Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Olah Limbah Buah, Koperasi Gemah Ripah Sulap Jadi Listrik Cadangan

Koperasi Pasar Induk Gemah Ripah di Gamping, Sleman. (Dok. Istimewa)
Intinya sih...
  • Koperasi Pasar Induk Gemah Ripah mengelola limbah buah menjadi biogas untuk listrik dan bahan bakar gas.
  • Instalasi biogas dapat mengolah 1 ton limbah buah per hari, dengan jeruk hanya 20% dari kuota.
  • Biogas digunakan sebagai listrik cadangan untuk 200 kios dan bahan bakar gas pada 6 warung di pasar.

Yogyakarta, IDN Times – Persoalan sampah masih menjadi pekerjaan rumah di berbagai daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).  Volume sampah semakin menumpuk dan muncul di banyak tempat, warga pun kalang kabut mengelola sampahnya, sebagian nekat membakar sampah sehingga menimbulkan polusi udara.

Problematika sampah ini menggerakkan anggota Koperasi Pasar Induk Gemah Ripah di Gamping, Sleman, untuk mengambil sampah buah dari Pasar Gamping Sleman.  

1. Olah limbah buah dari pasar

Koperasi Pasar Induk Gemah Ripah di Gamping, Sleman. (Dok. Istimewa)

Tak tanggung-tanggung, limbah buah yang dihasilkan Pasar Induk Gemah Ripah setiap harinya dikelola koperasi menjadi biogas yang digunakan untuk listrik cadangan operasional pasar dan bahan bakar gas. Menggandeng Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman, University of Boras asal Swedia, lpdp, melalui Waste Refinery Center (WRC), NUTEK, dan Sida, Koperasi Pasar Induk Gemah Ripah membangun instalasi biogas pengelolaan sampah buah menjadi energi listrik dan bahan bakar memasak.

Ketua Koperasi Pasar Induk Gemah Ripah, Mafthuhin menuturkan, dari 4 hingga 6 ton limbah yang dihasilkan setiap harinya, instalasi biogas dapat mengolah sekitar 1 ton limbah buah, khususnya buah dengan tingkat keasaman rendah seperti semangka, melon, belimbing, mangga, nanas, dan buah naga. Khusus limbah buah jeruk, instalasi biogas hanya dapat mengolah sebanyak 20 persen atau setara 2 kuintal dari 1 ton kuota limbah buah yang tersedia per harinya.

“Pengelolaan limbah buah biogas ini didahului dengan pengembangbiakan bakteri dibantu kotoran sapi. Selama ini kita hanya memasukkan buah-buah yang kadar asamnya ga banyak, seperti melon, semangka, buah naga, belimbing, mangga. Berdasarkan bantuan penelitian dari UGM, kalau jeruk masuk ke situ, bakterinya akan mati dan menghidupkan bakterinya lagi itu susah sekali. Setelah dilakukan uji coba, ternyata maksimal hanya bisa masuk 20 persen limbah buah jeruknya,” jelas Mafthuhin, Jumat (2/8/2024).

2. Olahan limbah jadi listrik cadangan

Koperasi Pasar Induk Gemah Ripah di Gamping, Sleman. (Dok. Istimewa)

Mafthuhin mengungkapkan, pengolahan yang dilakukan sejak tahun 2011, biogas yang dihasilkan dari limbah buah tersebut digunakan sebagai listrik cadangan yang dialirkan ke sekitar 200 kios, dan bahan bakar gas pada 6 warung yang ada. Ketika terjadi pemadaman listrik dari PLN, dengan bantuan biogas secara otomatis listrik akan menyala.

“Jadi kita hanya memanfaatkan gasnya itu kalau pas PLN mati. Selama ini kalau listrik mati maka memang langsung nyala. Nanti otomatis listrik akan menyala. Kita gensetnya itu sudah bisa langsung otomatis enggak usah pake dibuka, itu bisa langsung menyala. Kalau dulu belum ada, sekarang sudah kita sambung biogas ke kios-kios masing masing, setiap lapak itu ada dua tempat balon yang satunya 20 watt,” terang Mafthuhin.

3. Pembaharuan watt akan dilakukan tahun ini

Koperasi Pasar Induk Gemah Ripah di Gamping, Sleman. (Dok. Istimewa)

Dikatakan Mafthuhin, rencananya tahun ini akan dilakukan penambahan watt di seluruh kios dan warung. Untuk mencari jalan agar persentase limbah buah jeruk dapat diolah instalasi biogas dapat meningkat 20 persen lebih, pihaknya merencanakan untuk melakukan budidaya maggot yang utamanya untuk mengolah limbah buah jeruk yang tidak dapat tertampung untuk diolah pada instalasi biogas. 

“Di Pasar Induk Gemah Ripah, 90 persen yang mendominasi itu jeruk. Paling banyak limbahnya jeruk. Dari sekitar 4 ton limbah per hari, paling tidak limbah jeruknya saja itu sudah ada 3 ton, yang 1 ton itu sampah yang lain-lainnya. Kalau bisa 50 persen kan itu bisa dua ton setengah atau bisa tiga ton. Jadi kita membuang sampah ke TPS Minggir hanya sedikit,” ungkapnya.

Mafthuhin menyebut, rencana pengelolaan limbah buah jeruk tersebut terus digencarkan lantaran TPST Minggir diperkirakan hanya dapat menampung limbah sampah dari tempatnya sebanyak satu ton setiap harinya. “Kita tetap masih buang limbah sampah utamanya jeruk. Jadi kalau ada formula yang bisa mengolah limbah jeruk masuk okelah,” pungkasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriana Sintasari
EditorFebriana Sintasari
Follow Us