Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Dari Orangtua hingga Tan Malaka: Sosok Pahlawan Ideal Anak Muda

Ilustrasi. Monumen Serangan Umum 1 Maret
Ilustrasi. Monumen Serangan Umum 1 Maret. (commons.wikimedia.org/22Kartika)
Intinya sih...
  • Makna pahlawan bagi anak muda kini meluas, tak hanya soal perjuangan fisik tapi juga inovasi dan kontribusi positif di masyarakat.
  • Banyak yang menganggap orangtua dan guru sebagai pahlawan sejati karena perjuangan dan kasih sayangnya.
  • Tokoh seperti Soekarno, Bung Hatta, R.A. Kartini, hingga Tan Malaka tetap jadi inspirasi karena gagasan dan semangat perjuangannya yang relevan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Yogyakarta, IDN Times - Peringatan Hari Pahlawan setiap 10 November menjadi momen refleksi bagi seluruh bangsa Indonesia. Namun, apa sesungguhnya makna 'pahlawan' bagi generasi muda saat ini? Jika dahulu pahlawan identik dengan perjuangan fisik mengangkat senjata, definisi tersebut kini kian meluas.

Bagi Miswarrudin (20), seorang mahasiswa di Universitas Sumatera Utara (USU), Hari Pahlawan adalah momen untuk "mengenang... bukti kita terhadap cintai tanah air Indonesia." Rekannya, Prisda Siregar (20), setuju, menyebutnya "suatu hari yang begitu bermakna di mana kita mengenang... pahlawan kita yang sudah gugur di medan perang."

Bagi Milenial dan Gen Z, pahlawan bisa berarti siapa saja yang berjuang memberikan dampak positif, baik melalui inovasi, pemikiran, maupun pengorbanan di lingkungan terdekat.

Kami mewawancarai sejumlah anak muda dari berbagai daerah untuk mencari tahu siapa sosok pahlawan ideal di mata mereka. Jawabannya pun beragam, mulai dari sosok di lingkaran terdekat hingga tokoh sejarah yang pemikirannya masih relevan.

1. Pahlawan masa kini berjuang dengan inovasi dan kreativitas

ilustrasi inovasi (pexels.com/ThisIsEngineering)
ilustrasi inovasi (pexels.com/ThisIsEngineering)

Bagi sebagian anak muda, definisi pahlawan telah bergeser dari medan perang ke medan gagasan. Mereka adalah sosok yang tak berhenti berinovasi dan berjuang untuk masyarakat di era modern.

Ragilia Nofantina (27), seorang staf media partai politik di Lampung, berpendapat bahwa perjuangan saat ini memiliki bentuk yang berbeda. "Menurutku tuh pahlawan tidak selalu berperang menggunakan senjata ya, tapi kalau sekarang ini, kita bisa berjuang menggunakan inovasi, pikiran, dan kreativitas," ujarnya.

Pandangan serupa diungkapkan oleh Tasya Aulia Purwanto (25), seorang ASN di Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah. Baginya, pahlawan modern adalah mereka yang konsisten berkontribusi.

"Menurut saya untuk pahlawan saat ini di era ini adalah mereka yang tidak pernah berhenti untuk berinovasi, selalu menunjukkan kreativitas, dan berjuang untuk masyarakat," kata Tasya.

Pandangan ini didukung oleh Rizal Fadillah (28), seorang karyawan swasta di Bandung. Baginya, pahlawan adalah "seseorang yang mempunyai gagasan berkelanjutan untuk negara dan bangsa."

2. Orangtua dan Guru sebagai pahlawan sejati

ilustrasi guru BK
ilustrasi guru BK (unsplash.com/Fajar Herlambang STUDIO)

Tema yang paling kuat muncul adalah sosok pahlawan yang berada di lingkaran terdekat: keluarga dan pendidik. Bagi banyak anak muda, orang tua adalah pahlawan pertama dan utama.

Saat ditanya siapa sosok pahlawan personal baginya, Tasya Aulia (25) dengan mantap menjawab, "Kedua orang tua saya tentunya."

"Karena mereka selalu memperjuangkan yang terbaik untuk saya," lanjutnya.

Prisda Siregar (20), mahasiswi Keperawatan USU, juga memilih sosok ibu. Pahlawan idealnya adalah "orang tua, terutama ibu saya, yang berjuang untuk anak-anaknya supaya anak-anaknya bisa sukses di kemudian hari."

Di Mataram, Sanchia Vaneka, seorang karyawan Gen Z, juga menunjuk orang tuanya sebagai pahlawan. Baginya, perjuangan orang tua memiliki makna ganda.

"Menurut saya, Bapak dan Mamak saya itu udah berjuang untuk bukan hanya untuk kehidupan saya tapi kehidupan mereka masing-masing," ungkap Sanchia.

