Mahasiswa UGM Olah Limbah Jagung di Bantul Jadi Briket Ramah Lingkungan

- Pelatihan dan pendampingan Program Bijak dilaksanakan sejak 24 Agustus hingga 21 September 2025,
- Ketua PKK Dusun Kalimundu berharap program ini bisa terus berjalan untuk meningkatkan penghasilan tambahan bagi masyarakat.
Bantul, IDN Times – Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) bekerja sama dengan PKK Dusun Kalimundu, Gadingharjo, Bantul, menginisiasi program pemanfaatan tongkol jagung menjadi briket bahan bakar. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi limbah pertanian sekaligus meningkatkan nilai ekonomi masyarakat.
Program bertajuk Briket Jagung Kalimundu (Bijak) ini berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa). Tim PKM-PM UGM berhasil mendapatkan pendanaan untuk menjalankan kegiatan yang melibatkan aktifnya ibu-ibu PKK Kalimundu sebagai penggerak masyarakat.
1. Serangkaian pelatihan dan pendampingan

Program Bijak dilaksanakan sejak 24 Agustus hingga 21 September 2025. Rangkaian kegiatan dimulai dari sosialisasi, pelatihan pembuatan briket, praktik mandiri, hingga workshop pemasaran. Program kemudian ditutup dengan monitoring dan evaluasi.
Setelah program berakhir, tim PKM-PM UGM merencanakan tindak lanjut melalui komunikasi di grup WhatsApp dan kunjungan rutin ke lokasi. Upaya ini dilakukan agar proses produksi briket tetap berjalan secara berkelanjutan.
2. Tahapan pembuatan briket jagung

Proses pembuatan briket dimulai dengan penjemuran tongkol jagung hingga kering. Setelah itu, dilakukan pembakaran tertutup menggunakan drum pirolisis yang menghasilkan asap cair sebagai pestisida alami sekaligus mengurangi polusi.
Hasil arang dari tongkol jagung kemudian dihaluskan menggunakan mesin penepung. Tepung arang ini dicampur dengan tepung kanji dan air sebagai perekat, lalu dicetak dalam cetakan khusus. Briket yang telah dicetak dijemur kembali hingga kering. Proses dilanjutkan dengan perendaman briket dalam larutan garam untuk mengoptimalkan kalori pembakaran. Setelah penjemuran terakhir, produk Briket Jagung Kalimundu (Bijak) siap dipasarkan.
3. Harapan dan testimoni warga

Ketua PKK Dusun Kalimundu, Agni, menyampaikan harapannya agar program ini bisa terus berjalan. “Kami berharap setelah pelatihan ini, ibu-ibu di Dusun Kalimundu bisa terus memproduksi briket dan menjadikannya sumber penghasilan tambahan,” ujar Agni, dilansir laman resmi Pemkab Bantul.
Lis, salah satu peserta, turut merasakan manfaat kegiatan ini. "Dulu kami tidak tahu bagaimana cara memanfaatkan tongkol jagung setelah panen. Biasanya langsung dibuang. Sekarang, kami bisa mengolahnya menjadi briket yang bermanfaat," katanya.
Peserta lain bernama Nur juga memberikan testimoni. "Kami mendapatkan pengalaman luar biasa. Dari yang sebelumnya tidak tahu cara membuat briket, kini kami tahu langkah-langkahnya. Harapan kami, ke depan kami bisa memproduksi lebih banyak dan memasarkan briket ini untuk menambah penghasilan ibu-ibu PKK Kalimundu," terang Nur.