Kunjungi JAFF Market, Wamenekraf Ingin Film Bisa Sampai ke Pelosok

- Wamenekraf Irene Umar menilai industri film berkembang pesat, namun distribusi ke pelosok masih jadi tantangan besar.
- Ia menekankan pentingnya peningkatan talenta, regulasi yang kuat, serta kolaborasi lintas sektor termasuk dukungan perbankan untuk literasi finansial kreatif.
- Irene optimistis Indonesia dapat menjadi kekuatan global dan melahirkan “the next wave” seperti fenomena K-Wave.
Yogyakarta, IDN Times - Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Wamenekraf), Irene Umar menyebut potensi besar industri perfilman. Meski begitu, ia menyoroti pendistribusian film di Indonesia. Ia menginginkan akses film bisa sampai ke pelosok, tidak hanya di pusat kota besar.
“Kami ingin juga ke daerah-daerah. Tantangan besar sekali,” ungkap Irene saat menghadiri JAFF Market 2025, di JEC Yogyakarta, Senin (1/12/2025).
1. Tantangan industri film

Sejumlah tantangan disebut Irene masih mengganjal potensi ekonomi kreatif ini. Perlu sinergi, kolaborasi untuk menghadapi tantangan yang ada.
“Industri perfilman sedang tumbuh, maju. Tantangan besarnya seperti apa? Industri semakin besar, berarti perlu distribusinya, perlu talenta juga banyak. Ibarat kita buka toko, toko 1 kita perlu karyawan 10, tiba-tiba jadi 1.000, butuh karyawan 10.000,” kata Irene
Oleh karena itu, menurut Irene perlu adanya peningkatan kapasitas yang baru masuk dunia film dan yang sudah baik, perlu ditingkatkan lagi. “Karena itu kan continuitas learning,” ucap Irene.
Irene mengatakan dari Kementerian mencoba menggandeng berbagai pihak untuk menguatkan ekosistem film. Tidak hanya satu Kementerian saja yang terlibat, perlu dukungan berbagai Kementerian.
“Kita gak bisa satu-satu, tapi harus ke ekosistemnya. Satu Kementerian saja gak bisa, karena ini industri yang sangat besar. Lalu kita mengeluarkan policy making, regulasi yang gak setengah-setengah. Kalau setengah-setengah bukan menyelesaikan, tapi malah merepotkan,” ujarnya.
2. Kolaborasi dengan berbagai pihak

Usai berkeliling area JAFF Market, Irene mengaku kagum dengan semakin terbukanya kolaborasi antarsektor kreatif. Ia mencontohkan film yang IPnya dari komik, novel atau buku. “Tidak boleh lagi ada ego sektoral memang. Di dunia kreatif itu key-nya kolaborasi dan di JAFF Market, saya melihat hal tersebut,” kata dia.
Irene juga menyambut baik dukungan dari perbankan Amar Bank untuk JAFF Market 2025. Menurutnya hadirnya perbankan bisa memberikan pemahaman lebih bagaimana pengelolaan uang untuk kebutuhan pribadi dan project.
“Hadirnya perbankan yang hadir di sini sebagai sponsor utama, mereka tools yang reliable untuk teman-teman kreatif supaya historical financial mereka yang digunakan untuk kehidupan pribadi terpisah dan tertata. Hadirnya perbankan ini financial literacy, fondasi ekonomi kreatif,” ujar Irene.
3. Optimisme industri perfilman

Irene berharap Indonesia tidak hanya menjadi pasar besar, tetapi juga pemain kuat di tingkat global. "Harapannya, showcase semakin besar, bukan hanya kuantitas tapi juga kualitas. Orang luar datang ke sini dan membantu distribusi ke luar negeri. Market Indonesia besar, tapi jangan lupa market dunia lebih besar lagi," ujarnya.
Irene menutup dengan optimisme bahwa Indonesia bisa mengikuti jejak gelombang budaya besar seperti K-Wave. "Market Indonesia harus menang, tapi market dunia juga harus kita kejar. Jangan hanya melihat K-Wave, Indonesia will be the next wave," tegasnya.


















