Dari Laut Selatan Bantul, Purnama Produksi Garam Krosok Seorang Diri

- Produksi garam krokos dimulai pada tahun 2022
- Purnama membangun tempat penampungan air laut dan enam tunnel untuk proses produksi garam krokos.
- Harga jual garam krokos bervariasi tergantung kualitasnya, dengan harga tertinggi Rp3.000 per kilogram.
Bantul, IDN Times - Purnama (57) tampak tekun mengumpulkan kristal garam di sebuah tunnel menggunakan alat penggaruk kayu. Warga Padukuhan Kuwaru, Kalurahan Poncosari, Kapanewon Srandakan, Kabupaten Bantul ini, merupakan satu-satunya petani garam di Pantai Tanggul Tirto.
Sekitar 100 meter dari tepi pantai, enam unit tunnel yang terbuat dari rangka bambu yang diselubungi plastik ultraviolet berjajar rapi. Di dalamnya, terlihat gundukan garam kristal berwarna putih di beberapa titik. Garam-garam itu siap dikemas dan dijual kepada pedagang maupun petani di sekitar Pantai Tanggul Tirto.
1. Produksi garam krokos dimulai pada tahun 2022

Purnama menceritakan, usahanya memproduksi garam krokos sudah dimulai sejak 2022. Awalnya, ia tertarik mencoba setelah diajak oleh temannya yang bekerja sebagai agen travel bernama Ari, yang orang tuanya dikenal sebagai juragan garam di Surabaya.
"Ayah teman saya itu bilang, 'Mau tidak kalau produksi garam? Nanti kalau produksi garam berlebih dijual ke Surabaya'. Sedangkan orang yang mengajari teknik membuat garam berasal dari Kebumen namanya Iwan," katanya ditemui di tempat produksi garam di Pantai Tanggul Tirto, Kabupaten Bantul, Kamis (13/11/2025).
2. Proses pembuatan garam krokos

Setelah mendapat pelatihan membuat garam, Purnama mulai membangun tempat penampungan air laut berkapasitas 16 meter kubik. Ia juga membuat sumur bor di dekat pantai, kemudian membangun enam tunnel untuk proses produksi.
"Enam tunnel itu bentuknya setengah lingkaran dan ditutup dengan plastik ultraviolet agar suhu dalam tunnel stabil dan tidak ada kotoran yang masuk dalam tunnel," ujarnya.
Purnama menjelaskan, proses pembuatan garam dimulai dengan memompa air dari sumur dekat pantai yang kemudian dialirkan ke bak penampungan. Setelah didiamkan selama satu bulan, air laut tersebut dialirkan ke tunnel pertama dan dibiarkan selama satu minggu. Selanjutnya, air dari tunnel pertama dialirkan ke tunnel kedua, dan seterusnya hingga keenam tunnel terisi.
"Setelah dua bulan dalam tunnel, air laut kemudian menjadi kristal pada tunnel kelima dan keenam, maka garam siap dipanen," ungkapnya.
3. Harga jual garam krokos

Dalam sekali siklus produksi, panen garam bisa dilakukan hingga tiga kali. Purnama menjelaskan, panen pertama menghasilkan garam dengan kualitas terbaik—berwarna putih dan memiliki kristal besar. Pada panen kedua, garam tetap berwarna putih namun kristalnya lebih halus, sedangkan panen ketiga menghasilkan garam yang lebih lembut dan kadang warnanya tidak seputih sebelumnya.
"Garam paling bagus saya jual Rp3.000 per kilogram, garam kualitas sedang dan rendah dijual Rp2.000 hingga Rp2.500 per kilogramnya. Garam kualitas rendah biasanya untuk campuran komboran ternak dan untuk pertanian," tuturnya.
Purnama menambahkan, usaha produksi garam ini masih ia kerjakan sendiri dengan bantuan sang istri. Karena keterbatasan tenaga, produktivitasnya pun masih kecil dan hanya dijual di wilayah Kapanewon Srandakan.
"Ya ini kan lahan untuk produksi garam milik Keraton Yogyakarta, tapi kan boleh digunakan untuk usaha bagi petani. Semoga saya ke depannya bisa mengembangkan lagi produksi garam krosok ini," ujarnya.


















