Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tim UGM Temukan Potensi Longsor Susulan di Banjarnegara

Tim SAR gabungan mengevakuasi korban bencana tanah longsor di Dusun Situkung, Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Rabu (19/11/2025). (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
Tim SAR gabungan mengevakuasi korban bencana tanah longsor di Dusun Situkung, Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Rabu (19/11/2025). (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
Intinya sih...
  • Desakan air kolam seluas lapangan sepak bola dapat memicu longsor susulan yang lebih luas dan kuat
  • Masyarakat diminta untuk tidak beraktivitas di dasar tebing dan segera melaporkan rekahan baru atau aliran air yang tidak biasa
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sleman, IDN Times - Tim Geologi – Disaster Emergency Response Unit UGM (DERU UGM), bersama dengan tim Kodim dan BPBD menemukan beberapa rekahan baru yang terus bergerak, dan sumber mata air berdebit besar (0.2 m /detik) di puncak bukit lokasi longsor di Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum, Kabupaten Banjarnegara.

Kedua temuan ini menandakan bahwa tubuh lereng tengah mengalami kejenuhan air ekstrem yang dapat memicu pergerakan massa tanah secara tiba-tiba.

Pakar Geologi UGM, Prof. Dwikorita Karnawati, menegaskan aliran air dari sumber mata air baru tersebut berpotensi terakumulasi di balik material longsor lama, membentuk kolam alami yang sewaktu-waktu bisa jebol. “Ancaman longsor susulan masih mengintai warga Desa Pandanarum, dan risiko banjir bandang kini meningkat secara signifikan,” ujarnya Minggu (23/11/2025).

Rekahan baru yang muncul, menurut Dwikorita, mempercepat infiltrasi air hujan ke dalam massa tanah pada lereng. Ketika tekanan air pori meningkat, material yang sebelumnya stabil dapat terdorong turun dan menutup alur sungai kecil di bawahnya. Kondisi ini merupakan skenario klasik terbentuknya bendung tanah yang rawan jebol.

Apabila dinding bendung tersebut tidak mampu menahan volume air yang terus bertambah, pelepasan tiba-tiba bisa mengakibatkan arus bandang berkecepatan tinggi menuju permukiman di zona bawahnya. “Jika bendungan tanah itu jebol, alirannya tidak hanya membawa lumpur tetapi seluruh material longsoran yang sebelumnya,” kata mantan Kepala BMKG tersebut.

1. Ada desakan air kolam seluas lapangan sepak bola

Mantan Rektor UGM itu memperkirakan dampaknya bisa jauh lebih luas dan kuat dibanding longsor awal. Karena dipicu oleh desakan air kolam seluas lapangan sepak bola dengan kedalaman sekitar 1.5 m jelasnya.

Bahaya ini, kata Dwikorita, semakin diperparah oleh keberadaan lapisan lempung biru (blue clay) yang miring ke arah luar lereng, yang ditemukan di bawah zona rekahan. Lapisan ini mengandung mineral lempung seperti montmorillonite, smectite, dan illite, yang sangat sensitif untuk mengembang bila terkena air.

Saat kering ia sekeras batu, namun ketika jenuh air berubah menjadi material mirip pasta gigi yang sangat licin. “Lempung biru ini dalam.terminologi geologi disebut serpih, membuat tumpukan tanah di atasnya mudah bergerak dan mempercepat terjadinya longsor berulang. Begitu jenuh air, kekuatan lempung tersebut hilang drastis,” kata Dwikorita.

2. Lapisan lempung biru sebabkan pergerakan tanah

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati (IDN Times/Dini Suciatiningrum)
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Menurut Dwikorita, keberadaan lapisan lempung biru inilah, yang menjadi penyebab gerakan tanah di Pandanarum tidak berhenti. Bahkan terus bertambah meskipun longsor besar telah terjadi, dan kombinasi antara rekahan baru, mata air berdebit besar, dan lapisan lempung biru menjadikan kondisi lereng sangat labil. Melihat situasi ini, Tim Geologi UGM menilai bahwa prioritas utama saat ini adalah mencegah bertambahnya volume air di balik material longsor. “Langkah darurat seperti pembuatan *sudetan pada tumpukan endapan longsor ,sebagai drainase sementara sangat penting untuk mengurangi tekanan air. Jika tidak, risiko jebolnya bendung tanah akan semakinakultas besar,” ujar Dwikorita.

3. Warga diminta tak beraktivitas di dasar tebing

Dwikorita juga meminta masyarakat tidak beraktivitas di dasar tebing, bantaran sungai kecil, lembah sempit, maupun jalur aliran air yang berpotensi menjadi lintasan banjir bandang.

Dengan curah hujan tinggi beberapa hari terakhir, dan tingginya debit aliran mata air pada lereng mahkota longsoran, tekanan air pori di dalam lereng diperkirakan terus meningkat. “Keselamatan harus lebih diutamakan. Menghindarlah dari area bawah lereng dan segera laporkan jika muncul rekahan baru atau aliran air yang tidak biasa. Bahaya di Pandanarum bukan hanya longsor, tetapi juga kemungkinan banjir bandang yang dapat terjadi mendadak,” ujarnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriana Sintasari
EditorFebriana Sintasari
Follow Us

Latest News Jogja

See More

1.090 Pengendara Terjaring Operasi Zebra Progo, Ada yang Pakai Nopol Palsu

24 Nov 2025, 13:43 WIBNews