Kolaborasi Fisip UAJY dan Ukrim Ciptakan Teknologi Pengering Herbal

- Ide muncul karena iklim tropis, kelembapan tinggi di Indonesia menghambat pengeringan alami produk herbal.
- Pengeringan cepat dan higienis diperlukan untuk mencegah pembusukan hasil pertanian yang melimpah.
- Solar Tunnel Dryer diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan daya tahan produk olahan herbal serta membuka akses pasar yang lebih luas.
Yogyakarta, IDN Times - Kolaborasi Tim Pengabdian Masyarakat (Abdimas) Fisip Universitas Atma Jaya Yogyakarta dan Universitas Kristen Imanuel (Ukrim) Yogyakarta berhasil mengembangkan teknologi pengering tenaga surya untuk produk herbal. Pengembangan teknologi ini mendapatkan apresiasi bantuan dana dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia pada tahun 2025.
Teknologi Pengering Tenaga Surya (Solar Tunnel Dryer) merupakan teknologi pengeringan yang memanfaatkan energi Matahari secara lebih efisien melalui terowongan tertutup yang dilapisi plastik atau bahan transparan khusus.
Cara kerja dari teknologi ini adalah udara panas dihasilkan dari radiasi Matahari yang masuk, kemudian dialirkan melalui terowongan untuk mengeringkan produk herbal. Sistem ini melindungi produk dari hujan, debu, serangga, dan menjaga kualitas karena proses pengeringan lebih higienis serta suhu lebih terkontrol dibandingkan pengeringan terbuka. Alat ini juga hemat energi, efisien dalam biaya, dan mampu meningkatkan nilai jual hasil pertanian seperti kunyit, bunga telang, serai, dan kulit lidah buaya.
1. Ide muncul karena iklim tropis

Menurut Koordinator Tim, Dr. Victoria Sundari Handoko, SM.Si, ide penggunaan teknologi pengering tenaga surya ini adalah iklim tropis di Indonesia dengan kelembapan tinggi, terlebih saat musim hujan, menghambat pengeringan alami.
“Kegiatan pengabdian ini sejalan dengan Asta Cita pemerintah Republik Indonesia, yaitu memantapkan kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, dan ekonomi kreatif, serta membangun dari desa untuk pemerataan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat berbasis potensi lokal dan inovasi teknologi,” ujar Sundari dalam keterangan tertulis yang diterima IDN Times. Senin (11/8/2025).
Tim abdimas beranggotakan Dr, Victoria Sundari Handoko, M.Si. (Dosen Sosiologi, FISIP, Universitas Atma Jaya Yogyakarta), Desideria Cempaka Wijaya Murti, Ph.D (Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta), Emerita Setyowati, M.Sc. (Dosen Sains dan Komputer, Universitas Kristen Immanuel), Sesilia Eka Tri Astuti dan Stephany Emmanuela Lesar (Mahasiswa Sosiologi, Fisip, Universitas Atma Jaya Yogyakarta), serta Gabriel Hacarya Adhi dan Fridolin Satriya Indratma (Mahasiswa Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Atma Jaya Yogyakarta) juga melakukan penguatan branding dan packaging.
2. Pengeringan mencegah pembusukan

Anggota tim, Emerita Setyowati, menambahkan produksi pertanian yang melimpah memerlukan metode pengeringan cepat dan higienis untuk mencegah pembusukan. “Energi matahari melimpah di Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi murah dan ramah lingkungan,” katanya.
Penciptaan teknologi ini dikhususkan pada produk herbal seperti kunyit, lidah buaya, serai, dan bunga telang khususnya pada anggota BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) di Kalurahan Tamanmartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Menurut Victoria Sundari, anggota BUMDes memiliki banyak tanaman herbal, namun mengalami kesulitan pengeringan/ pengelolaan pascapanen. Ia melanjutkan pengembangan teknologi tersebut untuk melakukan pengeringan pada tanaman herbal sehingga hasil produksinya lebih higienis, efisien, dan ramah lingkunan.
“Nilai gizinya pun lebih terjaga dibandingkan pengeringan tradisional di bawah sinar matahari langsung, Alat ini juga hemat energi, efisien dalam biaya, dan mampu meningkatkan nilai jual hasil pertanian seperti kunyit, bunga telang, serai, dan kulit lidah buaya,” ujar Emerita
3. Identitas produk tanaman herbal masih lemah

Sementara itu, Tomi Nugraha selaku Sekretaris Desa Kalurahan Tamanmartani dan juga bertindak sebagai anggota Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) menyampaikan bahwa permasalahan utama yang dihadapi adalah pengeringan hasil produk pertanian. Selain itu, kata Tomi permasalahan lainnya ada pada lemahnya identitas produk tanaman herbal seperti lidah buaya, kunyit, serai, dan bunga telang yang dihasilkan oleh penduduk, baik dari segi merek, kemasan, maupun konsistensi kualitas produk pasca-produksi.
“Kami berharap Solar Tunnel Dryer dapat meningkatkan kualitas dan daya tahan produk olahan produk kami,” jelasnya.
4. Membuka akses pasar herbal

Anggota tim, Desideria Cempaka Wijaya Murti berharap dengan branding dan packaging pada produk herbal akan membuka akses pasar yang lebih luas. Menurut Desideria, kolaborasi antara akademisi dan pelaku lokal menjadi contoh nyata bahwa pengembangan potensi desa dapat dilakukan secara berkelanjutan dan adaptif terhadap tantangan zaman.
Branding dan packaging untuk produk herbal, menurut Desideria, sangatlah penting karena bisa menarik perhatian konsumen, membangun kepercayaan atas produk herbal, dan membedakan produk herbal di pasar yang kompetitif.
“Branding produk herbal yang akan dilaksanakan dalam kegiatan ini meliputi ikonisasi Tamanmartani yaitu logo Dewata (Desa Wisata Taman Martani) bentuknya bisa Candi Prambanan atau yang lain, brand masing-masing pengelola herbal berupa gambar produk herbal, warna sesuai produk, hingga alamat usaha.”