Pemda DIY Perpanjang Status Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi

- BPBD DIY memperpanjang status siaga darurat bencana hidrometeorologi di wilayahnya
- Keputusan perpanjangan didasarkan hasil pengamatan BMKG soal potensi cuaca ekstrem hingga pertengahan bulan April
- Puncak serangkaian bencana hidrometeorologi di DIY terjadi pada Jumat (28/3/2025) yang melanda beberapa kecamatan di lima kabupaten/kota se-DIY
Yogyakarta, IDN Times - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY memperpanjang status siaga darurat bencana hidrometeorologi di wilayahnya.Keputusan ini mempertimbangkan masih adanya potensi cuaca ekstrem sekalipun musim pancaroba telah tiba.
"Bulan ini memang sudah masuk pancaroba menuju ke musim kemarau, tapi untuk antisipasi kami ajukan perpanjangan," kata Kepala Pelaksana BPBD DIY Noviar Rahmad, Selasa (08/04/2025).
1. Diperpanjang satu bulan

Noviar mengatakan, keputusan perpanjangan status itu didasarkan hasil pengamatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) soal potensi cuaca ekstrem hingga pertengahan bulan April.
Status siaga darurat bencana hidrometeorologi yang sedianya selesai hari ini, diperpanjang hingga satu bulan ke depan. "Kami ajukan perpanjangan sampai 8 Mei (2025)," kata Noviar.
2. Intensitas cenderung menurun

Menurut Noviar, guyuran hujan lebat dan cuaca ekstrem untuk beberapa hari ke depan masih dimungkinkan terjadi. Kendati intensitasnya diperkirakan tidak setinggi bulan sebelumnya yang memicu kejadian banjir pada sejumlah titik di DIY.
"Mei itu perkiraannya sudah memasuki musim kemarau," ungkap Noviar.
3. Puncak bencana hidrometeorologi Bulan Maret 2025

Berdasarkan catatan BPBD, puncak serangkaian bencana hidrometeorologi di DIY dalam kurun waktu kurang lebih satu bulan, terjadi pada Jumat (28/3/2025). Saat itu seluruh daerah di lima kabupaten/kota se-DIY tercatat terkena dampak bencana hidrometeorologi.
Bencana banjir dan longsor setidaknya melanda 10 kecamatan di Bantul, demikian pula delapan kecamatan di Gunungkidul yang bernasib sama.
Di Kulon Progo sekitar lima kecamatan terendam banjir, sedangkan belasan titik lainnya terjadi tanah longsor. "Di Kota Yogyakarta dan Sleman juga terdapat tanah longsor, namun tidak sebanyak daerah lain," pungkas Noviar.