Mengapa Erupsi Merapi Berhenti, Ini Penjelasan BPPTKG 

Erupsi terakhir Merapi terjadi pada 27 Januari 2021

Sleman, IDN Times - Pasca erupsi Gunung Merapi pada akhir Januari 2021 kecepatan pergerakan magma mengalami penurunan.  Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida menjelaskan saat ini magma yang menuju permukaan mengalami penurunan. Kecepatan magma saat ini lebih rendah dibanding rata-rata kecepatan yang terjadi pada Merapi.

"Mengapa saat ini erupsi berhenti, karena magma yang menuju permukaan sangat sedikit atau lebih rendah dibandingkan kecepatan rata-rata Merapi. Biasanya 20 ribu meter kubik per hari, saat ini 10 ribu meter kubik," terang Hanik pada Senin (15/2/2021). 

Namun berdasarkan hasil pengamatan BPPTKG saat ini harus lebih waspada karena kubah lava terus tumbuh dan sewaktu-waktu dapat terjadi awan panas. 

 

1. Asap putih keluar dari Gunung Merapi

Mengapa Erupsi Merapi Berhenti, Ini Penjelasan BPPTKG Angin berembus di lereng Gunung Merapi terlihat dari kawasan Klakah, Selo, Boyolali, Jawa Tengah. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

Menurut Hanik dari hasil pengamatan yang dilakukan BPPTKG dari tanggal 5 hingga 11 Februari 2021, aktivitas Gunung Merapi cenderung didominasi adanya guguran lava pijar.

"Pada periode ini yang terjadi adalah dominasi aktivitas adalah guguran lava pijar, dengan adanya pertumbuhan kubah lava yang ada di lereng barat daya," ungkapnya. 

Dalam fase pengamatan tersebut muncul asap putih dengan ketebalan tipis hingga tebal dengan tekanan lemah. Tinggi asap maksimum 50 meter teramati dari Pos Pengamatan Gunung Merapi Kaliurang.

"Asap kawah pada tanggal 13 Februari terjadi karena air hujan bertemu magma panas tentunya menghasilkan uap air bisa dihembuskan ke atas." 

 

Baca Juga: Ada Sanksi bagi Penolak Vaksinasi, Ini Respons Pemda DIY

2. Laju pertumbuhan kubah lava sebesar 48.900 meter

Mengapa Erupsi Merapi Berhenti, Ini Penjelasan BPPTKG Gunung Merapi. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

Hasil analisis morfologi area puncak berdasarkan foto dari sektor barat daya tanggal 14 Februari 2021 menunjukkan adanya perubahan morfologi area puncak karena aktivitas guguran.

"Volume kubah lava sendiri terpantau sebesar 295.000 m3 pada tanggal 11 Februari 2021. Untuk laju pertumbuhan kubah lava sebesar 48.900 m3/hari," katanya.

3. Kegempaan minggu ini lebih tinggi dibandingkan sebelumnya

Mengapa Erupsi Merapi Berhenti, Ini Penjelasan BPPTKG ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

Menurut Hanik data kegempaan minggu ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan sebelumnya. Terpantau telah terjadi 22 kali gempa vulkanik dangkal, 193 kali gempa fase banyak, 775 kali gempa guguran, 10 kali gempa hembusan dan 13 kali gempa tektonik.

"Intensitas kegempaan pada minggu ini lebih tinggi dibandingkan minggu lalu," paparnya.

Hingga saat ini BPPTKG masih menetapkan status Merapi dalam tingkat siaga. Untuk rekomendasi yang dikeluarkan yakni masih adanya potensi bahaya berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan barat daya meliput Sungai Boyong, Bedog, Krasak Bebeng dan Putih sejauh maksimal 5 km. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dan puncak.

Baca Juga: Masa Pandemik, Okupansi Kos-kosan di Sleman Ikut Terdampak

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya