Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kenapa Game Battle Royale Cepat Meredup Dibanding MOBA?

Kenapa Game Battle Royale Cepat Meredup Dibanding MOBA?
illustrasi game MOBA (unsplash.com/Agustin Fernandez)
Intinya sih...
  • Gameplay repetitif membuat Battle Royale cepat membosankan, berbeda dengan MOBA yang selalu menawarkan variasi strategi, hero, dan item.
  • Komunitas MOBA lebih solid berkat turnamen berkelanjutan dan ikatan emosional dengan tim, sementara Battle Royale cenderung kehilangan pemain saat hype mereda.
  • Monetisasi agresif di Battle Royale lewat battle pass menimbulkan beban progres, sedangkan MOBA lebih fleksibel sehingga pemain bermain karena kesenangan, bukan kewajiban.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dunia game sempat dikuasai oleh genre Battle Royale. Mulai dari PUBG, Free Fire, sampai Apex Legends, semuanya pernah jadi primadona di kalangan gamer. Formatnya yang penuh ketegangan, 100 pemain masuk, hanya satu yang bertahan hidup membuat adrenalin terpacu. Namun, seiring waktu, hype yang dulu begitu tinggi mulai memudar. Fenomena ini menarik untuk dibahas, terutama jika dibandingkan dengan MOBA yang justru masih kuat bertahan.

Sementara itu, MOBA seperti Mobile Legends, League of Legends, dan Dota 2 terus memikat pemain lama sekaligus menarik pemain baru. Keberlangsungan komunitas yang solid dan turnamen yang konsisten membuatnya punya daya tarik jangka panjang. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar: apa yang membuat Battle Royale cepat kehilangan pamor, sedangkan MOBA tetap eksis? Jawabannya ternyata melibatkan faktor gameplay, strategi monetisasi, serta peran komunitas.

1. Pola permainan battle royale cepat terasa repetitif

Kenapa Game Battle Royale Cepat Meredup Dibanding MOBA?
illustrasi game battle royale (unsplash.com/I'M ZION)

Salah satu kelemahan Battle Royale adalah pola permainannya yang cenderung serupa dari waktu ke waktu. Pemain terjun, mencari senjata, menghindari zona berbahaya, dan bertahan hingga akhir, formula ini jarang berubah. Memang ada tambahan mode atau map baru, tetapi inti permainannya tetap sama. Akibatnya, sebagian pemain mulai merasa bosan setelah bermain dalam waktu lama.

Berbeda dengan MOBA, setiap pertandingan menghadirkan dinamika unik berkat kombinasi hero, item, dan strategi tim. Bahkan ketika map tidak berubah secara drastis, variabilitas gameplay membuat pengalaman bermain tetap segar. Battle Royale tidak punya variasi mekanik sebesar itu, sehingga peluang pemain untuk menemukan sensasi baru relatif terbatas. Inilah salah satu alasan mengapa hype-nya cepat meredup.

2. Komunitas MOBA lebih stabil dan terorganisir

Kenapa Game Battle Royale Cepat Meredup Dibanding MOBA?
illustrasi game MOBA (unsplash.com/Pandhuya Niking)

Komunitas memegang peran penting dalam umur panjang sebuah game. MOBA berhasil mempertahankan basis pemain yang solid karena komunitasnya aktif dan punya ekosistem yang mendukung, mulai dari turnamen resmi, liga amatir, hingga konten kreator yang konsisten. Ada ikatan emosional antara pemain dan tim favoritnya yang membuat mereka terus kembali.

Di sisi lain, komunitas Battle Royale cenderung terfragmentasi. Banyak pemain datang hanya saat hype sedang tinggi, lalu pindah ke game lain ketika bosan. Ketiadaan liga jangka panjang dan turnamen global yang konsisten membuat loyalitas pemain lebih sulit terbentuk. Akibatnya, sulit bagi game Battle Royale untuk mempertahankan momentum dalam jangka panjang.

3. Siklus monetisasi Battle Royale lebih agresif

Kenapa Game Battle Royale Cepat Meredup Dibanding MOBA?
illustrasi game battle royale (unsplash.com/Erik Mclean)

Model monetisasi di Battle Royale umumnya berbasis battle pass yang harus diperbarui setiap musim. Konsep ini memang efektif untuk mendongkrak pendapatan, tetapi juga membuat pemain merasa terbebani untuk terus menyelesaikan misi demi mendapatkan hadiah. Rasa terpaksa ini justru berpotensi mengikis kesenangan bermain.

MOBA biasanya menawarkan monetisasi yang lebih fleksibel. Skin, battle pass, atau paket khusus tetap ada, tetapi pemain tidak selalu merasa tertinggal jika melewatkan satu musim. Sistem ini mendorong pemain untuk bermain karena kesenangan, bukan semata-mata karena kewajiban menyelesaikan progres. Perbedaan pendekatan ini membuat MOBA terasa lebih ramah untuk dimainkan dalam jangka panjang.

4. Battle Royale kurang membangun rasa kepemilikan

Kenapa Game Battle Royale Cepat Meredup Dibanding MOBA?
illustrasi game battle royale (unsplash.com/Amanz)

Dalam MOBA, pemain sering mengidentifikasi diri dengan hero tertentu atau peran spesifik di tim. Ada rasa bangga ketika berhasil menguasai karakter favorit atau menjalankan strategi yang jarang dipakai orang lain. Faktor ini memberi rasa kepemilikan dan keterikatan emosional yang kuat.

Battle Royale jarang memberi kesempatan yang sama. Karakter atau avatar sering kali hanya menjadi wadah kosmetik, tanpa mekanik mendalam yang membedakan gaya bermain secara signifikan. Akibatnya, hubungan antara pemain dan karakter terasa lebih dangkal. Tanpa keterikatan emosional yang kuat, motivasi untuk terus bermain cenderung menurun.

Fenomena meredupnya Battle Royale dibanding MOBA menunjukkan bahwa kesuksesan jangka panjang sebuah game bukan hanya soal hype awal, tetapi juga kemampuan mempertahankan variasi, komunitas, dan keterikatan emosional pemain. MOBA unggul dalam menciptakan dinamika permainan yang selalu segar, komunitas yang solid, serta monetisasi yang tidak terlalu menekan.

Sementara itu, Battle Royale sering terjebak dalam pola yang repetitif dan monetisasi yang agresif, sehingga cepat kehilangan pemain setia. Ke depan, genre ini perlu berinovasi secara lebih mendalam jika ingin kembali menjadi primadona. Pada akhirnya, umur panjang sebuah game akan selalu ditentukan oleh kombinasi gameplay yang variatif, komunitas yang terjaga, dan pengalaman bermain yang menyenangkan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us