Paskibraka Lepas Hijab, SMAN 8 Jogja Belum Terima Kabar dari Siswinya

- SMAN 8 Yogyakarta belum menerima kabar dari Evelyn terkait pelepasan hijab saat pengukuhan anggota Paskibraka di Ibu Kota Nusantara.
- Sekolah meminta penjelasan langsung dari BPIP maupun Kesbangpol terkait kabar tersebut.
- Evelyn selalu mengenakan jilbab di sekolah dan sekolah mengedepankan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan bersekolah.
Yogyakarta, IDN Times - Pihak SMAN 8 Kota Yogyakarta mengaku belum menerima kabar dari Keynina Evelyn Chandra, siswinya yang diminta melepas hijab saat pengukuhan anggota Paskibraka di Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur, Selasa (13/8/2024) kemarin.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 8 Yogyakarta, Slamet Nugroho, menuturkan Evelyn masih menjalani karantina anggota paskibraka sehingga sekolah tak bisa berkomunikasi dengan yang bersangkutan.
"Bagaimana sikap dari anak kami, Evelyn, kami juga belum tahu karena sejak awal kan dikarantina sampai saat ini kami juga tidak bisa berkomunikasi dengan anak tersebut," kata Slamet saat ditemui di Kompleks Kepatihan, Kota Yogyakarta, Kamis (15/8/2024).
1. Minta BPIP klarifikasi langsung

Dalam hal ini, kata Slamet, sekolah juga belum mendapatkan penjelasan langsung dari BPIP maupun Kesbangpol yang menaungi kegiatan Paskibraka sejak ramai kabar atau pemberitaan mengenai pelepasan jilbab.
Oleh karenanya, ia meminta penjelasan atau klarifikasi langsung dari pihak-pihak terkait.
"Iya (ada penjelasan langsung), karena beredarnya berita di sosial media jadi kami kan 'lho kok begitu', dengan itu harus ada klarifikasi aja," tegasnya.
2. Evelyn selalu kenakan jilbab

Slamet juga memastikan Evelyn yang merupakan siswi kelas XI itu dalam kesehariannya di sekolah selalu mengenakan jilbab.
"Setiap harinya berjilbab, dari awal masuk SMAN 8 sampai saat ini berjilbab. Sekarang kelas XI," ungkapnya.
Slamet berujar, sekolah sejatinya mempermasalahkan soal pelepasan hijab ini. Asalkan, Evelyn ikhlas atau tanpa rasa terpaksa, karena ini menyangkut hak atau keyakinan setiap individu.
"Itu kan hak dari anak, karena itu terkait religi masing-masing. Kalau misalnya anak tersebut mengikhlaskan diri lepas jilbab, kami tak bisa memaksa, mempertahankan pakai jilbab. Tapi, kalau anaknya merasa terpaksa kami mohon kebijakan pemerintah pusat terutama dan pihak terkait untuk anak-anak berjilbab ya biarkan berjilbab," ujarnya.
3. SMAN 8 kedepankan toleransi

Lebih jauh, Slamet memastikan SMAN 8 Yogyakarta selalu mengedepankan nilai-nilai toleransi dalam setiap kehidupan bersekolah. Mengusung semangat nasionalisme religius, sekolah melayani setiap siswa tanpa melihat latar belakang suku, ras, termasuk agama.
Klaim Slamet, sekolahnya selama ini juga tidak pernah memaksakan para siswi muslim memakai jilbab di lingkungan sekolah.
"Untuk yang muslim pun kami tidak memaksakan untuk yang tidak mau berjilbab, harus berjilbab. Kami menghormati," pungkasnya.