Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Ternak Mati Akibat Antraks di Gunungkidul Capai 26 Ekor

Ilustrasi sapi mati akibat terpapar antraks. (Dok. Istimewa)
Intinya sih...
  • Kasus antraks di Gunungkidul terjadi pada 26 ekor ternak, 23 sapi dan 3 kambing, di dua wilayah.
  • Penyiraman formalin dan antibiotik dilakukan untuk mencegah penyebaran antraks, namun sebagian warga menolak penyuntikan.
  • Pihak Dinas Kesehatan Gunungkidul memantau 25 orang yang kontak langsung dengan ternak terkonfirmasi antraks, tiga positif dan dua suspek.

Gunungkidul, IDN Times - Kasus ternak mati mendadak akibat antraks di Kabupaten Gunungkidul terus bertambah. Hingga saat ini, jumlah ternak yang mati telah mencapai 26 ekor, meningkat dari sebelumnya yang tercatat sebanyak 20 ekor.

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul mencatat total 26 ternak mati akibat antraks di dua wilayah, yakni Kalurahan Tileng, Girisubo, dan Kalurahan Bohol, Rongkop.

"Dari 26 ekor ternak yang mati terdiri dari 23 ekor sapi dan tiga ekor kambing," kata Kepala DPKH Gunungkidul, Wibawanti Wulandari, Rabu (16/4/2025).

1. Hanya 1 bangkai ternak yang ditemukan

Ilustrasi vaksinasi antraks. (Dok. Istimewa)

Wibawanti menuturkan, dari 26 ekor tersebut hanya satu bangkai ternak yang ditemukan. Sementara sisanya tidak ditemukan sehingga pengujian dilakukan melalui sampel tanah. Hasilnya, sebagian besar menunjukkan positif antraks.

"Kita sudah melakukan penyiraman formalin. Total sudah 500 liter biang formalin, dari jumlah itu ditambah 10 persen air untuk campuran," ujarnya.

Ia menjelaskan, kasus awal lambing mati mendadak di Wilayah Tileng terjadi pada awal Februari 2025 lalu. Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium terhadap darah dan tanah, dan dinyatakan positif.

Dilakukan penyiraman formalin dan antibiotik pada ternak di sekitar lokasi.

2. Ternak mati yang dipotong sangat merepotkan petugas

Sapi para peternak. (Dok. IDN Times)

Wibawanti menjelaskan, sebagian besar ternak yang mati akibat antraks sempat dipotong lebih dulu sebelum dijual. Hal ini menyulitkan petugas dalam melakukan pelacakan.

"Saya tidak tahu motifnya apa, apakah kambing yang mati. Kebanyakan disembelih dulu, itu cukup merepotkan di kita karena kita harus ekstra (penelusuran)," katanya.

Saat dipotong di kandang, bangkainya dibawa ke lokasi armada, darah menetes di sepanjang jalan. Pihaknya harus melakukan penyiraman formalin di kandang dan jalan yang dilewati membawa daging ternak yang disembelih.

Untuk mencegah penyebaran, DPKH telah menyuntikkan antibiotik ke sejumlah ternak. Di Tileng, sudah dilakukan pada 15 kambing dan 27 sapi. Sementara di Bohol, penyuntikan dilakukan pada 233 kambing dan 103 sapi. Meski begitu, Wibawanti mengakui masih ada warga yang menolak penyuntikan.

Sebanyak 11 tim diterjunkan untuk melakukan edukasi ke wilayah terdampak dan daerah yang sebelumnya pernah terpapar antraks.

3. 25 warga kontak dengan ternak positif antraks

ilustrasi spora antraks (IDN Times/Aditya Pratama)

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Ismono, menyebut pihaknya masih memantau 25 orang yang pernah kontak langsung dengan ternak terkonfirmasi antraks. Hingga kini, tercatat tiga orang positif antraks dan dua lainnya berstatus suspek.

"Sekitar bulan Maret pertengahan, hingga awal April, terjadi kematian ternak di Tileng (Kapanewon Girisubo) dan Rongkop, melakukan pemantauan. Dari itu ada empat orang yang kontak, kemudian terdapat gejala antraks infeksi pada kulit atau luka semacam ruam, dan satu dari Rongkop," katanya.

Setelah melakukan uji usap di laboratorium terhadap empat orang dari Tileng, tiga orang dinyatakan positif, dan satu suspek. Untuk Rongkop, saat dikunjungi luka sudah mengering, dan dianggap suspek.

"Sampai saat ini di klaster Girisubo dan Rongkop 3 positif dan 2 suspek. Untuk yang lima orang saya dapat laporan dari kepala Puskesmas sudah sembuh tidak ada luka lanjutan," kata dia.

Pihaknya terus melakukan penelusuran terhadap orang yang melakukan kontak terhadap ternak terkonfirmasi positif, serta dilakukan pengawasan dan pengobatan. Total ada 25 orang yang kontak langsung, mereka berperan penyembelihan hingga membantu mengangkut ternak.

Ismono mengatakan, jika 25 orang dilakukan pengawasan dan pengobatan selama 60 hari. "25 orang tidak ada gejala, tetap dilakukan pengawasan hingga pertengahan bulan Mei mendatang," ujarnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us