5 Kebiasaan Pakai Media Sosial yang Bikin Akun Rentan Dibajak

- Akun media sosial rentan dibajak jika pakai kata sandi lemah, login di WiFi/perangkat umum, atau sembarangan klik tautan.
- Kebiasaan membagikan informasi pribadi juga mempermudah peretas menebak sandi dan menjawab pertanyaan keamanan.
- Notifikasi keamanan sering diabaikan, padahal bisa jadi tanda awal percobaan pembajakan akun.
Di era digital yang serba terkoneksi seperti sekarang, media sosial sudah jadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Mulai dari berbagi momen, berinteraksi dengan teman, sampai mengembangkan bisnis, semua bisa dilakukan lewat platform ini. Tapi di balik kemudahan dan keseruan itu, ada risiko besar yang sering luput diperhatikan seperti keamanan akun. Banyak orang merasa aman-aman saja, padahal tanpa disadari, kebiasaan kecil bisa membuka celah bagi peretas untuk masuk dan mengambil alih akun.
Peretasan akun media sosial bukan cuma soal kehilangan akses. Dampaknya bisa jauh lebih luas, seperti kebocoran data pribadi, kerugian finansial, atau reputasi yang hancur. Yang bikin bahaya, sering kali pemilik akun gak sadar kalau dirinya melakukan hal-hal yang justru mempermudah peretas bekerja. Nah, supaya bisa lebih waspada, mari bahas beberapa kebiasaan yang tanpa disadari membuat akun media sosial jadi rentan dibajak.
1. Pakai kata sandi yang terlalu sederhana

Menggunakan kata sandi seperti “123456”, “password”, atau tanggal lahir memang mudah diingat, tapi itu sama saja seperti mengundang peretas masuk. Kata sandi sederhana sangat gampang ditebak oleh orang yang sudah mengenal sedikit informasi tentang pemilik akun. Bahkan, banyak peretas menggunakan teknik brute force yang bisa mencoba ribuan kombinasi kata sandi dalam waktu singkat. Kalau kata sandi terlalu lemah, proses ini akan sukses dalam hitungan detik.
Masalahnya, banyak orang masih berpikir kata sandi cuma formalitas, padahal itu adalah lapisan pertahanan pertama. Mengganti kata sandi secara berkala dan membuatnya lebih rumit bisa sangat membantu mencegah peretasan. Gunakan kombinasi huruf besar, huruf kecil, angka, dan simbol agar lebih sulit ditembus. Hindari juga menggunakan kata-kata yang berkaitan langsung dengan diri sendiri, seperti nama hewan peliharaan atau alamat rumah.
2. Suka login di perangkat atau WiFi umum

Akses sosial media lewat perangkat umum atau WiFi publik memang praktis, apalagi kalau lagi di kafe atau tempat umum lain. Tapi, kebiasaan ini berisiko tinggi karena data login bisa direkam oleh pihak yang gak bertanggung jawab. WiFi publik sering kali gak dilengkapi enkripsi memadai, sehingga memudahkan penyusup untuk mengintip lalu lintas data yang lewat.
Selain itu, komputer atau gadget umum bisa saja sudah terinfeksi malware yang sengaja dipasang untuk mencuri informasi login. Sekali data tersimpan di perangkat tersebut, pemilik akun bisa kehilangan kontrol tanpa sadar. Kalau terpaksa harus login di perangkat umum, pastikan selalu menggunakan mode incognito dan logout sebelum meninggalkan perangkat. Mengaktifkan autentikasi dua faktor juga bisa membantu meminimalkan risiko.
3. Mengklik tautan asal-asalan

Tautan yang dikirim lewat DM, komentar, atau email sering kali terlihat menarik dan mengundang rasa penasaran. Tapi di baliknya, bisa saja itu adalah phishing link yang didesain untuk mencuri informasi login. Begitu tautan dibuka, korban akan diarahkan ke halaman palsu yang menyerupai platform asli, lalu diminta memasukkan data login. Tanpa sadar, data tersebut langsung terkirim ke peretas.
Peretas biasanya memanfaatkan momen tertentu, seperti promo besar atau isu viral, untuk memancing orang membuka tautan. Sekali data diambil, peretas bisa langsung mengubah kata sandi dan mengunci pemilik asli di luar akun. Untuk menghindari hal ini, biasakan memeriksa alamat URL dengan teliti dan jangan mudah percaya pada tautan yang dikirim orang asing atau akun mencurigakan.
4. Terlalu banyak bagikan informasi pribadi

Mengunggah terlalu banyak informasi pribadi di sosial media bisa mempermudah peretas untuk melakukan social engineering. Informasi seperti tanggal lahir, nama sekolah, atau nama hewan peliharaan bisa digunakan untuk menebak kata sandi atau menjawab pertanyaan keamanan. Bahkan, foto rumah atau lokasi tempat sering berkunjung bisa memberi petunjuk tambahan bagi pihak yang berniat buruk.
Masalahnya, banyak orang menganggap informasi seperti ini gak berbahaya karena terlihat sepele. Padahal, peretas yang cermat bisa menggabungkan potongan informasi kecil menjadi akses penuh ke akun. Mengatur privasi postingan dan membatasi siapa yang bisa melihat unggahan adalah langkah bijak untuk mengurangi risiko. Jangan lupa untuk berpikir dua kali sebelum membagikan detail kehidupan pribadi di ruang publik.
5. Mengabaikan notifikasi keamanan

Platform media sosial biasanya mengirimkan notifikasi jika terdeteksi login mencurigakan atau percobaan masuk dari lokasi asing. Sayangnya, banyak orang mengabaikan notifikasi ini dan menganggapnya error sistem. Padahal, itu bisa jadi tanda awal kalau ada yang berusaha membajak akun. Mengabaikan peringatan seperti ini memberi waktu bagi peretas untuk memperkuat cengkeraman mereka di akun tersebut.
Notifikasi keamanan bukan sekadar formalitas, tapi bentuk perlindungan yang penting. Segera lakukan langkah pengamanan jika menerima peringatan, seperti mengganti kata sandi atau memeriksa aktivitas login terbaru. Mengaktifkan fitur keamanan tambahan juga bisa membantu mempersempit celah serangan. Ingat, respons cepat bisa menjadi perbedaan antara akun aman dan akun yang sepenuhnya diambil alih.
Keamanan akun media sosial bukan hanya tanggung jawab platform, tapi juga pemiliknya. Kebiasaan kecil yang terlihat sepele ternyata bisa membuka jalan lebar bagi peretas. Dengan menghindari kebiasaan-kebiasaan di atas, risiko pembajakan akun bisa jauh berkurang.
Lebih baik mencegah daripada menyesal di kemudian hari. Jagalah informasi pribadi dan jangan anggap enteng langkah-langkah keamanan. Media sosial bisa tetap jadi tempat yang menyenangkan selama digunakan dengan bijak dan penuh kewaspadaan.