Pemkot Yogyakarta Luncurkan Aplikasi Lapor Kekerasan Basis Gender

- Pemkot Yogyakarta meluncurkan aplikasi Lapor Kekerasan di Jogja Smart Service (JSS) saat peringatan puncak Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (HAKTP) 2024.
- Pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Kelurahan Ramah Perempuan Peduli Anak (KRPPA) Kricak dan Brontokusuman sebagai upaya konkret untuk mengawal hak-hak korban kekerasan.
- Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana mencatat 203 kasus kekerasan terhadap perempuan dan 39 kasus kekerasan terhadap laki-laki hingga bulan Oktober 2024.
Yogyakarta, IDN Times - Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta meluncurkan aplikasi layanan Lapor Kekerasan di Jogja Smart Service (JSS) saat puncak peringatan Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (HAKTP) 2024 di Kota Yogyakarta.
Pemkot Yogyakarta berkomitmen, aplikasi tersebut dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk melaporkan kekerasan berbasis gender sehingga pihaknya bisa menekan lajunya kasus kekerasan yang terjadi di Kota Yogyakarta.
"Komitmen Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengatasi kasus kekerasan berbasis gender termanifestasi dengan adanya Aplikasi Lapor Kekerasan,” kata Penjabat Wali Kota Yogyakarta, Sugeng Purwanto, saat puncak HAKTP Kota Yogyakarta, Kamis (28/11/2024), dilansir situs resmi Pemkot Yogyakarta.
1. Pembentukan Satgas untuk mengawal korban kekerasan

Pemkot Yogyakarta juga telah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Kelurahan Ramah Perempuan Peduli Anak (KRPPA) Kricak dan Brontokusuman pada puncak HAKTP Kota Yogyakarta 2024. Sugeng mengatakan bahwa pembentukan KRPPA ini adalah upaya konkret dari Pemkot untuk senantiasa mengawal hak-hak korban kekerasan dengan memberikan perlindungan dan memberikan dukungan yang komprehensif.
"Jangan pernah takut untuk melaporkan jika terjadi kekerasan terhadap perempuan yang terjadi di sekitar kita. Pemerintah Kota Yogyakarta telah menyediakan layanan pengaduan dan pendampingan bagi korban kekerasan, serta perlindungan bagi saksi,” tuturnya.
2. Angka kasus kekerasan di Kota Yogyakarta

Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Yogyakarta mencatat, terdapat 203 kasus kekerasan terhadap perempuan dan 39 kasus kekerasan terhadap laki-laki hingga bulan Oktober 2024. Kasus kekerasan yang banyak terjadi dialami oleh istri dan kekerasan psikis adalah bentuk kekerasan yang mendominasi.
Kepala DP3AP2KB Kota Yogyakarta, Retnaningtyas, menilai dengan banyaknya kasus kekerasan yang dilaporkan, menunjukkan bahwa masyarakat mulai berani dan terbuka memberikan aduan ke pemerintah atau lembaga terkait.
"Kami luncurkan aplikasi Lapor Kekerasan dalam rangka mempermudah bagi masyarakat melaporkan kekerasan melalui Lapor Kekerasan di JSS. Apabila mengalami atau melihat di lingkungannya ada kekerasan yang menimpa perempuan khususnya dan anak,” terang Retnaningtyas.
Ia juga menambahkan untuk pelaporan kekerasan gender lewat aplikasi Lapor Kekerasan bisa dilampirkan dengan bukti foto kekerasan apabila ada bukti. Setelah laporan masuk ke aplikasi Unit Pelaksana Teknis Perlindungan Perempuan dan Anak DP3AP2KB Kota Yogyakarta akan menindaklanjuti laporan tersebut.
3. Penyerahan penghargaan Gender Champion Award 2024

Pada puncak acara HAKTP, Pemkot Yogyakarta dan DP3AP2KB Kota Yogyakarta turut menyerahkan penghargaan Gender Champion Award 2024 kepada individu, komunitas, pelaku usaha, Aparatur Sipil Negara (ASN), serta perangkat daerah yang berupaya mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender di Kota Yogyakarta.
Salah satu penerima dari penghargaan tersebut adalah Sumiyati sebagai kategori pelaku usaha. Ia mengaku sangat senang atas penghargaan yang didapat sehingga menambah semangat dalam memberdayakan perempuan.
Sumiyati sendiri adalah Ketua Koperasi Kelompok Usaha Bakpia Sumekar yang mempunyai 64 karyawan dan didominasi oleh perempuan yakni ibu-ibu. Sebagian besar ibu-ibu tersebut menjadikan usaha miliki Sumiyati sebagai nafkah utama untuk keluarga.
“Penghargaan ini menambah semangat kita sebagai perempuan yang bisa survive dengan usaha yang sudah puluhan tahun. Menambah semangat kita untuk berkarya membuat bakpia. Memang sebagian besar ibu-ibu ini dari bakpia jadi nafkah utama, jadi setara dengan laki-laki dalam keluarga,” tutup Sumiyati.