Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Tak Ada Pemasukan, Museum di Yogyakarta Butuh Bantuan Dana

Salah satu museum di Yogyakarta, Museum Perjuangan/ myeatandtravelstory.wordpress.com
Salah satu museum di Yogyakarta, Museum Perjuangan/ myeatandtravelstory.wordpress.com

Kota Yogyakarta, IDN Times - Badan Musyawarah Musea (Barahmus) Daerah Istimewa Yogyakarta mengkhawatirkan kondisi museum yang membutuhkan bantuan untuk tetap bertahan. 

Ketua Umum Barahmus DIY Ki Bambang Widodo mengatakan dari 38 museum di DIY, 22 di antaranya dalam kondisi memerlukan bantuan. 

"Ada 22 museum yang memerlukan bantuan. Satu di antaranya dalam kondisi kritis bahkan berencana tutup permanen," kata Bambang, Selasa (31/8/2021). 

Sebanyak 22 museum di DIY yang membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah dikelola oleh perorangan atau swasta. Sedangkan 16 museum lainnya adalah milik pemerintah pusat, pemda, serta universitas.

1. Keuangan menipis selama masa pandemik

ilustrasi uang (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)

Dilansir Antara, Bambang menjabarkan kondisi kritis artinya keuangan yang menipis bahkan sebagian tidak memiliki uang karena sama sekali tidak menerima pemasukan.

Padahal untuk tetap bertahan, membutuhkan biaya operasional seperti perawatan koleksi, menggaji juru pelihara museum, hingga petugas keamanan.

"Ada juga yang sudah memberhentikan 35 karyawan dan telah memberikan pesangon," kata Bambang. Namun ia enggan membeberkan nama museum yang dimaksud.

 

2. Meminta Pemda DIY bentuk tim khusus

Benteng vredeburg (visitingjogja.com)

Barahmus meminta Pemda DIY membentuk sebuah tim khusus untuk membantu persiapan museum sebelum buka kembali serta memastikan keberlangsungan museum dengan terlebih dahulu membentuk tim khusus yang bertugas memetakan kondisi masing-masing.

Tim itu dapat beranggotakan forum komunikasi museum kabupaten/kota dengan Dinas Kebudayaan DIY sebagai sektor pemimpin.

"Mereka nantinya bisa menanyakan kira-kira masing-masing museum kekurangannya apa. Tentu bantuan tidak mesti sama," kata Bambang.

3. Jangan sampai koleksi museum pindah ke luar negeri

Ilustrasi Tugu Pal Putih Yogyakarta (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)

Jika tidak menjadi perhatian khusus, ia khawatir museum di DIY akan tutup permanen karena tidak mampu lagi merawat koleksi benda bersejarah dan bernilai tinggi.

"Jangan sampai koleksinya bagus, hebat, bernilai tetapi karena tidak bisa mengelola karena kepentingannya harus tetap hidup akhirnya ya koleksinya dikalahkan. Kalau (koleksi museum) sampai berpindah ke luar negeri yang rugi kan kita sendiri," ujar Bambang.

 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriana Sintasari
EditorFebriana Sintasari
Follow Us