BPPTKG Minta Warga Waspadai Potensi Lahar Hujan, Ini Penjelasannya

Intinya sih...
- Masyarakat diminta mewaspadai potensi lahar hujan berasal dari timbunan material vulkanik sisa erupsi Gunung Merapi.
- Volume endapan material Merapi masih besar, dengan potensi aliran lahar hujan mencapai belasan kilometer melalui sungai berhulu Merapi.
- Potensi lahar hujan dipicu oleh faktor endapan awan panas, kandungan abu vulkanik, kemiringan, dan curah hujan yang belum dapat dipastikan intensitasnya.
Sleman, IDN Times - Masyarakat diminta mewaspadai potensi lahar hujan berasal dari timbunan material vulkanik sisa erupsi Gunung Merapi. Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso mengatakan, hal ini terkait datangnya musim hujan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
"Secara potensi, bahaya lahar (hujan) di Gunung Merapi ini masih tinggi ya karena endapan awan panasnya juga cukup lumayan karena erupsi sudah berlangsung empat tahun ini," kata Agus Budi Santoso, dikutip Antara, Selasa (10/12/2024).
Budi menjelaskan material vulkanik yang diperkirakan mencapai puluhan juta meter kubik, hingga saat ini masih tertimbun di sejumlah hulu sungai arah erupsi, khususnya yang berada pada sisi barat daya Gunung Merapi. "Ini memang kemudian menjadi perhatian kita di pemantauan Merapi untuk lebih intensif memantau potensi kejadian lahar," jelasnya.
1. Ada empat faktor pemicu lahar hujan
Menurut Budi, peristiwa lahar hujan biasanya dipicu empat faktor utama, pertama adalah adanya endapan awan panas dari hasil erupsi yang sedang terjadi maupun erupsi yang telah lampau. Selanjutnya, kandungan abu vulkanik pada material merapi dengan kadar mencapai lebih dari 3 persen.
Sekalipun volume endapan material besar, katanya, potensi menjadi lahar hujan kecil apabila kandungan abu vulkanik rendah.
Meski begitu, BPPTKG belum bisa memastikan berapa besar kandungan abu vulkanik pada material yang mengendap di hulu-hulu sungai Merapi saat ini. "Berikutnya adalah kemiringan. Jadi tentu karena Gunung Merapi dia berbentuk kerucut, jadi material yang tertimbun itu berpotensi menjadi lahar," ungkapnya.
2. Beri peringatan jika terjadi hujan deras
Budi menambahkan faktor terakhir, curah hujan. Meski belum bisa dipastikan berapa intensitas minimum curah hujan yang mampu menghanyutkan endapan material vulkanik tersebut.
"Paling kita kasih rentang biasanya dari 20 sampai 60 milimeter per jam ya, ini terjadi lebih dari satu jam. Untuk mengantisipasi atau menjadi peringatan lebih awal biasanya kita memberikan notifikasi ketika terjadi hujan pada 10 menit pertama kemudian kita update," ungkapnya.
Budi menjelaskan berdasarkan hasil pemodelan yang dilakukan BPPTKG, potensi aliran lahar hujan itu diperkirakan menjangkau hingga belasan kilometer melalui sungai berhulu Merapi. Di Kali Boyong, misalnya diperkirakan bisa menjangkau hingga 14 kilometer, sedangkan di Kali Krasak dan Kopeng bisa sampai 20 km.
3. Lahar hujan diperkirakan tak meluap
Meski jangkauan jauh, kata Budi, lahar hujan tersebut diperkirakan tidak sampai meluap atau berdampak ke permukiman warga sehingga masih aman.
Dampak lahar hujan tersebut, katanya, justru berisiko terhadap para penambang pasir di sejumlah sungai berhulu Merapi.
"Nah, kami kemudian memikirkan bagaimana agar para penambang ini bisa mendapatkan informasi awal tentang potensi lahar ini, sehingga mereka bisa menyelamatkan diri," kata Agus.