Partisipasi Pemilih di Pilkada Kulonprogo Rendah, Ini Penyebabnya

- Tingkat partisipasi masyarakat Kulon Progo dalam Pilkada 2024 mencapai 79,26% dari total pemilih tetap.
- Penyebab rendahnya partisipasi pemilih adalah kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap calon yang tidak dikenal secara personal.
- Sebaran tingkat partisipasi tertinggi di beberapa kecamatan dan akan dievaluasi untuk pelaksanaan pilkada ke depan, serta perlu intensifikasi sosialisasi kepada masyarakat.
Kulon Progo, IDN Times - Tingkat partisipasi masyarakat Kulonprogo dalam Pilkada 2024 tercatat 79,26 persen dari total daftar pemilih tetap sebanyak 345.540 pemilih.
Ketua Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih Dan Partisipasi Masyarakat Komisi Pemilihan Umum Kulon Progo Aris Zurkhasanah menjelaskan tingkat partisipasi itu lebih rendah dibandingkan pada Pemilu sebelumnya.
1. Profil calon tidak dikenal

Menurut Aris, penyebab rendahnya partisipasi pemilih salah satunya adalah profil calon yang tidak dikenal masyarakat. "Hasil dari pengamatan dan perbincangan dengan masyarakat umum, banyak yang tidak tahu calonnya secara personal," kata Aris.
Padahal, kata Aris, KPU sudah melakukan sosialisasi secara massif. "Kami sudah sosialisasi maksimal, termasuk ada relawan demokrasi yang sudah kami bentuk untuk menyampaikan pengenalan calon dan visi misi, serta program kerja," katanya, dikutip Antara, Senin (3/12/2024).
2. Tingkat partisipasi akan dievaluasi

Aris menambahkan sebaran tingkat partisipasi masyarakat tertinggi di beberapa kapanewon (kecamatan), yakni Lendah 82,85 persen, Sentolo 81,01 persen, Nanggulan 79,87 persen dan Panjatan 79,63 persen.
Kemudian, partisipasi masyarakat rendah yakni Girimulyo 76,72 persen, Kokap 76,82 persen, Galur 77,33 persen dan Samigaluh 77,89 persen.
"Tingkat partisipasi masyarakat ini akan kami evaluasi untuk pelaksanaan pilkada ke depan," katanya.
3. KPU harus intensifkan sosialisasi

Sementara itu, Ketua Bawaslu Kulon Progo Marwanto memberikan catatan supaya KPU dan peserta pilkada lebih mengintensifkan sosialisasi kepada masyarakat. Lantaran masyarakat atau pemilih mengeluhkan tidak mengenal calon pemimpin mereka, sehingga mereka banyak yang tidak memilih.
"Ke depan, KPU dan paslon lebih mengenalkan diri ke masyarakat. Hal ini berdampak pada tingkat partisipasi masyarakat," kata Marwanto.