Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Gubernur DIY, Sri Sultan HB X. IDN Times/Tunggul Damarjati

Yogyakarta, IDN Times - Kembali muncul dan maraknya fenomena kejahatan jalanan atau klitih di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memancing perhatian dari pemerintah daerah setempat.

Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X menyebut pihaknya telah menyiapkan berbagai langkah serta membentuk kelompok kerja (pokja) guna menangani klitih dari akarnya.

1. Latar belakang keluarga bermasalah

Komplotan Street Gang, pelaku aksi klitih di Sleman saat digiring ke Polda DIY, Jumat (10/1). (IDN Times/Tunggul Damarjati)

Sultan menerangkan, klitih di mana para pelakunya mayoritas adalah remaja atau pelajar ini bukan fenomena yang mendadak muncul begitu saja. Tindakan para pelaku, dipicu permasalahan di tingkat keluarga masing-masing pada umumnya.

"Mayoritas itu ternyata kurang beruntung dalam arti mungkin broken home dan sebagainya," kata Sultan, Senin (13/1).

Berawal dari permasalahan dalam keluarga, si anak ini kemudian sering kali mencari pelarian. Salah satu di antaranya adalah mabuk-mabukan karena minum minuman keras.

Selama ini aksi klitih kerap kali diawali dengan perilaku mabuk-mabukan. "Sehingga mungkin anak-anak itu pulang pagi (keluyuran) dan sebagainya itu siapa tahu dia sebetulnya tidak merasa nyaman tinggal di rumah, gitu kan bisa," ujar Sultan.

Retaknya komunikasi, ditambah kemajuan zaman membuat situasi di dalam rumah kemungkinan jadi kian buruk.

"Karena sekarang kehidupan masyarakat keluarga itu kan bisa lebih bebas. Dulu gak ada handphone. Kalau kita makan siang makan malam atau makan pagi mungkin dengan anak, cucu bisa dialog. Tapi, sekarang kita makan anaknya semua pada pegang HP. Jadinya kita duduk sambil makan dalam keadaan diam. Itu sudah perubahan luar biasa dalam pendidikan keluarga," papar Sultan.

2. Perlu pendekatan dialog

Editorial Team

Tonton lebih seru di