Dalam 2 Pekan, Terjadi 4 Kali Laka Laut di Pantai Parangtritis

- Polres Bantul mencatat 4 kecelakaan laut di Pantai Parangtritis selama awal hingga pertengahan April 2025.
- Satu orang meninggal dunia, satu korban masih dalam pencarian, dan lebih dari tujuh wisatawan diselamatkan oleh Tim SAR Satlinmas Wilayah 3 Bantul.
- Kecelakaan laut terjadi karena nekat bermain air di daerah palung yang arus baliknya sangat kuat dan bisa menyeret ke tengah laut.
Bantul, IDN Times - Polres Bantul mencatat, selama dua pekan dari awal hingga pertengahan April 2025, terjadi empat kali kecelakaan laut yang melibatkan wisatawan di Pantai Parangtritis. Dari kejadian tersebut, satu orang dinyatakan meninggal dunia, satu masih dalam pencarian, dan lebih dari tujuh wisatawan berhasil diselamatkan oleh Tim SAR Satlinmas Wilayah 3 Bantul.
1. Selama dua pekan terjadi empat kali laka laut di Pantai Parangtritis

Kasi Humas Polres Bantul, AKP I Nengah Jeffry, mengatakan kecelakaan laut pertama terjadi pada 3 April 2025, dengan korban berhasil diselamatkan. Keesokan harinya, 4 April, tiga wisatawan dilaporkan tenggelam. Dua berhasil diselamatkan, sementara satu korban, Andreas Julian Pratana (18) asal Semarang, dinyatakan hilang.
"Sampai hari ini keberadaan korban juga belum ditemukan oleh Tim SAR Satlinmas Wilayah 3 Bantul," ucapnya, Senin (14/4/2024).
Kecelakaan laut kembali terjadi pada 8 April dan menimpa seorang wisatawan asal Demak, Jawa Tengah. Beruntung, korban berhasil diselamatkan. Sementara pada 12 April, tiga wisatawan terseret ombak. Dua di antaranya berhasil diselamatkan, dan satu korban bernama Pujo (35) asal Banjarnegara dinyatakan hilang.
"Setelah dilakukan pencarian selama tiga hari akhirnya korban ditemukan pada Senin (14/4/2025) dan jenazah dievakuasi ke Posko SAR Pantai Parangtritis," ujarnya.
Jeffry menambahkan, selain kejadian yang menimpa wisatawan, juga terjadi kecelakaan laut yang melibatkan nelayan di Pantai Depok pada 7 April 2025. Perahu nelayan digulung ombak saat akan naik ke daratan hingga akhirnya karam.
"Baik tekong atau ABK selamat hanya alat tangkap ikan hilang dan perahu mengalami kerusakan," tuturnya.
2. Tim SAR berusaha maksimal agar tidak terjadi laka laut

Koordinator SAR Satlinmas Wilayah 3 Bantul, Muhammad Arief Nugroho, mengatakan pihaknya bersama Polairud Polda DIY telah berupaya maksimal mencegah terjadinya kecelakaan laut. Namun, masih ada wisatawan yang nekat bermain air di kawasan palung meski sudah diberi peringatan dan tanda bahaya.
"Peringatan larangan mandi juga sudah dipasang di Tempat Pemungutan Retribusi Induk Pantai Parangtritis, namun hanya dianggap pajangan saja oleh wisatawan," ujarnya.
Arief menambahkan, setiap hari petugas SAR memasang bendera larangan mandi karena pergerakan palung bisa berubah-ubah. Hal ini menjadi karakteristik umum pantai selatan Yogyakarta, termasuk Pantai Parangtritis.
"Sebenarnya kalau wisatawan ingin bermain di pantai tidak masalah selama itu bukan di daerah palung yang arus baliknya sangat kuat dan bisa menyeret ke tengah laut," tuturnya.
Menyikapi kecelakaan laut yang menelan korban jiwa dan satu orang yang masih hilang, pihaknya berharap pimpinan rombongan wisata dapat memberikan sosialisasi dan imbauan kepada anggotanya agar tidak mandi di laut, terutama di area palung.
"Semua pihak sudah menghimbau agar wisatawan tidak mandi atau bermain air pada daerah palung dan hal itu terus disuarakan. Namun kejadian laka laut tetap terjadi. Ini butuh kesadaran dari wisatawan sendiri untuk mengikuti imbauan dari petugas SAR yang sedang berjaga," tandasnya.
3. Kesadaran wisatawan tidak mandi di daerah rip current perlu ditingkatkan

