Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

PHRI DIY Soroti Kos-kosan Disewakan Harian untuk Wisatawan

ilustrasi kamar kos (pexels.com/Lachlan Ross)
ilustrasi kamar kos (pexels.com/Lachlan Ross)

Yogyakarta, IDN Times - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (PHRI DIY) menyoroti fenomena indekos yang disewakan ke wisatawan pada momen libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2023/2024. Pelaku di hospitality hingga pemerintah dinilai bisa dirugikan dengan fenomena ini.

"Kamar kos-kosan ini dijual anak kos. Yang punya kamar tidurnya di tempat temennya. Kamar mereka dijual harian," ujar Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono, Selasa (26/12/2023).

1. Fenomena yang kerap muncul saat libur panjang

Tugu Jogja di malam hari (unsplash.com/Dhio Gandhi)
Tugu Jogja di malam hari (unsplash.com/Dhio Gandhi)

Deddy mengatakan fenomena ini kerap terjadi saat masa libur panjang. Ia menilai kondisi yang ada karena permintaan dari wisatawan untuk penginapan memang tinggi. Hanya saja perlu regulasi yang jelas.

"Banyak yang seperti itu (sewa kos bulanan, disewakan harian). Ya tamunya butuh juga, untuk istirahat. Hanya saja perlu diatur dalam regulasi yang jelas," kata Deddy.

2. Tidak ada pemasukan PAD

ilustrasi uang (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi uang (IDN Times/Aditya Pratama)

Deddy menyebut pemerintah bisa dirugikan dengan fenomena ini. Pasalnya mereka tidak memberi sumbangan pada Pendapatan Asli Daerah (PAD), berbeda dengan hotel yang resmi membayar pajak.

"Ini kan sebetulnya Pemda yang kecolongan, mereka gak bayar pajak. Regulasi harus diatur, peran RT, RW, Kecamatan, perketat. Biar PAD gak bocor, karena PAD menopang pembangunan daerah," kata Deddy.

3. Khawatirkan harga yang tinggi dan coreng wisata

Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)
Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Selain kekhawatiran bocornya PAD, Deddy juga mengkhawatirkan dampak pada anggota PHRI DIY. Pasalnya operasional mereka tidak sesuai standar, dan dikhawatirkan jika mereka mematok harga yang terlalu tinggi dan mencoreng wisata DIY.

"Hospitality gak standar. Kemudian masalah harga. Harga memang dinamis, tapi kami tetap ada batas bawah dan batas atasnya. Jadi tidak bisa semaunya," ungkap Deddy.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Herlambang Jati Kusumo
EditorHerlambang Jati Kusumo
Follow Us