Disebut Terima Sumbangan PCR, Ini Tanggapan Dekan Kedokteran UGM  

Anak buah beberkan kronologi keterkaitan Luhut di bisnis PCR

Sleman, IDN Times - Dekan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM), Prof Ova Emillia membenarkan UGM menjadi salah satu universitas penerima sumbangan tes polymerase chain reaction (PCR) yaitu deteksi virus SARS Co-2.

Menjawab pertanyaan IDN Times melalui pesan singkat, Ova Emillia mengakui pernah dihubungi oleh Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto terkait rencana sumbangan alat PCR ke universitas.

"Pak Seto yang menghubungi," ungkap Prof Ova pada Selasa (9/11/2021).

1. UGM terima sejumlah bantuan

Disebut Terima Sumbangan PCR, Ini Tanggapan Dekan Kedokteran UGM  UGM (instagram.com/ugm.yogyakarta)

Setelah komunikasi dengan Seto dilakukan, Ova pun membenarkan sejumlah alat PCR didatangkan ke UGM untuk membantu penanganan COVID-19. Alat yang diterima yakni LC96 Lightcycler RT PCR machine dan printer Roche.

"Ya betul kami terima bantuan. Alatnya LC96 Lightcycler RT PCR machine dan printer Roche dua buah," katanya. Namun tidak ada jawaban mengenai kapan alat-alat tersebut sampai di UGM. 

2. Sumbangan PCR yang diterima UGM membantu penanganan COVID-19

Disebut Terima Sumbangan PCR, Ini Tanggapan Dekan Kedokteran UGM  Ilustrasi Pemeriksaan Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). (dok. Naraya Medical Centre)

Saat ditanya apakah mesin sumbangan PCR membantu penanganan COVID-19, Ova Emillia mengatakan alat-alat PCR yang didonasikan ke UGM sangat membantu dalam penanganan COVID-19.

"Sangat membantu, terutama saat di awal alat tersebut sampai ke UGM," terangnya.

Baca Juga: Cerita Lengkap Awal Mula Luhut Terlibat Urusan Tes PCR GSI

Baca Juga: Luhut Pandjaitan dan Erick Thohir Dilaporkan ke KPK soal Bisnis PCR 

3. Anak buah beberkan kronologi keterkaitan Luhut dengan bisnis PCR

Disebut Terima Sumbangan PCR, Ini Tanggapan Dekan Kedokteran UGM  Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan (ANTARA/HO-Kemenko Kemaritiman dan Investasi)

Penyebutan Prof Ova Emillia bersama sejumlah nama dari beberapa universitas sebagai penerima sumbangan PCR, berawal dari pernyataan anak buah Menko Kemaritiman dan InvestasiLuhut Binsar Panjaitan Septian Hario Seto mengenai kronologi mengapa Luhut bisa dikaitkan dengan bisnis PCR. Dalam tulisannya, Seto menjelaskan dirinya yang mengusulkan kepada Luhut untuk berpartisipasi dalam pendirian laboratorium COVID-19. 

Luhut pun memintanya untuk mencari alat PCR, dan biaya yang digunakan untuk membeli alat merupakan donasi. Seto diperintahkan untuk untuk mendonasikan alat tes PCR tersebut ke fakultas kedokteran di sejumlah universitas, karena kampus dinilai memiliki skill untuk menjalankan alat ini. Setelah itu, Seto mencoba untuk menghubungi Dekan Fakultas Kedokteran UI, Unpad, UGM, Unair, Undip, Udayana, dan USU.

"Saya mengirimkan WA kepada mereka dan menjelaskan maksud dan tujuan saya untuk mendonasikan alat PCR ini. Beberapa ada yang merespon dengan cepat, namun beberapa ada yang tidak merespon sama sekali, mungkin dianggapnya prank kali ya," katanya.

4. Seto mengusulkan agar Luhut ikut berpartisipasi di pendirian laboratorium

Disebut Terima Sumbangan PCR, Ini Tanggapan Dekan Kedokteran UGM  Ilustrasi Pemeriksaan Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). (dok. Naraya Medical Centre)

Selanjutnya, pada akhir April 2020, alat-alat mulai datang dan distribusikan ke sejumlah fakultas kedokteran. "Dalam perjalanan kami mencari alat PCR untuk donasi ke laboratorium di kampus-kampus saat itu. Salah satu teman Pak Luhut mengajak untuk ikut berpartisipasi dalam pendirian lab test COVID-19 yang memiliki kapasitas tinggi (5000 test/hari) dan bisa melakukan genome sequencing," jelasnya.

"Usul saya ke Pak Luhut, kita ikut berpartisipasi untuk pendirian lab ini. Maka tanpa pikir panjang, Pak Luhut menyampaikan ke saya, kita bantu mereka ini. Akhirnya melalui Toba Sejahtera (yang memiliki dana untuk kebutuhan ini), Pak Luhut ikut mendukung pendiriannya. Maka lahirlah GSI, setelah itu, kami tidak monitor lagi mengenai PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI) ini," ujar Seto. 

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya