Sains-Seni Melebur dalam Pameran DATA.RT: Indonesia, Life Behind Data

- Ungkapkan dimensi manusia dari sains dan data - Karya-karya pameran mengungkap dimensi manusia dari sains dan data, menghubungkan pengetahuan dengan kehidupan sehari-hari.
- Padukan sains dan seni - Pameran ini menjadi terobosan baru untuk menggagas perkawinan antara sains dan seni, kolaborasi teknologi, seni, ilmu pengetahuan.
- 43 karya dipamerkan - Pameran terdiri dari 11 dosen, 9 mahasiswa, dan 7 alumni dengan total 43 karya yang dipamerkan, melebihi target awal.
Yogyakarta, IDN Times – Civitas Academica dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada (FMIPA UGM) mencoba membawa keajaiban sains ke ruang seni, melalui pameran seni rupa bertajuk DATA.RT: Indonesia, Life Behind Data, di Jogja Gallery, Senin (25/8/2025)–Sabtu (30/8/2025). Pameran ini mengubah pengetahuan ilmiah menjadi inspirasi bagi karya kontemporer.
Konsep-konsep yang rumit diolah menjadi pengalaman yang dapat dirasakan, mulai dari instalasi interaktif berbasis data dan lukisan jejaring saraf, hingga visualisasi matematika yang elegan. Pameran ini menunjukkan bagaimana riset dan analisis data dapat “hidup” di luar laboratorium, menjadi karya yang menggugah pikiran.
1. Ungkapkan dimensi manusia dari sains dan data

Melampaui angka-angka, karya-karya yang ditampilkan mengungkap dimensi manusia dari sains dan data. Sensor, algoritma, dan kreativitas bertemu untuk membentuk ruang reflektif yang menghubungkan pengetahuan dengan kehidupan sehari-hari.
Melalui beragam medium, dari bunyi getaran seismik hingga pola tersembunyi dalam deret angka, pameran ini mengajak pengunjung melihat data sebagai bagian dari hidup itu sendiri, sembari menemukan makna personal di dalamnya.
Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Wishnutama Kusubandio, mengapresiasi gelaran pameran ini. Menurutnya ini menjadi simbol penuh semangat merespons perubahan zaman. “Kita sekarang hidup di sebuah era data-data. Pertumbuhan data yang melonjak sangat luar biasa,” kata Wishnutama.
Masih dalam suasana peringatan kemerdekaan, Wishnutama juga menyinggung kedaulatan saat ini tidak hanya soal wilayah, tetapi juga kedaulatan data. “Di sinilah peran seni, sains, dan teknologi sebagai sebuah narasi baru, bahasa baru. Bahasa yang bisa memperkuat kemerdekaan serta inovasi masyarakat secara luas,” ucapnya.
2. Padukan sains dan seni

Rektor UGM, Prof. Ova Emilia menilai pameran ini menjadi terobosan baru untuk menggagas perkawinan antara sains dan seni. “Seni selalu dikaitkan dengan kebebasan berpikir, ekspresi dikawinkan teknologi yang kadang-kadang bebas, kita tahu tidak bisa memprediksi,” ungkap Ova.
Ova mengapresiasi pertemuan antara kutub sains dan seni yang akhirnya bisa dinikmati dalam karya. “Steve Jobs mengatakan inovasi yang cemerlang karena adanya kolaborasi. Ini kolaborasi teknologi, seni, ilmu pengetahuan. Ide liar yang luar biasa,” ujar Ova.
3. 43 karya dipamerkan

Ketua Keluarga Alumni FMIPA UGM (Kamipagama), Daniel Oscar Baskoro mengatakan pameris terdiri dari 11 dosen, 9 mahasiswa, dan 7 alumni. Total ada 43 karya yang dipamerkan. “Ini di luar target. Target awal 20 (karya),” ujar Daniel.
Berbagai karya disajikan dalam pameran kali ini. Mulai dari interactive video, conceptual installation, visual art, oil painting, photography, sound art, dan visual art. “Menggambarkan ini beragam,” kata dia.