Toko Wiwoho, Eksis Lebih dari Satu Abad lewat Usaha Tembakau

Usaha sejak tahun 1919 ini telah dijalankan tiga generasi

Yogyakarta, IDN Times - Begitu dekat dengan Tugu Pal Putih kebanggaan warga Yogyakarta, ada sebuah toko legendaris yang telah berdiri sejak 1919, namanya Toko Wiwoho. Tempatnya tak besar, tapi pembelinya selalu mengular. Toko ini adalah spesialis tembakau dan cerutu. 

Tak main-main, toko tersebut telah dikelola oleh tiga generasi dan memutuskan untuk tak merombak banyak pada toko sekaligus rumah yang telah ditempati sejak hari pertama buka. Pun perjalanan panjang telah dilalui Ibu ME Setiyowati sebagai generasi kedua dalam meneruskan usaha mertuanya. Apalagi usianya pun kini tak lagi muda, yaitu 81 tahun.

1. Berawal dari toko kecil tanpa nama dan sejarah nama Wiwoho

Toko Wiwoho, Eksis Lebih dari Satu Abad lewat Usaha TembakauBeragam produk tembakau di Toko Tembakau Wiwoho (IDN Times/Dyar Ayu)

Ditemui di tokonya pada Selasa (29/11/2023), ME Setiyowati atau yang disapa 'Mak' oleh keluarganya mengisahkan bisnis tembakau tersebut dimulai oleh sang ibu mertua ketika masih gadis. "Minta uang 6 ribu rupiah sama orangtuanya, uang jaman dulu, lalu buat beli tembakau sedikit-sedikit," ungkapnya

Ia mengatakan bahwa awalnya sang mertua hanya menjual dua macam tembakau yaitu tembakau kedu dan tembakau trowono. Kebanyakan pelanggan saat itu adalah simbah nginang dan bapak-bapak ngelinting.

Namun seiring berjalannya waktu, toko kecil dengan dua produk kian berkembang hingga kini setidaknya ada lima ratus produk. Mulai dari tembakau, cerutu, sampai pemotong cerutu pun disediakan.

"Awalnya gak ada nama, wong cuma toko kecil. Lalu kemudian ada yang titip jual bumbu rokok namanya bon petruk. Dagangannya laris, terus dikasih itu sebagai kenang-kenangan," ucap Setiyowati sambil menunjuk hiasan wayang yang berada di atas lemari penyimpanan tembakau. Sang cucu, Nicholas Verrel, yang saat itu juga mendampingi pun menambahkan kalau toko tersebut juga sempat dikenali dengan sebutan 'Toko Mbah Petruk' karena keberadaan hiasan wayangnya.

Sementara, nama Toko Wiwoho baru disematkan setelah turun generasi kepada Wiwoho yang tak lain adalah anak dari pemilik pertama sekaligus suami Setiyowati. "Dulu kebanyakan pembelinya ya teman-temannya suami, terus dari mulut ke mulut bilang 'itu tuku bako (beli tembakau) di tokonya Pak Wiwoho.' gethok tular (tersebar dari mulut ke mulut)," tambah Setiyowati.

2. Naiknya bea cukai rokok menambah riuh penikmat tembakau

Toko Wiwoho, Eksis Lebih dari Satu Abad lewat Usaha TembakauToko Tembakau Wiwoho (IDN Times/Dyar Ayu)

Meski tak sesigap dulu, Setiyowati masih bisa melayani pembeli, menimbang tembakau, sampai hafal dengan letak-letak barang. Ia juga masih ingat bagaimana dulu pelanggan lebih banyak datang dari desa dan rata-rata adalah orang tua. Berbeda dengan zaman sekarang di mana tren 'nglinting' kembali naik dan merambah ke kalangan anak muda.

"Tren tembakau ini 'kan naik lagi ya karena bea cukai rokok mahal. Terus orang-orang beralih ke tembakau yang lebih terjangkau," timpal Nicholas. Meski ia sendiri bukan peminat tembakau, banyak teman-temannya yang kini jadi hobi melinting tembakau sebagai pengganti rokok.

