Benarkah Paras Good Looking Itu Relatif? Ini Pandangan menurut Sains

- Simetri wajah dan tubuh dikaitkan dengan kesehatan genetik serta dipilih insting manusia untuk pasangan.
- Fitur wajah mendekati rata-rata populasi dinilai lebih menarik karena dianggap familiar dan mewakili keragaman genetik.
- Ciri khas seksualitas pada wajah, warna kulit sehat, dan simetri dianggap menarik menurut pandangan evolusi dan neurosains.
Fenomena tentang paras yang dianggap menarik secara fisik alias good looking sering kali memicu perdebatan. Kita sering mendengar ungkapan bahwa 'cantik atau ganteng itu subjektif dan relatif', dipengaruhi oleh selera individu, budaya dan tren.
Namun, di balik anggapan tentang 'good looking' yang relatif, sains memiliki pandangannya sendiri. Pandangan sains tentang 'good looking' menunjukkan bahwa terdapat kriteria umum yang membuat seseorang dianggap lebih menarik secara fisik, yang ternyata tidak sepenuhnya relatif.
Berikut adalah rangkuman tentang pandangan sains terhadap sesuatu yang dianggap menarik, dilansir dari berbagai sumber.
1. Kriteria umum good looking menurut sains

Dilansir National Library of Medicine dalam artikel berjudul Facial attractiveness: evolutionary based research, berikut merupakan kriteria umum good looking menurut sains:
- Simetri. Wajah dan tubuh yang simetris dianggap lebih menarik karena dikaitkan dengan kesehatan genetik. Ketidaksimetrisan dikaitkan dengan penyakit masa lalu atau cacat genetik. Insting manusia menjadikan sifat simetri untuk memilih pasangan dan bereproduksi.
- Rata-rata. Fitur wajah yang mendekati rata-rata suatu populasi cenderung dinilai lebih menarik. Hal ini mungkin terjadi karena ciri rata-rata dianggap sebagai sesuatu yang lebih familiar dan mewakili suatu keragaman genetik.
- Ciri khas yang berkaitan dengan seksualitas pada wajah. Dalam pandangan evolusi, pria yang lebih maskulin dan wanita yang feminin dianggap lebih menarik karena menunjukkan kesehatan dan kualitas genetik yang baik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wajah feminin pada wanita mencerminkan kesuburan.
- Kesehatan dan warna kulit. Penelitian menunjukkan bahwa kulit yang sehat dengan warna yang merata cenderung lebih menarik. Warna kemerahan pada wajah sering dianggap lebih sehat karena menunjukkan darah yang teroksigenasi dengan baik. Warna kekuningan pada kulit juga dianggap lebih sehat karena diet yang benar berkaitan dengan konsumsi buah dan sayur yang mengandung karotenoid.
2. Perspektif psikologis terhadap individu good looking

Mungkin, narasi "keadilan sosial bagi seluruh rakyat good looking" terdengar sudah tidak asing lagi di telinga kita. Ungkapan ini datang dari kelakar warga media sosial untuk menanggapi berbagai isu sosial di masyarakat. Ternyata, sains juga memiliki pandangan yang tidak jauh berbeda, lho.
Dilansir Verywell Mind, penelitian menunjukkan bahwa daya tarik fisik dapat mempengaruhi pandangan sosial secara signifikan. Seseorang yang menarik sering dianggap lebih kompeten, baik hati, dan ramah. Fenomena ini disebut juga dengan 'halo effect' atau stereotip 'beautiful is good'. Menariknya, stereotip ini dapat mempengaruhi peluang sosial, perekrutan dalam dunia kerja bahkan penilaian hukum.
3. Perspektif neurosains terhadap kecantikan

Dilansir Science Focus, hasil penelitian terkait neurosains mengungkap bahwa otak manusia didesain untuk mengenali keindahan melalui pola dan bentuk tertentu yang biasa ditemukan di alam, seperti simetri dan rasio emas. Ketika seseorang melihat keindahan, area otak yang disebut korteks orbitofrontal medial, yang berperan dalam perasaan penghargaan dan kenikmatan akan teraktivasi. Studi lain mengungkap bagian otak tersebut juga teraktivasi saat merespon wajah-wajah yang indah.
Reaksi tersebut mungkin mempunyai sejarah evolusi, seperti anggapan bahwa wajah simetris dapat memberikan keuntungan dengan menunjukkan pasangan yang sehat. Sebelumnya, otak nenek moyang kita mengenali tanaman yang tumbuh dengan pola simetris dianggap sebagai tanaman yang sehat dan aman untuk dimakan. Sebaliknya, tanaman yang tumbuh miring dianggap tidak layak.
4. Preferensi pribadi

Meskipun terdapat ciri-ciri umum yang dikaitkan dengan daya tarik, tidak dapat dipungkiri bahwa preferensi individu sangat bervariasi. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman pribadi, latar belakang budaya, dan lingkungan sosial.
Dilansir Nature, para ahli sepakat bahwa meskipun ada kesepakatan mengenai karakteristik mengenai daya tarik, bias pribadi atau preferensi memainkan peran penting dalam membentuk pandangan individu.
Kesimpulannya, sains memandang daya tarik sebagai interaksi kompleks antara faktor biologis, psikologis, dan neurosains. Meskipun karakteristik tertentu seperti simetri dan kondisi kulit tertentu secara umum dianggap lebih menarik, preferensi individu atau selera tiap orang akan selalu andil dalam menilai apa itu cantik.