Paus Desak PBB Selidiki Genosida Israel, Muhammadiyah: Komitmen Dunia

- Pimpinan Muhammadiyah menilai seruan Paus Fransiskus sebagai cerminan komitmen dunia mengakhiri genosida di Palestina.
- Muhammadiyah garisbawahi pentingnya proses perdamaian dan penegakan hukuman terhadap Israel untuk menciptakan perdamaian abadi di Palestina.
- Indonesia perlu terus menggalang kekuatan dunia demi memperbesar kans terwujudnya perdamaian abadi dan penegakan hukuman bagi Israel.
Yogyakarta, IDN Times - Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menilai langkah Pemimpin gereja Katolik Vatikan, Paus Fransiskus yang mendesak PBB menyelidiki lebih lanjut agresi Israel di Jalur Gaza merupakan cerminan komitmen dunia mengakhiri genosida di Palestina.
"Seruan Paus itu sebenarnya merupakan akumulasi dari makin luasnya komitmen dunia, baik lewat PBB maupun antarbangsa, antarnegara yang terakhir bahkan mendukung Palestina merdeka, untuk mengakhiri genosida yang terstruktur di Gaza oleh Israel," kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir ditemui di kantornya, Kota Yogyakarta, Senin (18/11/2024).
1. Perdamaian abadi butuh two-state solution

Bersamaan dengan desakan Paus ini, Muhammadiyah pun menggarisbawahi dua upaya yang mesti dilakukan oleh dunia, termasuk Indonesia dalam rangka menciptakan perdamaian abadi.
Upaya pertama adalah mendesak dilanjutkannya proses perdamaian demi mencapai two-state solution atau solusi dua negara. Perdamaian abadi, kata dia, tidak akan tercapai tanpa terpenuhinya hak bangsa Palestina.
"Negara Israel dan Palestina yang merdeka berdaulat dan tidak saling mengintervensi. Nah selama itu tidak ada pemecahan, akan selalu menimbulkan ketegangan dan konflik berkepanjangan. Dan kita malu pada peradaban, sudah sejak tahun 48, ya. Jadi udah 75 tahun ya, kondisi Palestina seperti itu dan penjajahan masih terus berlangsung," paparnya.
2. Seruan Paus rujukan buat sanksi Israel

Kedua, kata Haedar, desakan Paus ini menjadi rujukan untuk menjatuhkan hukuman bagi Israel agar agresi serupa oleh tentara Zionis maupun tak kembali diulang.
"Harus ada punishment. Klo tidak ada punishment, jadi imbauan Paus itu jadikan sebagai rujukan untuk ada punishment terhadap Israel agar itu tidak terulang dan negara lain juga tidak akan mendukung terus. Nah soal bagaimana mekanismenya, kita serahkan pada mekanisme yang ada di PBB, Mahkamah Internasional dan sebagainya," ujar Haedar.
3. RI terus galang kekuatan global

Sementara, kata Haedar, di lain sisi Indonesia bisa terus menggalang kekuatan dunia demi memperbesar kans terwujudnya dua upaya tadi.
"Indonesia kan sudah firm ya, sikapnya tegas membela Palestina, bukan soal primordialisme, tapi komitmen bahwa Indonesia sejak dulu dan ada di konstitusi kita selalu menentang segala bentuk penjajahan. Nah, Israel kan bentuk dari penjajahan yang menteri luar negeri yang lama (Retno Marsudi) begitu tegasnya di PBB. Saya pikir Indonesia harus terus menggalang kekuatan dunia untuk terwujudnya dua hal tadi," tutupnya.
Pemimpin Gereja Katolik Paus Fransiskus menyerukan agar penyelidikan atas aksi genosida Israel yang masih berlanjut di Jalur Gaza saat ini segera digelar.
"Menurut sejumlah ahli, apa yang terjadi di Gaza memiliki ciri-ciri sebuah genosida. Hal ini harus diselidiki untuk memastikan apakah yang terjadi sesuai dengan definisi teknis yang dirumuskan ahli hukum dan badan internasional," kata Paus Fransiskus, dikutip dari Al Jazeera, Senin (18/11/2024).
Paus juga menyinggung adanya blokade Israel terhadap jalur bantuan kemanusiaan yang mau masuk ke Palestina sehingga menyebabkan bantuan ini terhambat.