6 Pasien di Bantul Meninggal Akibat Leptospirosis pada 2024

- Kasus leptospirosis di Bantul turun drastis dari 147 menjadi 56 kasus pada tahun 2024, namun kematian hanya berkurang satu kasus.
- Kasus demam berdarah dengue (DBD) naik tiga kali lipat dari 136 menjadi 582 kasus pada tahun yang sama, dengan empat kematian.
- Peningkatan kasus DBD disebabkan oleh musim hujan dan genangan air yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti, sehingga masyarakat diimbau untuk lebih aktif melakukan pemberantasan sarang nyamuk.
Bantul, IDN Times - Kasus leptospirosis di Kabupaten Bantul hingga Desember 2024 tercatat mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023. Sebaliknya, kasus demam berdarah justru naik hingga tiga kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya dalam periode yang sama.
1. Tahun 2023 7 pasien laptospirosis meninggal, tahun 2024 6 pasien laptospirosis meninggal

Kepala Dinas Kesehatan Bantul, Agus Tri Widiyantara, mengungkapkan bahwa kasus leptospirosis pada tahun 2024 tercatat sebanyak 56 kasus, turun signifikan dibandingkan 147 kasus pada tahun 2023. Meski begitu, penurunan kasus kematian akibat leptospirosis tidak terlalu besar, dari tujuh kasus pada tahun lalu menjadi enam kasus pada tahun ini.
"Penurunan kasus cukup banyak namun untuk (penurunan) kematian pasien akibat leptospirosis hanya satu kasus," ujarnya, Minggu (22/12/2024).
2. DBD mencapai 582 kasus

Agus Tri menambahkan, meski kasus leptospirosis menurun pada 2024, kondisi tersebut berbanding terbalik dengan kasus demam berdarah dengue (DBD) yang justru meningkat tajam. Pada 2024, terdapat 582 kasus DBD, naik tiga kali lipat dibandingkan 136 kasus pada 2023.
"Jadi untuk kasus DBD tahun ini ada peningkatan 3 kali lipat dibandingkan tahun 2023," ucapnya.
Ia juga menyebut, pada 2023 tidak ada kasus kematian akibat DBD. Namun, pada 2024, tercatat empat pasien suspek DBD meninggal dunia.
"Ini baru dugaan dan perlu penegakan diagnosa apakah pasien meninggal karena DBD atau bukan," tuturnya.
3. Penyebab kasus DBD meningkat tiga kali lipat

Agus Tri menjelaskan peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD) pada 2024 disebabkan oleh faktor cuaca, khususnya musim hujan dengan intensitas tinggi. Kondisi ini menciptakan banyak genangan air yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti.
"Nah, genangan itu membuat perindukan nyamuk Aedes aegypti jadi lebih banyak, ini salah satu penyebabnya," ucapnya.
Untuk menghadapi situasi ini, Dinas Kesehatan Bantul mengimbau masyarakat untuk lebih aktif melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Terlebih, intensitas hujan terus meningkat setiap harinya.
"Masyarakat kembali menggencarkan PSN dan Sekda Bantul telah mengeluarkan edaran tentang kewaspadaan kasus DBD, jadi masyarakat bisa lebih intens lagi memberantas sarang-sarangnya," katanya.