Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Banyak Pekerjaan Menuju Indonesia Emas, ini Pesan Franz Magnis Suseno

Seminar Nasional bertajuk Menavigasi Perubahan: Bisnis-Ekonomi Berkelanjutan menuju Indonesia Maju, di Auditorium Kampus 3 Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Selasa (16/9/25). (Dok. Istimewa)
Seminar Nasional bertajuk Menavigasi Perubahan: Bisnis-Ekonomi Berkelanjutan menuju Indonesia Maju, di Auditorium Kampus 3 Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Selasa (16/9/25). (Dok. Istimewa)
Intinya sih...
  • Romo Magnis Suseno melihat lima tantangan besar dunia, termasuk ancaman perang, kelaparan, ideologi ekstrem, kerusakan lingkungan, dan kecerdasan buatan.
  • Di Indonesia, tantangan utama adalah ideologi ekstrem, ketidaksejahteraan umum, dan pembusukan demokrasi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sleman, IDN Times - Cita-cita menuju Indonesia Emas di tahun 2045 masih menghadapi tantangan yang besar. Guru Besar Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, Magnis Suseno, mengungkapkan masih banyak pekerjaan rumah, persoalan dunia dan di Indonesia sendiri yang harus diselesaikan untuk mewujudkan cita-cita tersebut.

“Tantangan terbesar adalah membawa Indonesia ke masa Emas 2045,” ungkap Franz Magnis Suseno dalam Seminar Nasional bertajuk Menavigasi Perubahan: Bisnis-Ekonomi Berkelanjutan menuju Indonesia Maju, di Auditorium Kampus 3 Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Selasa (16/9/25).

1. Tantangan dunia dan Indonesia

Seminar Nasional bertajuk Menavigasi Perubahan: Bisnis-Ekonomi Berkelanjutan menuju Indonesia Maju, di Auditorium Kampus 3 Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Selasa (16/9/25). (Dok. Istimewa)
Seminar Nasional bertajuk Menavigasi Perubahan: Bisnis-Ekonomi Berkelanjutan menuju Indonesia Maju, di Auditorium Kampus 3 Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Selasa (16/9/25). (Dok. Istimewa)

Pria yang akrab disapa Romo Magnis itu mengatakan kita sudah berhasil menjadi diri kita sendiri apabila kita sudah bertanggung jawab. “Apabila kita lari dari tanggung jawab berarti kita gagal menemukan jati diri sendiri,” ujar Romo Magnis.

Romo Magnis, melihat lima tantangan besar dunia. Pertama, bertambahnya perang. Kedua, ancaman kelaparan. Ketiga, ideologi-ideologi ekstrem negara. Keempat, keambrukan lingkungan hidup alami, dan kelima artificial intelligence (AI).

“Untuk Indonesia setidaknya terdapat tiga tantangan, yaitu ancaman dari ideologi-ideologi dari transnasional-ekstrimis-agamis. Kedua, kesejahteraan umum gagal tercapai, dan ketiga, pembusukan demokrasi kita,” ungkap Romo Magnis.

2. Kemiskinan dan ketimpangan jadi persoalan

Seminar Nasional bertajuk Menavigasi Perubahan: Bisnis-Ekonomi Berkelanjutan menuju Indonesia Maju, di Auditorium Kampus 3 Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Selasa (16/9/25).
Seminar Nasional bertajuk Menavigasi Perubahan: Bisnis-Ekonomi Berkelanjutan menuju Indonesia Maju, di Auditorium Kampus 3 Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Selasa (16/9/25). (Dok. Istimewa)

Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta, Yustinus Prastowo menilai saat ini ekonomi Indonesia cukup stabil, dilihat ketika saat krisis, Indonesia tidak terlalu terpuruk. “Sayangnya pulihnya lambat,” jelas Prastowo.

Menurut Prastowo, tantangan Indonesia adalah kemiskinan dan ketimpangan yang masih besar. Rata-rata tabungan di atas Rp1 miliar dan rata-rata di bawah Rp100 juta sangatlah timpang. “Penyebab ketimpangan adalah kemajuan teknologi, globalisasi, dan sistem pajak regresif yang menguntungkan orang kaya,” tegas Prastowo.

Negara-negara dengan indeks kebahagiaan yang tinggi adalah negara dengan tingkat ketimpangan yang rendah. Krisis iklim dan transisi energi jadi permasalahan. Alih-alih mendukung ekonomi hijau, Indonesia masih di level survive. “Pertumbuhan kita belum inklusif. Tantangan yang mendesak adalah keberlanjutan, ketimpangan di daerah harus diatasi. Kita juga perlu arah baru yakni kolaborasi dan reformasi,” ungkap Prastowo.

3. Sisi lingkungan hingga peran pendidikan

Ilustrasi pendidikan. Senin (27/1/2025).
Ilustrasi pendidikan. Senin (27/1/2025). Desain (IDN Times/Aditya Pratama)

Dosen Prodi Ekonomi Pembangunan FBE UAJY, Prof. Aloysius Gunadi Brata menjelaskan, global income inequality mengalami kenaikan. “Utang juga naik dan kita tumbuh dengan mengorbankan sisi lingkungan yang sangat besar,” jelas Aloysius. 

Menurut Aloysius, kepedulian kepada lingkungan baru sebatas wacana atau pura-pura peduli belum pada tingkatan aksi atau tindakan nyata. Aloysius berharap perubahan fondasi ekonomi. Kebijakan dekarbonisasi, dekolonisasi dan diversifikasi perlu menjadi perhatian pengambil kebijakan baik pemerintah, swasta dan pemangku kepentingan lainnya. “Di level pendidikan tinggi, perlu adanya inovasi pengajaran dan penilaian,” harap Guru Besar FBE UAJY itu.

Kurikulum tidak hanya ditentukan oleh dosen, namun juga dapat terbuka atas usul mahasiswa. “Aksi untuk peduli kepada lingkungan dapat dilakukan oleh siapapun,” tegas Nurdianto alumnus Prodi Ekonomi Pembangunan FBE UAJY.

Aksi tersebut dapat dimulai dari lingkungan sekitar. Pengalaman di lapangan, menjadikan Nurdianto mengajak berbagai pihak terlibat, termasuk kepada petani. Dengan komunikasi yang berlanjut maka petani bersedia menggunakan pupuk kompos dengan mengurangi pupuk anorganik. Kondisi ini menjadikan kesadaran terhadap lingkungan meningkat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriana Sintasari
EditorFebriana Sintasari
Follow Us

Latest News Jogja

See More

Banyak Pekerjaan Menuju Indonesia Emas, ini Pesan Franz Magnis Suseno

18 Sep 2025, 04:35 WIBNews