Bertepatan 212 Tahun Geger Sepehi, Sri Sultan HB II Didaftarkan sebagai Pahlawan Nasional

Yogyakarta, IDN Times - Bertepatan dengan 212 tahun peristiwa Geger Sepehi, Keluarga Trah Sri Sultan Hamengku Buwono II bersama masyarakat Pagerejo, Kertek, Wonosobo, Jawa Tengah menyerahkan dokumen pengajuan pahlawan nasional Sri Sultan HB II, di Kantor Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Dinsos PMD) Wonosobo, Ksmis (20/6/2024).
Penyerahan dokumen ini juga dilakukan dengan kirab yang diawali dari Balai Desa Pagerejo berlanjut ke halaman Gedung Adipura Kencana, Wonosobo menuju kantor Dinsos PMD Kabupaten Wonosobo. Dokumen yang diserahkan secara resmi berupa sebuah buku yang ditulis berjudul 'Sultan Hamengku Buwono II Pahlawan Lentera Nusantara'.
Buku setebal 87 halaman tersebut ditulis melalui proses riset oleh tim peneliti yang beranggotakan perwakilan trah Sri Sultan HB II dan beberapa tokoh lokal yang telah berkontribusi sebelum adanya inisiatif pengusulan. Dokumen pendaftaran pengusulan pahlawan nasional Sri Sultan HB II diserahkan oleh Kepala Desa Pagerejo, Akhmad Nurwadi kepada Sekretaris Dinsos PMD Kabupaten Wonosobo, Eko Prasetyo.
1. Sri Sultan HB II dan peninggalannya

Sri Sultan HB II selama ini ditelisik memiliki kedekatan dengan Desa Pagerejo, di lereng Gunung Sindoro. Selama ini warga setempat begitu familiar dengan nama tokoh Raden Mas Sundoro yang tak lain adalah nama kecil Sultan HB II.
Dalam catatan Keraton Yogyakarta, Sri Sultan HB II lahir di lereng Gunung Sindoro dan diyakini tepatnya Desa Pagerejo, Wonosobo pada 7 Maret 1750. Masa itu adalah era sebelum berdirinya keraton Yogyakarta di era Palihan Nagari, perjanjian Giyanti di 1755.
Kepala Desa Pagerejo, Akhmad Nurwadi mengatakan, kebudayaan yang berhubungan dengan Sri Sultan HB II masih melekat dengan masyarakat Desa Pagerejo. "Sekarang ini di desa banyak peninggalan dari beliau tentang kebudayaan. Budaya itu di Pagerejo masih bertahan dan dilestarikan seperti kesenian berupa tarian hingga upacara atau ritus yang masih dilaksanakan tiap 70 hari sekali," ucapnya, Jumat (21/6/2024).
2. Berbagai tradisi masih terjaga

Salah satu tradisi yang masih terjaga yaitu Tenongan, rutin digelar masyarakat setiap 70 hari sekali pada hari Jumat Kliwon, dan diikuti ratusan warga di makam Sikramat. Dalam tradisi ini masyarakat memaknai sebagai wujud perayaan kemenangan Raden Mas Sundoro melawan penjajah pada masanya.
"Ada juga situs alam yakni tuk Surodilogo yang ada di atas desa di lereng Sindoro yang juga memiliki kisah yang melekat dengan kisah Raden Mas Sundoro atau Sri Sultan Hamengkubuwono II berupa tempat menyepi dan pemandian dari mata air," ungkap Akhmad Nurwadi.
3. Peran besar Sri Sultan HB II
Ketua tim penyusun buku, Ananta Hari Noorsasetya yang sekaligus keluarga trah Sri Sultan HB II menjelaskan pengusulan Sri Sultan HB II sebagai pahlawan nasional diupayakan sejak 2016 oleh Mein Sugandhi dan Leginingsih. Berlatar Desa Pagerejo, ia menjelaskan banyak jasa Sri Sultan HB II dalam membela bangsa Indonesia, sehingga patut menjadi tokoh inspirasi bagi bangsa Indonesia.
"Banyak peninggalan yang masih dilestarikan seperti di Yogyakarta, berupa bangunan dan seni arsitektur dengan corak khas, dan masih banyak digunakan. Secara garis besar perjalanan dan perjuangan Sri Sultan HB II telah tertulis dalam buku Sultan Hamengku Buwono II Pahlawan Lentera Nusantara. Masa-masa heroisme Sri Sultan HB II itu jadi inspirasi bangsa Indonesia. Betapa hebatnya beliau di jamannya untuk memerangi penjajahan di negeri ini," jelas Ananta.
Menyambut pendaftaran dan pengusulan, Sekretaris Dinas sosial PMD Kabupaten Wonosobo, Eko Prasetyo mengatakan usai menerima dokumen persyaratan pendaftaran pengusulan pahlawan nasional Sri Sultan HB II pihaknya akan mengecek kelengkapan dokumen. "Kelengkapan dokumen yang diajukan nanti akan disampaikan ke Dinsos Provinsi. Setelah itu masih ada tahapan lagi," tandasnya.