DIY Alami Deflasi pada Mei 2025 Imbas Cabai dan Bawang Merah Melimpah

- DIY mengalami deflasi sebesar -0,15 persen pada Mei 2025
- Deflasi dipengaruhi oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau
- Tekanan deflasi tertahan oleh kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya
Yogyakarta, IDN Times - Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengalami deflasi sebesar -0,15 persen (month-to-month/mtm) pada Mei 2025, berbalik arah dari bulan sebelumnya yang mencatat inflasi 1,67 persen (mtm). Secara tahunan, inflasi DIY tercatat sebesar 2,04 persen (year-over-year/yoy), lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 2,28 persen (yoy). Sementara itu, inflasi tahun kalender (year-to-date/ytd) mencapai 1,56 persen.
Dilihat berdasarkan data Indeks Harga Konsumen (IHK), deflasi terjadi di Kota Yogyakarta sebesar 0,16 persen (mtm), diikuti Kabupaten Gunungkidul dengan deflasi 0,14 persen (mtm). Meski demikian, secara tahunan Kota Yogyakarta mencatat inflasi sebesar 1,88 persen (yoy), masih di bawah Kabupaten Gunungkidul yang mengalami inflasi 2,17 persen (yoy).
1.Kelompok makanan hingga tembakau menyumbang deflasi

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY, Sri Darmadi Sudibyo, menyampaikan bahwa deflasi pada Mei 2025 terutama dipengaruhi oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Hal ini terjadi seiring melimpahnya pasokan komoditas hortikultura, seperti cabai rawit, cabai merah, dan bawang merah. Ketiga komoditas tersebut menyumbang andil deflasi masing-masing sebesar 0,12 persen (mtm), 0,07 persen (mtm), dan 0,06 persen (mtm).
”Penurunan harga cabai rawit, cabai merah dan bawang merah salah satunya disebabkan oleh terjaganya pasokan dari daerah produsen seperti Muntilan dan Wates, termasuk daerah sentra produksi di luar pulau Jawa seperti Sulawesi. Sementara, permintaan menjelang HBKN Idul Adha cenderung normal,” ujar Sri Darmadi, dalam keterangan rilis Rabu (4/6/2025).
2.Deflasi tertahan harga emas

Di sisi lain, tekanan deflasi yang lebih dalam tertahan oleh kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, terutama pada komoditas emas perhiasan. Kenaikan harga emas perhiasan memberikan andil inflasi sebesar 0,03 persen (mtm), yang turut dipengaruhi oleh naiknya harga emas global di tengah ketidakpastian ekonomi dunia.
”Kondisi tersebut berdampak pada tingginya permintaan konsumen untuk komoditas emas sebagai aset safe-haven,” ungkap Sri Darmadi.
3.Upaya pengendalian inflasi

Dalam upaya pengendalian inflasi, Bank Indonesia DIY bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DIY menyampaikan apresiasi terhadap berbagai pihak yang telah membangun sinergi dan kolaborasi. Inflasi DIY tahun 2025 diperkirakan tetap berada dalam kisaran target 2,5±1 persen (yoy).
Proyeksi tersebut didukung oleh langkah TPID DIY melalui strategi 4K—ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif. Sejumlah program pun dijalankan, seperti penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) DIY 2025 melalui operasi pasar atau pasar murah yang didukung optimalisasi Kios Segoro Amarto sebagai toko acuan harga untuk menjaga daya beli. Selain itu, kampanye belanja bijak dan penguatan Kerjasama Antar Daerah (KAD), baik antar maupun intra provinsi, turut dilakukan guna memenuhi kebutuhan pangan strategis. Berbagai gerakan sosial masyarakat juga berperan dalam menjaga stabilitas harga, pasokan, serta efisiensi distribusi komoditas.