Cara Simpel Cegah Prediabetes Menurut Dokter RSA UGM

- Pentingnya menurunkan berat badan sebagai terapi mencegah diabetes tipe 2
- Berbagai faktor risiko prediabetes termasuk obesitas, riwayat keluarga diabetes, dan kurangnya aktivitas fisik
- Konsistensi dalam mengubah gaya hidup melalui pola makan sehat dan aktivitas fisik rutin dapat membantu menormalkan gula darah tanpa obat
Yogyakarta, IDN Times - Prediabetes merupakan kondisi ketika kadar gula darah berada di atas normal, namun belum cukup tinggi untuk dikategorikan sebagai diabetes tipe 2. Kondisi ini menjadi tanda peringatan bahwa tubuh mulai mengalami gangguan dalam mengatur kadar gula, biasanya akibat resistensi insulin. Jika tidak segera ditangani, prediabetes berisiko berkembang menjadi diabetes tipe 2.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Sub Endokrin Metabolik, Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM, dr. Ali Baswedan, memberikan sejumlah saran untuk mencegah hal tersebut.
1. Pentingnya menurunkan berat badan

Ali menjelaskan, penurunan berat badan menjadi salah satu terapi yang direkomendasikan untuk mencegah diabetes, karena dapat mengurangi jumlah serta aktivitas lemak tubuh, terutama di area perut yang berperan dalam menurunkan sensitivitas insulin.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup, khususnya melalui pola makan sehat dan olahraga teratur, mampu mencegah atau menunda munculnya diabetes, bahkan mengembalikan kadar gula darah ke tingkat normal. Menurutnya, penurunan berat badan sekitar 7 persen dari berat awal terbukti dapat menurunkan risiko berkembangnya diabetes.
“Kelebihan berat badan, terutama lemak di sekitar perut, melemahkan kemampuan kerja insulin atau menurunkan sensitivitas insulin. Akibatnya, gula darah cenderung meningkat dan meningkatkan risiko munculnya prediabetes. Semakin meningkat berat badan, semakin besar risikonya,” ujar Ali, Senin (3/11/2025), dilansir laman resmi UGM.
2. Berbagai faktor risiko prediabetes

Menurut dr. Ali, individu dengan obesitas, memiliki riwayat keluarga diabetes, jarang beraktivitas fisik, atau berusia di atas 40 tahun memiliki risiko lebih tinggi mengalami prediabetes. Ia menjelaskan, penurunan berat badan dapat mengurangi simpanan lemak tubuh sehingga meningkatkan sensitivitas terhadap insulin. Kondisi ini membuat kerja insulin menjadi lebih efektif.
Selain itu, berkurangnya lemak juga menurunkan peradangan dan mengurangi produksi zat kimia yang dapat menghambat kerja insulin. “Hasilnya, glukosa darah lebih mudah masuk ke sel dan kadar gula menurun,” jelasnya.
Ali menambahkan, tujuan diet bukan semata-mata menurunkan angka timbangan, tetapi mengurangi kadar lemak tubuh agar kemampuan kerja insulin meningkat. Peningkatan massa otot juga penting, karena semakin banyak otot, semakin banyak glukosa yang terbakar. Distribusi lemak yang lebih merata dalam tubuh turut membantu memperbaiki metabolisme.
“Karena itu, kombinasi latihan beban untuk meningkatkan massa otot dan latihan aerobik memberikan hasil terbaik,” ungkapnya.
3. Harus konsisten ubah gaya hidup

Bagi sebagian orang, penurunan berat badan memiliki peran besar dalam memulihkan kondisi prediabetes atau mengembalikan kadar gula darah ke tingkat normal. Namun, hasilnya bergantung pada lamanya seseorang mengalami prediabetes, kondisi pankreas, serta kemampuan menjaga berat badan agar tetap stabil.
“Jika berat badan naik lagi, kondisi pradiabetes bisa muncul kembali,” ujarnya.
dr. Ali menilai, prediabetes ibarat “lampu kuning” yang menandakan risiko menuju diabetes tipe 2, tetapi masih bisa dikendalikan. Menurutnya, menurunkan berat badan dengan cara sehat melalui pola makan seimbang dan aktivitas fisik rutin dapat membantu menormalkan gula darah tanpa obat.
“Kuncinya bukan obat, tetapi perubahan gaya hidup jangka panjang yang konsisten,” pungkasnya.

















