Pelawak Jogja Resah Keinginan Anak Muda Jadi Komedian Mulai Luntur

Bantul, IDN Times - Film layar lebar mengusung cerita komedi yang ditampilkan Warkop Reborn hingga Srimulat: Hil yang Mustahal saat ini menghiasi tontonan bioskop di tanah air.
Pelawak asal Yogyakarta, Anang Batas mengakui kemunculan pelawak legendaris Indonesia bisa menjadi penyemangat bagi generasi muda untuk menekuni profesi sebagai komedian. Namun kegalauan dirasakan oleh pemilik nama lengkap Ignasius Dwi Yatmoko ini. Anak muda yang awalnya menggeluti panggung hiburan lawak, kini mulai luntur.
"Di Yogyakarta, generasi muda yang mulai menggeluti profesi sebagai komedian kelihatannya stagnan. Kalaupun ada hanya satu atau dua saja," katanya kepada IDN Times, Jumat (27/5/2022).
1. Resah menunggu generasi muda memilih menjadi komedian

Kegelisahan Anang Batas ditambah dirinya tak lagi muda dan sangat membutuhkan generasi baru yang bisa berprofesi sebagai komedian.
"Terus terang saya melucu dengan gaya bahasa plesetan, Eko Bebek yang juga komedian di Yogyakarta yang tak muda juga resah. Suk sapa sing neruske awakke dewe iki (siapa yang nantinya akan meneruskan profesi sebagai komedian atau pelawak ini," ujarnya.
2. Bakat pelawak bukan karena faktor keturunan

Anang mengaku saat memutuskan menjadi komedian atau pelawak sekitar 30 tahun lalu, banyak orang menganggap kelucuan yang dimilikinya merupakan bakat turunan dari keluarga.
"Dengan modal sedikit saja asal bisa mengasahnya, pasti bisa melawak. Permasalahan sekarang itu tidak ada wadah untuk mengasah bakat lawak dari anak-anak muda di Yogyakarta," tuturnya.
3. Dinas Kebudayaan harusnya memberikan wadah agar pelawak terus berkembang

Menurut Anang, saat masih muda dirinya bersama beberapa pelawak membuat sebuah tempat panggung atau tempat pertunjukan sendiri. Kemampuan untuk belajar melawak akhirnya terus terasah.
"Saat ini tidak ada lembaga yang bisa menciptakan wadah atau panggung bagi anak-anak muda ini untuk mengasah bakatnya sebagai pelawak. Harusnya ini tanggung jawab dari Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk memberikan tempat, panggung bagi calon pelawak atau komedian," ucapnya.
Para pelawak senior di Yogyakarta kata Anang, seperi Mas Marwoto, Kelik Pelipur Lara, siap untuk membantu menghasilkan generasi muda yang ingin menjadi pelawak.
"Sayangnya selama ini kami ini tidak pernah "disenggol" oleh pihak-pihak yang memiliki kewenangan dan anggaran untuk menciptakan seniman-seniman atau para pelawak muda," tuturnya.
Meski tidak ada wadah untuk mengasah kemampuannya melawak, saat ini para pelaku seni standup comedy sering bertemu untuk saling tukar ilmu dan mengembangkan kemampuannya.
"Jika pertemuan ini difasilitasi dan ditangani para mentor handal tentunya kemampuan melawak akan semakin meningkat. Semakin banyak bahan yang bisa digunakan untuk melawak," ucapnya.
4. Dari melawak bisa mencari rezeki di bidang lainnya

Anang mengaku, generasi muda juga merasakan ketakutan tentang kecukupan finansial di masa depan saat memilih menjadi pelawak. Padahal, kata Anang dari melawak akan tercipta banyak relasi yang bisa digunakan untuk mengembangkan bakatnya lainnya.
"Saya sebagai pelawak saat ini juga masih hidup. Masih bisa mendapatkan rezeki dari bidang lain meski modal awalnya sebagai pelawak. Tapi ya kembali lagi, apakah punya kemampuan untuk memanfaatkan peluang itu. Kan tidak semua bisa memang butuh keahlian lainnya," ucapnya.