Wisata Berkelanjutan, Upaya BPOB Menjaga Geliat Wisata dan Lingkungan

- BPOB menerapkan pariwisata berkelanjutan di Borobudur Highland dengan memperhatikan analisis dampak lingkungan dan menghindari risiko bencana.
- Upaya mitigasi dilakukan melalui pembatasan pengeboran air, penyesuaian kontur lahan, serta koordinasi dengan BPBD, SAR, dan kepolisian.
- BPOB mendorong quality dan wellness tourism yang minim pembangunan infrastruktur dan selaras dengan kondisi alam.
Yogyakarta, IDN Times – Pariwisata berkelanjutan dengan memperhatikan lingkungan menjadi jalan tengah untuk mendorong pengembangan wisata dan menjaga kelestarian lingkungan. Penyelarasan itu pula yang dilakukan Badan Pelaksana Otorita Borobudur (BPOB) untuk meminimalkan dampak bencana di kawasan wisata.
Salah satu pengembangan yang dilakukan BPOB yaitu Borobudur Highland di Perbukitan Menoreh yang membentang dari Purworejo, Magelang, dan Kulon Progo. Lokasi yang berada di perbukitan memerlukan perhatian khusus.
1. Memperhatikan kondisi lingkungan dalam pembangunan

Direktur Utama BPOB, Agustin Peranginangin, mengatakan dalam pengembangan kawasan tersebut telah tersusun dokumen analisa mengenai dampak lingkungan. Salah satu yang menjadi perhatian, tidak diperbolehkan melakukan pengeboran air dalam kawasan itu, untuk menghindari risiko bencana.
“Kedua, kita mengurangi, menghindari penebangan lahan (pohon). Artinya pembangunan pun disesuaikan dengan kontur yang ada. Nah, ini juga salah satu upaya untuk menghindari longsor. Disisi lain, memang kita selalu mengingatkan risiko yang ada,” kata Angin, seusai Jumpa Pers Akhir Tahun 2025, di Jambuluwuk Hotel Yogyakarta, Rabu (17/12/2025).
Angin menilai kesadaran masyarakat untuk mengantisipasi ancaman bencana menjadi bagian penting. Selain wisatawan, kesadaran pengelola untuk mengingatkan potensi bencana juga tidak boleh dilupakan.
Menurut Angin, kolaborasi komunitas sudah cukup baik. Tidak hanya dalam satu komunitas, ia menilai kolaborasi terjalin baik antar dusun, kampung dan kabupaten. “Teman-teman itu sudah bergerak dengan baik. Bagaimana emergency response planning-nya bila terjadi sesuatu yang kita harapkan untuk tidak terjadi,” ungkap Angin.
2. Berbagai antisipasi terhadap potensi bencana

Direktur Destinasi Pariwisata BPOB, Neysa Amelia, menyinggung untuk mengantisipasi potensi bencana yang ada, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan berbagai pihak, seperti BPBD, Tim SAR, hingga kepolisian. “Setelah pertemuan itu, kita telah menyusun rencana kerja bagaimana cara kita meningkatkan safety and security, sesuai juga dengan arahan Bu Menteri,” ungkap Neysa.
Neysa menjelaskan ke depan juga akan ada simulasi kebencanaan dengan berbagai pihak di titik destinasi yang memang memerlukan perhatian khusus. “Membantu kita juga untuk edukasi masyarakat, berkait apa yang perlu mereka lakukan untuk menjaga dirinya sendiri, ketika mereka berwisata di area-area yang mungkin mereka belum tahu itu adalah area rawan bencana,” jelasnya.
Direktur Keuangan, Umum, dan Komunikasi Publik, Yusuf Hartanto, menambahkan bahwa sudah ada koordinasi dengan berbagai pihak apabila terjadi hal yang tidak diinginkan. “Maka kita sudah menunjuk tim rescue yang bisa secara cepat untuk bisa penanganan,” ungkap Yusuf.
3. Quality dan wellness tourism

Direktur Pemasaran Pariwisata BPOB, Harfiansa Bimantara, mengungkapkan salah satu prioritas pengembangan wisata yang dilakukan BPOB adalah wellness tourism. Dinilai pengembangan wellness tourism sejalan juga dengan pariwisata berkelanjutan. “Mengajak wisatawan untuk mengalami atau menjalani suatu aktivitas di Lokasi kami, dan tidak memfokuskan di pembangunan infrastruktur yang terlalu banyak,” kata Harfiansa.
Harfiansa mengungkapkan dalam pengembangan pariwisata juga pada quality tourism. Dengan quality tourism ini akan selaras dengan alam yang ada. “Kondisi tanahnya, hasil sondir menunjukkan memang tidak terlalu kuat dalam menopang struktur yang luar biasa banyaknya. Itu justru sejalan dengan program yang sedang kita susun,” kata Harfiansa.


















