Momen Libur Natal dan Tahun Baru Kerek Laju Inflasi Bulan Desember

- Inflasi DIY Desember 2024 naik menjadi 0,46 persen (mtm) dibandingkan November 2024, dipicu oleh aktivitas pariwisata pada momen Nataru.
- Kenaikan inflasi terutama pada kelompok pangan seperti cabai merah, telur ayam ras, tomat, dan bawang merah disebabkan oleh lonjakan kunjungan wisatawan yang mendorong peningkatan konsumsi.
- Inflasi lebih tinggi tertahan oleh komoditas daging ayam ras, nangka muda, kentang, dan tarif angkutan udara. Bank Indonesia optimis inflasi DIY tahun 2025 dapat terjaga pada kisaran target sasaran nasional sebesar 2,5±1 persen.
Yogyakarta, IDN Times – Inflasi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Desember, lebih tinggi dibandingkan realisasi November 2024. Peningkatan inflasi ini seiring aktivitas pariwisata pada momen libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru).
Inflasi DIY Desember 2024 tercatat sebesar 0,46 persen (mtm), sedangkan pada November sebesar 0,25 persen (mtm). Secara tahunan, DIY mengalami inflasi sebesar 1,28 persen (yoy), lebih rendah dibanding inflasi nasional sebesar 1,57 persen (yoy), dan realisasi inflasi DIY periode yang sama tahun 2023 sebesar 3,17 persen (yoy).
“Laju inflasi gabungan kota pemantauan Indeks Harga Konsumen (IHK) di DIY mengalami kenaikan pada Desember 2024, meski masih terkendali,” ujar Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan DIY, Ibrahim, Kamis (2/1/2025).
1.Lonjakan wisatawan picu inflasi
Sesuai dengan siklusnya, lonjakan kunjungan wisatawan pada momen Nataru mendorong peningkatan konsumsi. Kondisi tersebut memicu inflasi terutama kelompok pangan, seperti cabai merah, telur ayam ras, tomat, dan bawang merah dengan masing-masing andil sebesar 0,06 persen (mtm), 0,06 persen (mtm), 0,03 persen (mtm), dan 0,02 persen (mtm).
“Kenaikan harga sejumlah komoditas pangan tersebut disebabkan oleh terbatasnya pasokan dari daerah sentra akibat berakhirnya masa panen dan faktor cuaca di tengah tingginya permintaan. Selain itu, harga bahan bakar rumah tangga turut memicu kenaikan inflasi DIY dengan andil sebesar 0,03 persen (mtm),” kata Ibrahim.
2.Penahan lonjakan inflasi

Inflasi lebih tinggi tertahan oleh komoditas daging ayam ras, nangka muda, kentang, dan tarif angkutan udara. Turunnya harga daging ayam ras sejalan dengan tercukupinya pasokan dari daerah sentra produksi. Sementara nangka muda dan kentang mengalami penurunan harga seiring panen, sehingga pasokannya cenderung melimpah.
Lebih lanjut, komoditas angkutan udara turut mengalami deflasi di tengah peak season pariwisata akibat kebijakan penyesuaian tarif sebesar 10 persen yang berlaku sejak tanggal 19 Desember 2024 hingga 3 Januari 2025.
3.Inflasi tahun 2025 disebut tetap bisa terjaga

Ibrahim mengatakan, Bank Indonesia optimis inflasi DIY tahun 2025 dapat terjaga pada kisaran target sasaran nasional sebesar 2,5±1 persen. Kondisi tersebut didukung oleh upaya TPID DIY dalam kerangka 4K (Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi, dan Komunikasi efektif) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) DIY, di antaranya pelaksanaan operasi pasar atau pasar murah yang diperkuat dengan optimalisasi Kios Segoro Amarto sebagai price reference store, kampanye belanja bijak.
Kemudian, penguatan Kerja Sama Antar Daerah (KAD) antar provinsi maupun intra provinsi, implementasi Masyarakat lan Pedagang Tanggap Inflasi (MRANTASI) dalam rangka meningkatkan literasi kepada pedagang pasar dan masyarakat, pengembangan Geographic Information System (GIS) sebagai geoportal dalam optimalisasi monitoring produksi dan penggunaan lahan yang juga menjadi bentuk nyata digitalisasi data pangan sebagai early warning system dalam pengendalian inflasi DIY, serta Inisiasi Gerakan Membeli Sayuran Petani (GEMATI) oleh Kabupaten Sleman untuk menyerap produksi sayuran yang melimpah. Selain itu, mendorong gerakan sosial masyarakat terkait keseimbangan harga, seperti gerakan masjid Nurul Ashri sebagai aggregator.