Pasar Beringharjo Bersolek, Bangunan akan Dicat Putih

Kota Yogyakarta, IDN Times - Pasca relokasi pedagang kaki lima (PKL), Pemerintah Kota Yogyakarta terus membenahi wajah Malioboro. Kali ini fasad Pasar Beringharjo akan dicat putih tulang untuk menyesuaikan warna yang digunakan mengecat pertokoan di sepanjang Jalan Malioboro hingga Jalan Ahmad Yani.
1. Pengecatan pasar mengikuti tampilan fasad toko di Malioboro

Pengecatan fasad atau tampilan luar Pasar Beringharjo diharapkan mempercantik wajah pasar tradisional terbesar di Kota Yogyakarta. Terlebih saat ini tak ada lagi pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di pintu masuk sisi barat.
"Sudah ada ketentuan warna yang digunakan. Ya, mengikuti saja yaitu warna putih tulang," kata Kepala Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta Yunianto Dwi Sutono, Selasa (1/3/2022).
Meski direncanakan Yunianto menyebut belum dapat memastikan pihak yang nantinya akan melakukan pengecatan fasad Pasar Beringharjo. "Sejauh ini, kami hanya membantu menyiapkan saja agar fasad bisa di cat sewaktu-waktu. Komunikasi terus dilakukan oleh Bappeda dengan Pemerintah DIY," katanya dilansir Antara.
2. Kawasan Malioboro diharapkan terlihat rapi dan tertata

Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan pengecatan fasad pertokoan di sepanjang Jalan Malioboro dilakukan bersama dengan Pemerintah DIY.
Pengecatan dan penyeragaman warna fasad diharapkan dapat menjadikan kawasan Malioboro semakin terlihat rapi dan tertata.
"Penataan diawali dengan pengecatan karena tidak membutuhkan biaya besar. Kalau harus menata dan mengembalikan fasad asli maka dibutuhkan biaya besar serta tenaga ahli. Apalagi jumlah pertokoan juga banyak sekitar 200 toko," katanya.
3. Malioboro akan menjadi galeri seni terpanjang

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta berencana menjadikan kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta sebagai galeri seni dan budaya terpanjang di Tanah Air. Sepanjang Jalan Malioboro bakal ditata dengan karya-karya street art atau seni jalanan.
Beberapa pertunjukan seni dan budaya, kata dia, juga mulai digelar di sentra pedagang kaki lima (PKL) di Teras Malioboro I dan Teras Malioboro II.
"Dulu kan Malioboro sebagai tempat yang sangat kondusif bagi orang, seniman, budayawan mendapatkan inspirasi, mendapatkan ruang-ruang berkreasi. Ke depan juga akan seperti itu tapi pada bentuk-bentuk yang lebih memuliakan Malioboro dengan saling menghargai hak dan kewajiban, serta peran masing-masing," kata Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Laksmi Pratiwi.