Nelayan Pantai Selatan Bantul Hadapi 5 Kendala, Ini Rinciannya

- Nelayan Bantul menghadapi 5 kendala saat menangkap ikan
- Kendala meliputi tidak adanya rumpon, mesin kapal tua, dan BBM bersubsidi yang sulit didapatkan
- Teknologi budidaya udang ramah lingkungan juga belum bisa diaplikasikan di Bantul
1. Lima kendala melayan Bantul saat melaut

Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI), Kabupaten Bantul, Suyanto mengatakan setidaknya ada lima kendala yang dialami oleh nelayan Bantul di luar cuaca ekstrem.
"Selama ini nelayan ketika akan menangkap ikan memang ada kendala sehingga tangkapan ikan tidak maksimal. Ya setidaknya ada lima kendala yang dihadapi nelayan Bantul," katanya saat acara Gerakan Cinta Laut di Pantai Depok, Kabupaten Bantul, Sabtu (13/9/2025).
1. Tidak punya rumpon di laut dangkal dan dalam

Kendala yang pertama yakni belum adanya rumpon baik di laut dangkal dan laut dalam. Padahal rumpon merupakan tempat atau rumah bagi ikan sehingga ketika nelayan menjaring di daerah rumpon maka tangkapan ikan cukup banyak.
"Bagi kami nelayan rumpon itu merupakan titik kita berburu ikan, namun untuk saat ini tidak ada sama sekali rumpon. Untuk membuat satu rumpon biayanya bisa mencapai puluhan juta. Tapi kalau hanya sekadar rumpon biaya murah tapi tak bertahan lama," ucapnya.
2. Mesin yang usianya sudah tua tanpa ada peremajaan

Kendala yang kedua adalah mesin kapal yang saat ini usianya sebagian besar usianya sudah belasan tahun sehingga rawan macet ketika digunakan. "Apalagi kondisi gelombang laut selatan Bantul ini cukup ganas sehingga ketika mesin kapal bermasalah maka nyawa taruhannya bagi nelayan," ucapnya.
3. Kendala BBM bersubsidi bagi nelayan

Kendala yang ketiga stasiun pengisian bahan bakar untuk nelayan yang selama ini belum ada yang terealisasi. Akibatnya, terkadang nelayan harus membeli BBM ke SPBU. Bahkan, terkadang nelayan tidak bisa membeli BBM bersubsidi karena tidak punya surat dari Dinas Kelautan dan Perikanan.
"Seharusnya ada SPBU untuk nelayan di titik-titik tempat pelelangan ikan namun khusus di Bantul tidak ada," ungkapnya.
4. Tak bisa terapkan teknologi budidaya udang ramah lingkungan

Kendala keempat saat ini nelayan sudah menemukan teknologi untuk budidaya udang yang ramah lingkungan namun sejauh ini belum bisa diaplikasikan di Bantul.
"Ini jadi kendala kita ketika daerah lain sudah bisa budidaya udang dan ramah lingkungan namun di Bantul belum bisa," ungkapnya.
Kelima kata Suyanto, saat ini pengurus HNSI khususnya di tingkat kabupaten tidak memiliki kantor. Kondisi ini menyulitkan untuk koordinasi. Ke depan, ia berharap pengurus HNSI bisa difasilitasi untuk mendapatkan kantor. "Keberadaan kantor HSNI di tingkat kabupaten cukup mendesak, ini juga terkait dengan visi misi Gubernur DIY," katanya.