"Kalau anak muda biasanya suka yang ada rasa-rasa. Tapi, ya kadang ada juga yang penasaran sama yang alami. Balik lagi sama selera, ya," ujar Nicholas kemudian.

Tak dimungkiri, lokasinya yang strategis dekat dengan Tugu Pal Putih membuat Toko Wiwoho mudah dikenali. Tak jarang ada orang luar Yogyakarta yang mampir buat membeli cerutu atau tembakau sebagai oleh-oleh.

Baca Juga: Taru Martani 1918, Pabrik Cerutu Kesukaan Sri Sultan

3. Toko turun temurun yang tetap berusaha mengikuti perkembangan zaman

Toko Wiwoho, Eksis Lebih dari Satu Abad lewat Usaha TembakauIbu Sri Wahyuni, Ibu M.E Setiyowati, dan Nicholas Verrel di Toko Wiwoho (IDN Times/Dyar Ayu)

"Nanti kalau saya sudah gak ada, ya anak saya ini yang meneruskan," ujar Setiyowati sambil memperkenalkan anak perempuannya yang bernama Sri Wahyuni. Sri Wahyuni sendiri sudah menemani sang ibu berjualan sejak lama hingga kini ia sudah sama hafalnya dengan produk-produk tembakau dan cerutu yang dijual.

"Ibu ini hebat, loh, masih bisa melayani pembeli," puji Sri Wahyuni pada sang ibu yang kemudian diikuti dengan tawa keduanya. Sri Wahyuni juga paham selera anak muda masa kini yang senang coba-coba rasa tembakau. "Biasanya ya orang tua (suka dengan tembakau alami), tapi ya pada coba-coba. Coba tanya anak-anak sekarang, pasti pilihnya tembakau alami."

Berbeda dengan Nicholas Verrel yang lebih memilih bagian di belakang layar. Pemuda lulusan Universitas Amikom Yogyakarta ini perlahan berusaha meremajakan sistem manajemen toko lewat penggunaan alat bayar QRIS, penggunaan aplikasi kasir online, dan pembaruan logo Toko Wiwoho. Nicholas juga berencana untuk mengembangkan penjualan secara daring meski saat ini tokonya juga sudah melayani pengiriman penjualan bahkan yang terjauh sampai ke Manokwari, Papua Barat.

4. Konsistensi dan kualitas menjadi kunci sebuah usaha

Toko Wiwoho, Eksis Lebih dari Satu Abad lewat Usaha TembakauToko Wiwoho Tembakau dan Cerutu (IDN Times/Dyar Ayu)

Meskipun kini juga muncul tren vape di kalangan remaja, Nicholas yakin bahwa tembakau dan cerutu pasti akan menemukan peminatnya sendiri. "Apalagi kami ini juga membantu petani-petani tembakau lokal. Secara gak langsung juga kami ingin mengenalkan bahwa ini lho culture (tembakau dan cerutu) alami Indonesia."

Tak mudah mempertahankan sebuah usaha sampai turun temurun hingga usianya menginjak satu abad seperti Toko Wiwoho. Namun, setelah melihat betapa konsistennya mereka, kualitas produk yang selalu terjaga, tapi tetap mengikuti perkembangan zaman, apresiasi besar laik diberikan kepada Sri Wahyuni, Setiyowati, dan Nicholas Verrel.

Tembakau alami yang dijual di Toko Wiwoho berasal dari berbagai daerah seperti Temanggung, Boyolali, Imogiri, dan lain-lain. Maka, tak heran bila toko yang beralamat di Jalan Pangeran Diponegoro Nomor 4, Gowongan, Kapanewon Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, ini menjadi favorit penikmat tembakau lintingan atau sekadar cari oleh-oleh cerutu untuk teman dan kerabat.

Baca Juga: Lewat ABC WoodenToys, Rita Ajak Difabel Lebih Sejahtera

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya