Setahun Pemerintahan Prabowo, Menperin Klaim Sektor Tekstil Naik 5,39 Persen

- Industri tekstil RI tumbuh 5,39 persen selama setahun pemerintahan Prabowo-Gibran
- Green industry sektor tekstil-fesyen tunjukkan kualitas kehidupan negara
- Masalah di sektor tekstil lebih rumit, perlu navigasi ketidakpastian dan teknologi
Sleman, IDN Times - Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasimta menyebut pertumbuhan sektor industri tekstil RI naik 5,39 persen selama setahun era pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming.
Agus merinci pertumbuhan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia kian positif. Akhir 2024 sampai kuartal kedua 2025 mencapai 5,39 persen, kontribusi pada PDB sebesar 0,98 persen. Melibatkan 3,76 juta pekerja atau sebesar 19,18 persen dari total pekerja manufaktur. Adapun kapasitas ekspor naik menjadi USD 8,07 miliar sepanjang Januari-Agustus 2025.
"Jadi, di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional. Ini bagus sekali. Ini bagus sekali," kata Agus saat memaparkan data BPS dalam acara International Textile Manufacturers Federation (ITMF) dan International Apparel Federation (IAF) 2025 yang diselenggarakan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) di Hotel Marriot, Sleman, Jumat (24/10/2025).
Acara ITMF dan IAF 2025 ini dihadiri oleh sekitar 400 delegasi dari berbagai negara. Mencakup asosiasi tekstil dan fashion internasional, produsen, pelaku usaha, akademisi, dan pemangku kebijakan global.
1. Green industry sektor tekstil-fesyen tunjukkan kualitas kehidupan negara

Agus Gumiwang dalam sambutannya menyampaikan amanat Prabowo bahwa industry TPT adalah industri padat karya yang menjadi bagian dari kepentingan strategis nasional. Tujuannya, demi pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja sebagaimana visi presiden.
Dia pun mengapresasi ITMF dan IAF serta API yang sudah menunjukkan kolaborasi positif antarnegara di sektor TPT. Acara ini mesti menjadi momentum kebangkitan tekstil dan fesyen Indonesia untuk dunia.
"Industry tekstil dan garmen harus mampu menjadi pelopor teknologi modern untuk meningkatkan kapasitasnya, kualitasnya, mampu melindungi dunia usaha dan tenaga kerjanya. Industri tekstil dan fashion saat ini juga dituntut untuk mampu membantu menciptakan green planet demi lingkungan hidup yang semakin baik. Karena green industry sektor tekstil dan fashion juga menunjukkan kualitas kehidupan negara," katanya.
2. Masalah di sektor tekstil lebih rumit
Agus menambahkan Indonesia sudah menjadi bagian dari ekosistem pertekstilan dunia dan harus mampu bermanuver satu langkah di depan agar bisa lebih bersaing.
"Output itu harus sesuai dengan apa yang kita inginkan, ya, nanti outcome-nya tentu akan lebih banyak lagi harapan kita agar fasilitas-fasilitas pabrik tekstil dan produk-produk turunannya bisa tumbuh di Indonesia," jelasnya.
Menurut Agus, dari kacamata pemerintah tentu adalah bagaimana sektor tekstil ini bisa semakin banyak berkontribusi pada lapangan kerja di Tanah Air.
Dengan capaian pertumbuhan sekarang ini, Agus percaya industri tekstil di masa mendatang akan menghadapi beragam tantangan. Sementara, lanjutnya, deret permasalahan di sektor tekstil ini memang lebih rumit ketimbang sektor-sektor lainnya.
"Ekosistem dari tekstil lebih membutuhkan perhatian di setiap fasenya. Hulu, intermediate, dan hilir itu kadang-kadang memang pemerintah itu harus melihatnya secara holistik, secara komprehensif, ya. Ya, di mana harmonisasi atau harmonis dari setiap fase itu bisa kita bentuk," jelasnya.
3. Menavigasi ketidakpastian, mengadopsi jalur teknologi

Sementara itu, Ketua Umum API, Jemmy Kartiwa menyatakan komitmen sinergi dengan pemerintah dengan berbagai regulasi anyar yang ditujukan untuk menjaga keberlangsungan industri tekstil dan garmen di Indonesia.
Jemmy menyampaikan konferensi ini merupakan momentum penting para pemangku kepentingan industri tekstil dan fesyen seluruh dunia. Saling kolaborasi, unjuk inovasi dan teknologi di tengah ketidakpastian global dan sinergitas kebijakan pemerintah.
"Melalui forum internasional ini, kita bisa berbagi pengetahuan dan inovasi, membangun kemitraan lintas negara, serta mengembangkan keterampilan baru yang dibutuhkan untuk menghadapi perubahan. Menavigasi ketidakpastian dan mengadopsi jalur teknologi bukan hanya keharusan, tetapi juga peluang besar untuk membangun masa depan industri tekstil dan garmen yang lebih kuat, lebih tangguh, dan lebih berkelanjutan," katanya.
Jemmy pun mengapresiasi Pemerintah RI, khususnya Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan dan Menteri Keuangan yang sekarang ini tengah jatuh bangun melahirkan regulasi-regulasi demi memproteksi kepentingan industri padat karya, tekstil dan produk tekstil domestik. "Dengan kuatnya perlindungan kebijakan pemerintah, maka positioning industri Indonesia akan semakin kuat menghadapi persaingan global yang penuh tantangan perubahan rantai pasok dan perdagangan dunia," ujarnya.
Wakil Ketua Umum API sekaligus anggota Dewan ITMF, Michelle Tjokrosaputro menekankan pentingnya menyatukan nilai budaya dan kearifan lokal dalam pengembangan industri tekstil modern.
"Perhelatan ini adalah wadah kolaborasi global yang mempertemukan nilai budaya, inovasi, dan keberlanjutan. Indonesia Adalah bagian penting dari siklus mata rantai tekstil dan produk tekstil dunia yang turut membentuk masa depan industri tekstil dunia," ucapnya.
















