, Puluhan Warga Bantul Di-swabKetua RT 114, Kampung Mayongan, Fajar Zainudin.(IDN Times/Daruwaskita)

Ketua RT 114 Kampung Mayongan, Fajar Zainudin, mengatakan pihak keluarga pasien COVID-19 yang meninggal sebenarnya sudah mengetahui bahwa pasien merupakan suspek yang hasil swabnya belum keluar. Namun, keluarga tetap nekat ingin jenazah dimakamkan secara biasa dan warga sengaja tidak diberitahu.

"Jadi memang warga itu sengaja tidak diberitahu oleh keluarga bahwa jenazah sudah dinyatakan suspek. Jadi ini ujung permasalahan dari keluarga pasien COVID-19 yang tidak jujur. Jadi warga sama sekali tak menolak pemakaman secara prokes. Ini semata-mata ketidaktahuan warga dan ketidakjujuran keluarga pasien COVID-19," tandasnya.‎

4. Seluruh tracing kontak erat telah menjalani uji swab PCR

Keluarga Suspek COVID-19 Tak Jujur, Puluhan Warga Bantul Di-swabKepala Puskesmas Srandakan, drg. Budi Setyowati (kiri). (IDN Times/Daruwaskita)

Kepala Puskesmas Srandakan, drg. Budi Setyowati, mengatakan dari 28 tracing kontak erat pasien COVID-19 yang meninggal dunia di Kampung Mayongan, seluruhnya telah menjalani uji swab yang dibagi dalam empat tahap. Tahap pertama terdapat delapan warga yang menjalani uji swab PCR di puskesmas, tahap kedua ada satu orang dan tahap ketiga ada enam orang. Sedangkan tahap keempat uji swab PCR masal di Kampung Mayongan yang diikuti oleh 13 warga.

"Dari uji swab PCR tahap pertama sebanyak delapan orang, keluar hasilnya lima positif COVID-19. Sedangkan untuk hasil uji swab tahap kedua, ketiga dan keempat semuanya belum keluar," ujarnya.

Menurutnya dari lima warga yang positif, empat orang menjalani isolasi di shelter kabupaten dan satu pasien menjalani isolasi mandiri di rumah (isoman).

"Jadi kemungkinan warga yang terpapar positif COVID-19 akan bertambah karena sejumlah hasil swab PCR dari laboratorium belum keluar," ujarnya.

Baca Juga: 3 Kasus Penolakan Pemakaman COVID-19 dengan Prokes Terjadi di Bantul 

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya