Nakes akan Terima Vaksin Dosis Ketiga, Ini Pendapat Epidemiolog UGM

Pemerintah berencana memberikan dosis vaksin Moderna

Sleman, IDN Times - Seiring dengan melonjaknya kasus COVID-19, yang disebut-sebut salah satunya lantaran varian Delta, pemerintah berencana memberikan vaksin dosis ketiga bagi tenaga kesehatan (nakes). Pemberian vaksin dosis ketiga ini direncanakan akan diberikan dalam waktu dekat dengan jenis vaksin Moderna.

Lalu, apa kata pakar mengenai hal tersebut? Seberapa mendesak hal tersebut dilakukan? Begini tanggapan dari Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Bayu Satria Wiratama.

Baca Juga: Pakar UGM Ingatkan Potensi PHK Massal Saat PPKM Darurat

1. Belum ada jaminan

Nakes akan Terima Vaksin Dosis Ketiga, Ini Pendapat Epidemiolog UGM(Ilustrasi) antrean untuk mengikuti vaksinasi COVID-19 (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Bayu berpendapat, saat ini pemberian vaksin dosis ketiga kepada nakes sebenarnya belum mendesak. Ditambah lagi belum ada jaminan pemberian vaksin dosis ketiga membuat nakes terbebas dari paparan COVID-19 varian Delta.

Menurut Bayu, yang paling perlu dilakukan adalah penelitian lebih lanjut yang menjadi penyebab kematian nakes tersebut.

“Bukti yang ada belum kuat bahwa dosis ketiga apakah ini diperlukan terutama untuk varian Delta. Yang lebih penting adalah mengetahui dulu apa penyebab pasti nakes yang menurut asumsi sudah banyak yang mendapatkan vaksinasi tapi masih terkena dan angka kematiannya masih tinggi. Apakah memang efektivitas vaksin yang rendah atau ada penyebab lain?" ungkapnya pada Jumat (9/7/2021).

2. Bukti varian Delta menyebabkan gejala lebih parah masih sedikit

Nakes akan Terima Vaksin Dosis Ketiga, Ini Pendapat Epidemiolog UGMIlustrasi seorang pasien COVID-19. (ANTARA FOTO/REUTERS/Marko Djurica)

Bayu mengatakan, saat ini bukti yang menunjukkan bahwa varian Delta menyebabkan COVID-19 lebih parah daripada varian sebelumnya masih sangat sedikit. Sehingga saat ini belum bisa disimpulkan apakah varian ini lebih ganas dari varian lain. Namun, mengenai varian Delta lebih menular memang buktinya sudah lebih kuat.

“Lebih menular ini yang menyebabkan kenapa lebih banyak kasus yang berat ketika varian Delta muncul. Karena varian Delta menyebabkan lebih banyak orang sakit dan hal ini akan berbanding lurus dengan meningkatnya orang yang bergejala sedang-berat. Jadi, bukan karena variannya sendiri secara langsung,” katanya.

3. Langkah percepatan vaksinasi dinilai bagus

Nakes akan Terima Vaksin Dosis Ketiga, Ini Pendapat Epidemiolog UGMVaksinator menyuntikkan vaksin COVID-19 dosis pertama pada seorang seniman saat vaksinasi massal bagi seniman dan budayawan, di Galeri Nasional, Jakarta, Senin (19/4/2021). (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Menurut Bayu, data Kementerian Kesehatan  yang menyebutkan sekitar 90 persen kasus kematian COVID-19 lebih banyak terjadi pada orang yang belum divaksinasi, dirasa terlalu optimistis, karena angka sebenarnya masih di bawah itu. Namun, Bayu sependapat dengan pemerintah yang tengah menggenjot program vaksinasi.

“Saya setuju dengan langkah mempercepat vaksinasi yang seharusnya juga didukung dengan edukasi dan langkah pemberantasan info hoaks agar orang semakin yakin untuk vaksin. Tapi info hoaks ternyata lebih masif sehingga hal itu menghambat proses peningkatan angka vaksinasi,” terangnya.

Lebih jauh, Bayu mengatakan apabila memang virus corona terus bermutasi dan katakanlah akan lebih ganas dan cepat menular, mak perlu vaksin yang lebih baru lagi. Bahkan, semua vaksin yang ada saat ini dapat diperbarui sesuai dengan hasil penelitian yang ada.

“Apabila dinilai varian yang baru benar-benar dapat mengurangi signifikan kemampuan vaksin terhadap virus SARS-CoV-2 maka akan dibuat semacam booster untuk vaksin tersebut. Namun, itu pun jika memang ada alokasi khusus yang tidak mengganggu vaksinasi secara umum maka bisa diberikan,” paparnya.

Baca Juga: 136 Kamar di MIC UGM Jadi Tempat Isolasi Pasien COVID-19 Gejala Ringan

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya