- Rajin membaca
- Mendengarkan
- Menulis
- Dan menerangkan
Penderita Pikun Meningkat, Dokter RSA UGM Ungkap Cara Mencegahnya

- Pikun bukan sekadar lupa biasa, tapi rentan dialami oleh lansia
- Alkohol, rokok, diabetes, dan hipertensi bisa mempercepat terkena demensia
Sleman, IDN Times- Jumlah penderita demensia pada tahun 2050 diperkirakan akan mengalami kenaika, dari sekitar 1,2 juta orang menjadi hampir 4 juta.
Dalam acara Pasar Krempyeng Guyub Rukun yang digelar di pelataran Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM, Rabu (24/9/2025) lalu, Dr. dr. Probosuseno, selaku Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Geriatri, FK-KMKM UGM menyebut bahwa pikun bukan sekadar lupa biasa.
1. Penyakit lupa ada tingkatannya, tapi rentan dialami oleh lansia

Probosuseno menyebutkan, penyakit lupa atau pikun terbagi sesuai tingkatan keparahannya yakni lupa ringan, sedang, hingga berat. Ia setuju bahwa lupa ringan bisa dialami siapa saja, tapi ketika seseorang lupa bahkan pada hal-hal dasar yang terjadi di kehidupan sehari-hari, ini bisa dikategorikan demensia atau pikun.
“Semakin tua seseorang, semakin tinggi pula risiko mengalami penurunan fungsi otak,” katanya.
Probo menyebutkan bahwa demensia dipicu dari penyakit alzheimer atau gangguan neurodegeneratif. Akibatnya bisa beragam, termasuk obesitas, kandungan lemak darah yang tinggi, tidur tidak cukup sehingga menimbulkan lelah berkepanjangan jika menilik soal faktor usia sebagai faktor pemicunya. Sebab, seiring bertambahnya usia mempengaruhi kinerja fungsi otak.
2. Alkohol dan rokok bisa mempercepat seseorang terkena demensia

Kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol, hingga menderita penyakit diabetes dan hipertensi bisa mempercepat seseorang menderita demensia.
“Karenanya dilarang konsumsi alkohol karena mengganggu metabolisme tubuh. Alat indera yang terganggu juga lebih rentan terhadap penyakit lupa,” katanya.
Ia menambahkan penyakit ini bukan hanya soal kebiasaan gaya hidup tidak sehat, ada kemungkinan terkena pikun karena infeksi tertentu seperti cacar api (herpes zoster) yang menyerang otak, bisa menyebabkan kerusakan saraf hingga berujung pada alzheimer bahkan demensia.
“Meski faktor keturunan memang ada, tetapi pengaruhnya relatif kecil hanya sekitar 20 persen,” kata Probo.
3. Demensia bisa dicegah dengan hal-hal sederhana

Untuk mencegah dan menghindari penyakit demensia ini, Probo membagikan beberapa tips untuk masyarakat terutama lansia dalam upaya untuk menjaga kesehatan otak. Di antaranya adalah dengan:
Kegiatan-kegiatan barusan berfungsi untuk melatih otak dengan repetisi sehingga muncul stimulasi intelektual. Selain itu, perlu adanya asupan makanan bergizi, kaya antioksidan, sayur, buah, serta cukup minum air yang cukup untuk sehari-hari.
“Catatan untuk jeruk, lebih baik dimakan dengan seratnya yang berwarna putih karena membantu menurunkan lemak jahat,” ungkap Probo.
Ada lagi satu kebiasaan yang tidak kalah penting menurutnya, yaitu untuk menjaga aktivitas spiritual seperti salat, puasa, dan sedekah dapat membantu menenangkan pikiran dan mengurangi stres. Penting juga memiliki kegiatan dan hobi di bidang seni karena dapat membantu seperti menyanyi, menulis puisi, berolahraga seni bela diri, hingga aktif kegiatan sosial.
Dan guna menjaga kadar gula darah tetap normal diminta untuk rutin berolahraga ringan seperti jalan kaki atau bersepeda. Sedangkan untuk mengontrol tekanan darah dan berat badan, bisa melakukan mengatur pola makanan yang sehat.
“Sulitnya itu ya mengurangi konsumsi santan, gorengan, dan tepung, tapi ini sangat penting dilakukan,” tuturnya.