Polemik Study Tour di Jabar, Ini Respons Pelaku Wisata di Bantul

- Study tour bukan hanya piknik, tapi juga edukasi dan pengalaman bagi siswa
- Dinas Pariwisata Bantul menyarankan pemilihan travel agent yang terpercaya dan perencanaan biaya jauh-jauh hari
- Perlu evaluasi manajemen study tour pelajar untuk menghindari kenaikan biaya yang tidak sesuai dan memastikan keselamatan selama perjalanan
Bantul, IDN Times - Kebijakan larangan study tour yang dikeluarkan sejumlah daerah direspons pelaku pariwisata dan pemangku kepentingan di Kabupaten Bantul. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), biro perjalanan wisata atau travel agent hingga Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul memberikan tanggapan soal kebijakan itu.
1. Study tour tak hanya piknik saja

Ketua PHRI Bantul, Hendra Dwi Utomo membantah anggapan jika study tour hanyalah piknik semata. "Ya kalau seringnya terjadi kecelakaan bus wisata yang membawa rombongan study tour yang perlu dicek adalah perusahaan oto bus terkait kelaikan bus tersebut," ucapnya, Kamis (24/7/2025).
2. Dinas Pariwisata Bantul minta panitia pilih travel agent yang bagus

Adyatama Kepariwisataan dan Efraf Ahli Muda, Dispar Bantul, Markus Purnomo Adi mengatakan panitia study tour harus selektif dalam memilih biro perjalanan dan juga perusahaan otobus yang digunakan selama perjalanan wisata.
"Pilih travel agent yang masuk dalam organisasi perjalanan wisata seperti ASITA, perusahaan bus wisata yang juga masuk dalam anggota Organda. Sebab untuk bus pariwisata ada aturan tersendiri dibandingkan bus non pariwisata," ungkapnya.
Selain itu, untuk kendala biaya study tour harus direncanakan jauh-jauh hari sehingga orang tua siswa bisa mencicil biaya study tour.
"Panitia study tour juga bisa memilih objek wisata yang di lokasi itu ada unsur edukasinya sehingga tidak hanya piknik saja namun bisa menambah ilmu dan pengalaman bagi siswa. Piknik kemudian hanya bonus saja dari kegiatan study tour," ungkapnya.
3. Perlu evaluasi manajemen study tour pelajar

Sementara itu, Marketing Arra Tour, Boim mengatakan adanya keluhan orang tua murid terkait biaya study tour tidak lepas dari tindakan ugal-ugalan dari panitia study tour.
"Jadi misalnya study tour ke Jogja dua hari satu malam sekitar Rp 1 juta, tetapi dinaikkan menjadi Rp1,5 juta. Kita sudah menawarkan harga standar namun oleh panitia study tour minta dinaikkan. Itu marak terjadi di daerah Pantura Jawa Barat," kata Boim yang mengaku punya cabang travel agent di Cirebon ini.
"Terkadang study tour juga dilakukan swakelola yang tujuannya lebih ngirit biaya, tapi akhirnya malah membengkak bahkan salah pilih bus ketika perjalanan mengalami kecelakaan karena tidak laik jalan. Yang jelas perlu evaluasi dalam manajemen study tour itu sendiri sehingga tidak memberatkan orang tua dan tidak hanya sekedar piknik saja," jelasnya.