BMKG Ingatkan Pentingnya Petani Mengetahui Potensi Perubahan Cuaca

- Cuaca ekstrem bisa diprediksi sebelumnya, petani dapat mengantisipasi lebih awal melalui ponsel.
- Pentingnya petani mengetahui prakiraan cuaca sebagai langkah mencegah gagal panen dan berpengaruh pada ketahanan pangan hingga inflasi.
- Banyak petani masih mengandalkan pranoto mongso, namun BMKG menilai cara ini semakin sulit dilakukan dengan kondisi cuaca saat ini.
Gunungkidul, IDN Times - Cuaca ekstrem belakangan ini sering melanda Indonesia dan menimbulkan kerugian bagi petani. Karena itu, para petani diharapkan bisa mengenali potensi perubahan cuaca melalui ponsel.
"Baik ekstrem basah dan kering itu sangat berbahaya bagi bercocok tanam," kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati di Gunungkidul, Senin (22/9/2025).
1. Cuaca ekstrem bisa diprediksi sebelumnya

Menurut Dwikorita, cuaca ekstrem sebenarnya bisa diprediksi sehingga dapat diantisipasi lebih awal. Ia menyebut petani kini lebih mudah membaca situasi cuaca dan iklim, salah satunya lewat telepon genggam.
"Kita bisa tahu kapan hujan ekstrem mulai dari sepekan sebelumnya sampai 30 menit sebelumnya," terangnya.
2. Pentingnya petani mengetahui prakiraan cuaca

Dwikorita menekankan pentingnya mengetahui prakiraan cuaca sebagai langkah mencegah gagal panen. Jika petani berhasil memanen dengan baik, hal itu akan berpengaruh pada ketahanan pangan hingga inflasi.
"Jadi petani ini sangat penting untuk mengetahui prakiraan cuaca," tuturnya.
3. Pranoto mongso sering salah mongso

Banyak petani masih mengandalkan pranoto mongso atau ilmu tradisional membaca tanda alam untuk menentukan waktu tanam. Namun, cara ini dinilai semakin sulit dilakukan dengan kondisi cuaca saat ini.
"Pranoto mongso sering salah mongso, misalnya di musim kemarau terjadi hujan ekstrem. Di Bali kemarin hujan ekstrem sebenarnya masih musim kemarau, Bali banjir seperti itu, itu bisa diprediksi seminggu sebelumnya. BMKG memberikan peringatan dini kepada petani dan pemerintah daerah bersiap-siap," tutup Dwikorita.