Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Warga Sekitar Candi Prambanan Keluhkan Gelaran Mandiri Marathon

ilustrasi Candi Prambanan (unsplash.com/Edmund Lou)
ilustrasi Candi Prambanan (unsplash.com/Edmund Lou)
Intinya sih...
  • Warga sekitar Candi Prambanan keluhkan akses jalan ditutup dan suara bising akibat gelaran Mandiri Marathon yang diikuti ribuan peserta.
  • Pedagang harus mencari jalan memutar ke pasar, sementara warga mengeluhkan polusi suara tanpa adanya upaya mitigasi atau kompensasi dari pihak penyelenggara.
  • Warga berharap pihak panitia membuka ruang dialog dan memberikan solusi yang adil serta memperhatikan dampak sosial dari event besar tersebut.

Sleman, IDN Times - Gelaran Mandiri Marathon yang melintasi kawasan sekitar Candi Prambanan yang akan berlangsung pada Minggu (22/6/2025) menuai penolakan warga yang bermukim di sebelah utara candi.

1. Warge keluhkan akses jalan ditutup hingga suara bising

IMG-20250617-WA0018.jpg
Gelaran Mandiri Marathon yang ditolak warga di sisi utara Candi Prambanan.(Dok.Istimewa)

Ketua RW 31, Padukuhan Pulerejo, Kalurahan Bokoharjo, Kapanewon Prambanan, Sigit Purwita mengatakan gelaran Mandiri Marathon yang diikuti ribuan peserta menyebabkan penutupan jalan serta kebisingan. Kondisin ini menjadi keluhan utama warga yang merasa aktivitas harian mereka terganggu setiap kali event ini digelar.

"Penolakan warga ini secara terbuka disampaikan kepada panitia dan Pemkab Sleman serta pengelola Taman Candi Prambanan, yaitu PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (TWC). Akses warga yang bekerja serabutan di wilayah Yogyakarta jelas sangat terganggu," katanya, Sabtu (20/6/2025).

"Warga saya kesulitan saat hendak berangkat kerja karena ruas jalan utama ditutup sejak dini hari hingga siang," imbuhnya.

2. Pedagang yang ingin jualan ke pasar harus mencari jalan memutar

ilustrasi pedagang pasar (pexels.com/İrem Yılmaztürk)
ilustrasi pedagang pasar (pexels.com/İrem Yılmaztürk)

Tak hanya itu, para pedagang yang biasa menuju pasar, harus memutar jauh mencari jalan alternatif. “Kalau pagi-pagi kami mau jualan ke pasar, harus lewat jalan yang lebih jauh. Yang ke masjid juga susah, harus lewat gang kecil. Ini bukan sekali dua kali,” jelasnya.

Selain soal akses, kata Sigit, warga juga mengeluhkan polusi suara yang muncul dari suara peserta, panitia, hingga pengeras suara yang digunakan selama event berlangsung. Menurut mereka, tidak ada upaya mitigasi kebisingan maupun kompensasi dari pihak penyelenggara.

“Kami bukan anti acara besar. Tapi kenapa harus mengorbankan kami yang tinggal di sini? Selama ini kami belum pernah dapat kompensasi apapun. Panitianya juga entah di mana, kami tidak tahu alamatnya,” ujar Sigit.

3. Warga berharap pihak penyelenggara bisa berkomunikasi dengan warga

ilustrasi maraton (unsplash.com/miguel a. amutio)
ilustrasi maraton (unsplash.com/miguel a. amutio)

Sigit mengaku kesulitan untuk menyampaikan aspirasi warga yang merasa dirugikan. Warga berharap pihak panitia dapat membuka ruang dialog dan memberikan solusi yang adil. Mereka meminta agar penyelenggara lebih memperhatikan dampak sosial dari event besar yang melibatkan ruang hidup warga.

“Kalau bisa, panitia datang ke kampung sini. Dengarkan kami, jangan cuma lihat Candi Prambanan sebagai latar indah untuk event,” tuturnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriana Sintasari
EditorFebriana Sintasari
Follow Us