Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Gen Z Jadi Penyumbang Utama Food Waste, Lemah Kontrol Porsi Makanan

ilustrasi food waste
ilustrasi food waste (unsplash.com/Elevate)
Intinya sih...
  • Usulan integrasi literasi pangan ke kurikulum sekolah dan penguatan bank makanan berbasis komunitas
  • Pentingnya model perilaku Generasi Z dalam ketahanan pangan dan penelitian baru mengenai konsumsi masyarakat
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sleman, IDN Times – Perilaku Generasi Z dalam mengonsumsi makanan berdampak terhadap ketahanan pangan. Hal ini terungkap dalam disertasi Shinta Dewi Novitasari, mahasiswa program Doktor Ilmu Ketahanan Nasional, Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM).

Shinta menekankan perlunya edukasi, penguatan norma sosial, dan kontrol perilaku untuk mendukung konsumsi berkelanjutan. Riset tersebut dibedah dalam ujian tertutup promosi doktor yang digelar pada Jumat (19/9/2025).

1. Gen Z masih lemah dalam kontrol porsi makan

ilustrasi Gen Z (IDN Times/Indonesia Gen Z Report 2022)
ilustrasi Gen Z (IDN Times/Indonesia Gen Z Report 2022)

Dalam disertasi berjudul Dampak Perilaku Generasi Z Menghasilkan Sampah Makanan (Food Waste) Berbasis Komoditas Beras Terhadap Ketahanan Pangan di Kabupaten Bantul, Shinta menemukan nasi masih menjadi makanan utama bagi Gen Z usia 13–28 tahun. Namun, kontrol porsi makan mereka masih lemah sehingga kerap menghasilkan sisa makanan.

“Food waste generasi muda memiliki dampak terhadap menurunnya penggunaan pangan,” jelas Shinta, dilansir laman resmi UGM.

2. Usulkan literasi pangan hingga penguatan bank makanan

Ujian tertutup promosi doktor Shinta Dewi Novitasari
Ujian tertutup promosi doktor Shinta Dewi Novitasari yang digelar pada Jumat (19/9/2025). (ugm.ac.id)

Dari hasil temuannya, Shinta memberikan rekomendasi berupa integrasi literasi pangan ke dalam kurikulum sekolah, kampanye di media sosial, serta penguatan bank makanan berbasis komunitas di tingkat RT/RW.

Ia juga menawarkan strategi pengurangan food waste melalui dua pendekatan. “Intervensi berbasis perilaku menjadi penting, terutama penguatan kontrol perilaku Generasi Z, sebagai prioritas kebijakan daerah yang adaptif terhadap karakter generasi muda yang dinamis dan digital,” tegasnya.

3. Hasilkan model baru dalam penelitian ketahanan pangan

Ilustrasi ketahanan pangan (IDN Times/Rochmanudin)
Ilustrasi ketahanan pangan (IDN Times/Rochmanudin)

Ia menekankan ketahanan pangan tidak hanya berkaitan dengan produksi dan distribusi, tetapi juga cara konsumsi masyarakat. “Generasi Z memiliki potensi besar untuk menjadi motor penggerak konsumsi berkelanjutan,” ujarnya.

Dari penelitiannya, lahir Behavioral-Based Food Security Model yang menempatkan perilaku generasi muda sebagai faktor utama dalam ketahanan pangan. Kerangka ini disebut bisa menjadi acuan kebijakan berbasis bukti bagi pemerintah daerah. Selain itu, Shinta juga mempublikasikan artikelnya di jurnal internasional terindeks Scopus Q3, Food Research.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriana Sintasari
EditorFebriana Sintasari
Follow Us

Latest News Jogja

See More

Gen Z Jadi Penyumbang Utama Food Waste, Lemah Kontrol Porsi Makanan

24 Sep 2025, 22:48 WIBNews