Kepala Dinas Pariwisata Bantul, Saryadi, mengatakan kecelakaan laut di Pantai Parangtritis umumnya terjadi saat wisatawan mandi di area rip current hingga akhirnya terseret ke tengah laut dan tenggelam. Rip current di kawasan pantai selatan Bantul, termasuk Pantai Parangtritis, bersifat dinamis dan berpindah-pindah. Karena itu, petugas SAR juga menyesuaikan pemasangan tanda bahaya dengan pergerakan arus tersebut.
"Meski larangan mandi di daerah yang ada rip current dipasang, namun terkadang larangan itu tidak dihiraukan wisatawan dan tetap nekat main air di daerah berbahaya itu. Petugas yang mendatangi wisatawan memberi imbauan terkadang juga tidak digubris," ujarnya.
Ia menjelaskan, sejumlah posko pengamatan telah didirikan di sepanjang Pantai Parangtritis. Keberadaan posko ini diharapkan dapat mempercepat pertolongan saat terjadi kecelakaan, sekaligus sebagai upaya untuk terus mengingatkan wisatawan agar tidak mandi di kawasan rip current.
"Harus dibangun kesadaran oleh wisatawan sendiri agar tidak bermain pada daerah rip current yang oleh petugas SAR sudah diberi tanda peringatan daerah berbahaya. Pimpinan rombongan seharusnya juga bisa memberikan sosialisasi kepada anggota rombongan untuk tidak nekat mandi di daerah rip current," lanjut Saryadi.
"Memang kita memasang larangan mandi di laut, namun larangan itu sifatnya hanya imbauan karena secara formal tidak ada aturan larangan mandi di laut. Namun dengan pemasangan larangan tersebut, diharapkan muncul kesadaran wisatawan bahwa mandi di laut berbahaya dan bisa mengancam nyawanya sendiri," imbuh dia.
4. Pimpinan rombongan wisatawan ikut awasi anggota rombongan yang mandi di daerah palung

Salah satu wisatawan asal Sleman, Slamet Tobing mengaku membawa rombongan keluarga untuk berwisata di Pantai Parangtritis. Sejak awal keberangkatan, dirinya sudah mewanti-wanti agar tidak bermain air di pantai, cukup menikmati keindahan Pantai Parangtritis dari pinggir pantai saja.
"Saya banyak membaca kejadian laka laut di Pantai Parangtritis karena mandi di daerah palung yang akhirnya terseret arus ke tengah laut hingga hilang hilang tenggelam," katanya.
"Sebenarnya saya juga takut membawa keluarga berwisata ke Pantai Parangtritis karena memang berbahaya. Namun, keluarga minta jadi tak bisa menolak. Hanya pesan tidak mandi di laut dan saya awasi sendiri keluarga saya ketika bermain air di pantai," lanjut Tobing.
Tobing menilai, kecelakaan laut kerap terjadi karena wisatawan tidak memahami karakteristik Pantai Parangtritis, mengabaikan rambu-rambu peringatan, dan tidak mengindahkan imbauan dari petugas SAR.
"Jadi kalau menurut saya ini terkait kesadaran dari wisatawan, apalagi wisatawan dari luar DIY. Pimpinan rombongan juga seharusnya memberikan pengetahuan soal kondisi Pantai Parangtritis yang sangat berbahaya untuk mandi, terutama di daerah palung," tandasnya.