Viral Food Vlogger Jogja Debiprt Diboikot, Gimana Kronologinya?

Ungkapan "Jika Anda puas beri tahu teman, jika Anda kecewa beri tahu kami" sepertinya mulai pudar di era media sosial saat ini. Kini, kepuasan atau kekecewaan sering kali jadi konten yang bisa mendulang banyak viewers. Di era digital seperti sekarang, profesi food vlogger atau pengulas makanan semakin diminati banyak orang. Namun, tak selalu mudah dan menguntungkan, profesi ini juga punya tantangan tersendiri.
Baru-baru ini, viral di Instagram ajakan untuk memboikot akun @debiprt_, seorang food vlogger yang dituduh telah merusak reputasi banyak usaha kuliner di Yogyakarta. Ajakan boikot ini menyebar luas setelah beberapa pemilik bisnis makanan mengaku usahanya terpuruk usai mendapat ulasan negatif dari akun tersebut. Lantas, siapa sebenarnya Debiprt dan bagaimana kasus ini bisa viral? Simak cerita lengkapnya berikut ini!
1. Siapa Debiprt yang lagi viral?

Ialah Debi Pratama, lelaki yang berada di balik akun @debiprt di Instagram dan TikTok. Ia terbilang masih baru terjun sebagai konten kreator, khususnya dalam mengulas tempat makan di Jogja. Berniat tampil beda dari kreator lainnya, ia pun menggunakan bahasa dan nada yang kaku alih-alih friendly dan ceria dalam kontennya.
Pengikutnya di media sosial memang belum sebanyak kreator serupa, tapi kontennya beberapa kali trending hingga telah ditonton ribuan orang. Namanya pun naik karena ia terbilang rajin jajan dan mengulas tempat makan hits seperti Warung Pojok Mbak Yuni, Warung Padang Upik, dan lain-lain.
2. Kontroversi Debiprt dan respon kreator lainnya

Awal mula seruan boikot pada akun debiprt karena ulasannya yang dinilai menjatuhkan alih-alih memberikan kejujuran pada restoran atau warung yang didatanginya. Misalnya saat ia review RM Padang Upik dan mengatakan tak ada rasa manis-manisnya pada rendangnya. Padahal seperti yang diketahui bahwa masakan khas Minang memang tak menonjolkan rasa manis.
Selanjutnya kala debiprt mengulas Warung Yanto yang tak lain adalah tempat makan seafood kesukaan banyak orang. Ia mengatakan kalau tempatnya overrated dan overprice hingga menyebut banyak lalat di sekitarnya.
Mulai dari situ, banyak yang menyesalkan ulasan debiprt yang salah satunya datang dari food vlogger kawakan Jogja, Dadad Sesa atau yang dikenal sebagai Java Foodie.
"Tolong lah orang yg hobinya dzolimin warung2 di Jogja dengan konten negatif gitu gausah dikasih panggung. Kalau bisa ga perlu dikomen juga. Kmren warung yanto, skrh warung mamiku. Dr awal niatnya ya cm emang mau bikin konten niatnya ud jelek kok Semoga dapet karmanya," tulis Java Foodie di X.
3. Muncul seruan boikot untuk debiprt

Setelah ditelusuri, ternyata banyak kata-kata yang disampaikan oleh debiprt dalam konten-kontennya yang menyerang warung makan di Jogja dengan nada negatif. Wajar jika banyak yang marah karena merasa merugikan, terutama di tengah daya beli masyarakat yang menurun seperti saat ini. Efeknya, salah satu tempat makan yang selama ini selalu dapat ulasan baik, yakni Warung Makan Mamiku, jadi tak berani buka lagi setelah dapat ulasan dari debiprt.
Melalui template story di Instagram, muncul seruan boikot pada debiprt dari pelaku usaha F&B di Jogja. Ratusan orang diketahui membagikan ulang unggahan tersebut hingga banyak dibahas di platform X. Akun @gastronusa menyerukan bahwa boikot ini menjadi pelajaran supaya konten kreator tak asal bicara.
4. Debiprt hapus konten hingga non-aktifkan akun

Sampai berita ini dituliskan, debiprt belum menyampaikan permohonan maaf maupun klarifikasinya. Justru sejak viral, ia malah menghapus konten-kontennya satu per satu hingga akunnya pun hilang.
Meski berusaha menghilangkan jejak, kontennya sudah banyak diunduh dan tetap bersliweran di media sosial. Malahan kini banyak bermunculan akun tiruan debiprt yang memanfaatkan panasnya berita ini demi mendulang pengikut.
Nah, dari kisah boikot konten kreator debiprt ini dapat dijadikan pelajaran bahwa apa pun yang kita lakukan harus didasari rasa tanggung jawab. Apalagi efek dari media sosial yang tak main-main, bisa bikin usaha kecil jadi besar, begitu juga sebaliknya, menghilangkan mata pencaharian orang lain. Mengulas boleh, tapi jangan sampai merugikan apalagi milik UMKM kecil, ya.