Ia menambahkan bahwa pahlawan ideal adalah "orang yang berjuang, intinya be brave, berani berjuang untuk mereka sendiri... berani berbicara, kemudian berani mengorbankan... untuk kepentingan orang yang mereka sayang."

Masih dari Mataram, Lu'luil Maknun (27), seorang karyawan, menyamakan idealisme pahlawan dengan sosok ibu.

"Pahlawan ideal itu yang seperti seorang ibu... Kenapa kok pahlawan seperti ibu? Itu karena dia itu pasti mengasihi, mencintai, menyayangi," jelasnya. "Nah, kalau pahlawan itu (mengasihi) kepada negara, kepada tanah airnya."

Selain orang tua, Natasya (25), karyawan perusahaan swasta di Lampung, menyebut guru sebagai pahlawan yang berjasa dalam hidupnya.

"Sosok pahlawan menurut saya adalah guru-guru ya, karena karena mereka, kita bisa mendapatkan ilmu pengetahuan," tuturnya.

3. Inspirasi dari Masa Lalu untuk Masa Kini

Bung Tomo adalah sosok penggerak dalam Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945. (commons.wikimedia.org/Nanyang Post)
Bung Tomo adalah sosok penggerak dalam Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945. (commons.wikimedia.org/Nanyang Post, 1947)

Selain sosok personal, para pahlawan nasional yang gagasan dan perjuangannya tercatat dalam sejarah tetap menjadi inspirasi utama.

Soekarno dan Bung Hatta menjadi dua nama yang paling banyak disebut sebagai proklamator dan pemersatu bangsa. Erwina (19), mahasiswi Farmasi USU, memilih Presiden Soekarno karena "sangat berjuang dalam memproklamasikan kemerdekaan kita dan mempersatukan bangsa."

Senada dengan itu, Rizal Fadillah (28) dari Bandung juga menunjuk Ir. Soekarno. "Kenapa? Karena dialah yang... mempersatukanlah dan melahirkan negara Indonesia ini," katanya.

Sementara itu, Ibnu Choldun (22), seorang mahasiswa di Palembang, memilih Bung Hatta. Alasannya, Bung Hatta adalah "sosok yang berintegritas, sederhana, dan visioner. Beliau juga rela mundur dari jabatan demi prinsip."

Pahlawan dari era perjuangan kemerdekaan juga sangat dikagumi. Andrea (24), seorang barista di Surabaya, menyebut Bung Tomo sebagai pahlawannya.

"Karena dia kayak pengobar semangat anak-anak buat merdeka," ujarnya.

Dari Denpasar, pelajar I Gusti Ngurah Damar Gumi Bajaskara (13) mengidolakan Kapten Pattimura yang "melambangkan nilai keberanian dan kepemimpinan" saat memimpin perlawanan di Maluku. Di lain sisi, Miswarrudin (20) dari USU memilih pahlawan asal Aceh, Teuku Umar, karena "dia memiliki taktik perang yang sangat cerdik dan dia juga gagah dan pemberani."

Gagasan pahlawan perempuan juga terus relevan. Ratna (22) dari Tabanan, Bali, menyebut R.A. Kartini sebagai inspirasinya. "Menurut saya R.A. Kartini itu adalah pejuang emansipasi perempuan," jelasnya.

"Perempuan itu bukan hanya berkutat di dapur... tapi sebenarnya perempuan itu bisa terus membuat inovasi, berkarya setiap saat dan tidak ada sekat antara perempuan dan juga laki-laki untuk berkarya," tambah Ratna.

Muhammad Amin (24) dari Kalimantan Selatan menyebut dua tokoh sekaligus: Tan Malaka dan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari.

Bagi Amin, Tan Malaka relevan karena akses informasinya yang mudah dan gagasannya.

"Karena sejarah beliau yang sangat mudah diakses untuk sekarang ini dan pendapat beliau tentang pendidikan dan keadilan untuk rakyat Indonesia," jelasnya.

Sementara Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari ia anggap pahlawan karena perannya sebagai "pelopor peradilan agama di Indonesia" dan pengarang "Kitab Sabilal Muhtadin" yang terkenal hingga mancanegara.

Dari berbagai jawaban tersebut, jelas bahwa pahlawan di mata Millennial dan Gen Z adalah sosok yang multidimensi. Mereka tidak hanya mengenang pahlawan yang berjuang untuk kemerdekaan, tetapi juga menghargai perjuangan dalam bentuk inovasi, pendidikan, kasih sayang keluarga, dan pemikiran yang melintasi zaman.

Kalau menurut kamu, siapa pahlawan ideal versimu?

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us

Latest News Jogja

See More

SNLIK 2025: Indeks Literasi Asuransi di Indonesia Baru 45 Persen

11 Nov 2025, 16:39 WIBNews